Sequel #12

189 30 15
                                        

Tangan di genggaman Chanyeol terasa kaku, balas menggenggam miliknya dengan begitu erat. Entah gejolak apa yang di rasakan oleh si pemilik jemari lentik dalam genggamannya.

"Sehun, putraku. Kemarilah nak. Ijinkan ayahmu yang tak berguna ini memelukmu sekali saja."

Pinta Dennis Oh akhirnya dengan nada memohon serta linangan air mata yang tak jua surut. Mata senjanya menatap sang putra dengan pancaran penyesalan dan kerinduan yang besar. Kedua tangannya yang terlentang sejak tadi sama sekali tak merasa lelah, berharap sang putra mau mendekat dan masuk ke dalam pelukannya meski hanya sejenak.

Beliau sangat merindukan putranya yang bahkan belum pernah ia lihat sebelumnya. Hanya pernah merasakan pergerakan janin Sehun ketika sang calon buah hati masih berada dalam kandungan ibunya.

Sehun sendiri ingin, namun juga enggan di saat yang bersamaan. Pikirannya berkecamuk, sibuk berdebat dengan hati kecilnya yang kini rapuh luar biasa.

Memaafkan kesalahan ayahnya bukanlah perkara mudah. Hati Sehun terlanjur sakit parah dengan luka bernanah akibat pengabaian yang ayahnya lakukan hingga puluhan tahun lamanya.

Namun di sisi lain, tak bisa di pungkiri bahwa Sehun juga merindukan sosok ayah kandung yang selama ini hanya bisa ia impikan keberadaannya.

Kebimbangan luar biasa itu sebenarnya menyiksa Sehun. Senang dan sedih bercampur menjadi satu dan membuat pusing kepala dan menyesakkan paru-parunya.

Hingga tangan Chanyeol yang bebas menyentuh pundaknya dengan lembut.

"Sehun-ah."

Panggilan itu menyadarkan Sehun dari lamunan panjang yang menyakitkan. Sekali lagi memantabkan hati, menghela nafas sekali, akhirnya ia melangkah mendekati sang ayah.

Gurat kebahagiaan itu lantas terlihat jelas pada wajah tua ayahnya. Mengantisipasi secara antusias langkah demi langkah yang Sehun ambil. Hingga tubuh rentanya dapat merasakan hangatnya dekapan sang putra yang puluhan tahun tak pernah ia rasakan.

Tangisnya semakin menjadi, menggema di seluruh penjuru ruangan dengan kepiluan hebat. Begitu juga dengan Sehun yang menangis dalam diam. Menerka-nerka dan bertanya-tanya dalam benak, 'jadi, seperti ini rasanya berada dalam pelukan ayah kandungku sendiri?'.

Terasa nyaman, namun tidak melegakan. Terasa hangat, namun juga meresahkan.

Mengapa seperti ini rasanya?





Suara tangis sudah berhenti sepenuhnya. Sehun di biarkan hanya bertiga saja dengan ayahnya dan sang suami. Suster dan Wyatt telah di minta oleh Dennis Oh untuk keluar ruangan karena beliau ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting dengan putranya.

Sebenarnya Chanyeol juga termasuk ke dalam list orang-orang yang di minta meninggalkan ruangan, namun Sehun tidak mengijinkannya.

Apapun yang akan ayahnya katakan  adalah sebuah kebenaran yang pasti menyakiti relung hatinya. Sehun perlu Chanyeol untuk menguatkannya.

Sehun merasa tak boleh terlihat rapuh apa lagi tumbang di hadapan ayahnya. Lelaki tak bertanggung jawab itu harus tau bahwa selama ini Sehun bisa bertahan di dunia kejam ini tanpa kehadirannya. Sehun juga ingin menunjukkan pada pria yang masih berstatus sebagai suami dari almarhum ibunya itu bahwa ia memiliki sosok lain yang berperan penting dalam hidupnya, jauh lebih baik dari sang ayah.

Kini Sehun duduk di sisi ranjang, di hadapan ayahnya yang tak mau melepas genggaman tangannya pada telapak tangan sang putra, seolah putranya itu akan berlari kabur jika genggamannya mengendur sedikit saja. Karena benar, Sehun berkali-kali berpikir untuk segera pergi, namun masih memiliki hati nurani untuk tidak mengecewakan ayahnya yang sudah tua dan sakit-sakitan serta terlihat begitu menyedihkan karena rasa bersalah dan penyesalan yang beliau tunjukkan.

Spring For ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang