Sequel #8

244 27 8
                                    

Sinar mentari pagi menelusup melalui celah gordain yang sedikit terbuka, menerpa tubuh yang meringkuk di bawah selimut.

Sehun belum membuka mata kendati sinar matahari telah datang menyapa. Mungkin terlalu lelah akibat olahraga nikmat yang ia lakukan bersama suami semalam.

Tubuhnya yang semalam telanjang sudah di balut piyama. Chanyeol yang memakaikan baju untuknya sesaat setelah ia membuka mata subuh tadi. Khawatir jika putra sulungnya menerobos masuk ketika bangun di pagi hari akan melihat sang ibu dalam keadaan tanpa busana. Sebab mereka tak bisa mengunci pintu karena kunci pada pintu di kamar ini rusak. Dan Sean selalu mencari Sehun setiap kali bangun di pagi hari.

Chanyeol yang telah bangun lebih dulu subuh tadi memilih untuk pergi menghirup udara segar pagi hari di halaman depan panti. Lalu tak sengaja bertemu bibi Smith yang tengah menyapu pelataran.

Chanyeol menggeleng tak habis pikir. Bibinya itu, padahal ada pengurus panti lain yang lebih muda dan kuat, tapi bukannya menyerahkan pekerjaan itu pada mereka, bibi Smith yang berusia setengah abad justru melakukannya sendiri.

Ia lalu menghampiri kakak dari ibunya itu untuk menyapa.

"Bibi. Selamat pagi."

Bibi Smith menghentikan kegiatannya dan membalas sapaan keponakannya tersebut.

"Chanyeol, kau sudah bangun. Dimana Sehun?"

Chanyeol tersenyum malu sebelum menjawab.

"Sehun masih tidur. Dia kelelahan setelah perjalanan panjang dan.. yah.. kelelahan."

Bibinya tersenyum maklum.

"Chanyeol, terima kasih telah menjaga dan mencintai Sehun selama ini. Anak itu sudah terlalu banyak menelan pahitnya kehidupan sejak usianya masih sangat kecil. Ku harap kalian akan terus bersama hingga ajal memisahkan."

"Tentu Bi. Bibi tak perlu khawatir. Aku tak akan meninggalkan Sehun dan tak akan membiarkan Sehun meninggalkanku hingga maut memisahkan."

Keduanya tersenyum hangat.

"Aku sudah menganggap Sehun seperti putraku sendiri sejak Sandara membawanya kemari. Dia anak yang baik, namun memiliki nasib yang kurang baik. Aku bahkan sangat marah pada Seo Joon yang telah membuatnya hamil di luar nikah. Tapi kini aku berterima kasih padanya. Keputusan Seo Joon untuk mempercayakan Sehun padamu adalah yang terbaik. Sejak menginjak usia remaja, banyak pria dominant yang menginginkan Sehun untuk di miliki. Tapi aku selalu takut Sehun akan berakhir dengan orang yang salah. Aku sangat bersyukur karena kini Sehun memilikimu sebagai pasangannya."

Ucap bibi Smith dengan pandangan menerawang pada langit biru berhias awan putih.

"Aku juga sangat berterima kasih pada Seo Joon Hyung. Karena telah mempertemukanku dengan Sehun. Sehun telah mengubahku menjadi lebih baik. Jauh lebih baik. Dan aku tak akan menyia-nyiakan kepercaan Seo Joon Hyung padaku untuk menjaga permatanya yang berharga. Sehun adalah duniaku. Dengan Sean dan Aeri yang melengkapinya."

"Aku bersyukur kau bisa menyayangi Sean seperti anakmu sendiri meski..."

"Sean memang anakku Bi. Darah keturunan Park mengalir di nadinya. Terlepas dari siapa ayah biologisnya, Sean tetap anakku. Mungkin kelak ia akan tau bahwa aku bukanlah ayah kandungnya, tapi aku yakin aku bisa membuatnya menganggapku sebagai ayah kandungnya."

"Oh.. Chanyeol. Kita tidak seharusnya menciptakan suasan melankolis ini di pagi hari. Mari awali hari dengan perasaan bahagia. Kurasa sudah waktunya untuk memasak sarapan. Aku akan membantu yang lain di dapur. Kau harus membangunkan istrimu agar tidak terlambat sarapan."

Bibi Smith lantas berbalik, akan pergi ke dapur. Tapi baru dua langkah, ia berhenti dan kembali membalikkan tubuh menghadap Chanyeol.

"Ah.. aku akan memanggil tukang untuk memperbaiki kunci di pintu kamar kalian. Aku khawatir Sean akan menerobos masuk untuk mencari ibunya di tengah malam. Dan kusarankan agar kalian tidak melakukannya di siang hari. Anak-anak cukup sering bermain di luar jendela kamar itu."

Spring For ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang