Haii,Selamat datang di lapak ku.
Selamat datang di lapak athar.
Semoga suka, ya.
Jangan lupa tinggalin jejak.
-Happy reading-
Hari ini, pagi-pagi sekali, Athar sudah siap dengan seragam sekolah nya. Cowok itu berdiri di depan kaca lemarinya. Mulai dari rambut, dasi, dan seragam yang ia masukkan, semua sudah rapi. Meskipun ia Ketua geng motor, ia selalu rapi dan tidak pernah melanggar peraturan sekolah. Hal sederhana seperti itu ia lakukan supaya anggota REVAZAR yang lain juga sama, atau paling nggak, ketua gue aja kalau di sekolah selalu disiplin, masa iya gue nggak?
"Oke, waktu berkaca sudah habis. Sekarang waktu nya memakai sepatu." Monolog nya.
Athar lalu mengambil sepatu nya yang ia taruh di rak sepatu. Cowok itu kemudian duduk di kursi yang ada di sana. Saking fokusnya memakai sepatu, ia sampai tidak sadar kalau Tante Rani sudah berdiri di pintu kamarnya.
"Pagi-pagi begini mau berangkat, Thar?" suara wanita yang masih muda itu masuk ke telinga nya, dengan segera, Athar berdiri dari duduknya dan mengambil tas nya.
"Iya, Tan. Tadi malam tuh, Athar di chat Pak Arman," ucap cowok itu sembari mengambil kunci motornya. "Di suruh datang pagi-pagi, ada hal penting katanya."
Athar berjalan menghampiri tantenya, tante Rani hanya mengangguk mendengarnya.
"Kalau gitu sarapannya tante bekalin aja, ya?" tanya tante Rani.
Athar tersenyum. "Oke." jawabnya. "Sambil nunggu, Athar mau ke kamar, Defia dulu." tanpa menunggu persetujuan dari tante Rani, Athar langsung berlari menuju kamar bayi mungil itu yang tidak jauh dari kamarnya. Tante Rani hanya tersenyum melihat tingkah Athar.
Setiap hari sebelum berangkat ia selalu menyempatkan untuk menemui Defia, bahkan tidak segan-segan ia membuat Defia menangis. Jika saja, Athar itu putra nya, mungkin ia akan lebih senang. Siapa yang merasa tidak senang? jika mempunya anak yang patuh, pintar, sopan, baik seperti keponakannya itu.
Tante Rani menggelengkan kepalanya, menepis semua apa yang baru saja ia pikirkan. Di kasih kepercayaan buat merawat dan menjaganya saja aku udah bersyukur banget.
***
Sesampainya di sekolah, Athar langsung menaiki tangga yang tidak jauh parkiran untuk menuju ke ruang Aula, ruangan yang sering di gunakan untuk mengadakan rapat dengan para OSIS atau pun yang lainnya.
Athar melangkahkan kaki nya masuk, baru saja satu langkah. Ruangan itu sudah ada beberapa murid dan beberapa anggota OSIS. Athar mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu, mengamati anggota OSIS yang sibuk mondar mandir.
Athar melangkahkan kakinya lagi, berjalan menuju bangku yang sudah di sediakan. Tidak lagi bertanya, Athar sudah tahu kalau ini adalah rapat Olimpiade. Bisa di lihat dari wajah-wajah yang tidak asing lagi, sering ikut lomba dengannya.
Cowok itu kini melepas tas yang tadi ia gendong, lalu duduk di bangku paling depan. Tidak lama kemudian, Pak Arman datang dengan salah satu guru laki-laki dan duduk di meja depan menghadap ke arah siswa siswi nya.
"Selamat pagi, Anak-anak." sapa Pak Arman.
"Pagi, Pak." sahut mereka kompak.
"Sebelum kalian masuk ke kelas, saya mau menyampaikan sesuatu." ucap Pak Arman. "Kalian pasti sudah tahu kan kenapa saya menyuruh kalian kumpul di sini?"
Setelah diam beberapa detik, Pak Arman melanjutkan ucapannya. "Kalian yang sudah di pilih dan berada di sini, itu artinya pihak sekolah mempercayai kalian. Dan, saya harap kalian tidak akan mengecewakan saya."
Athar hanya diam, ia tidak akan berkomentar atau pun membantah lagi.
"Saya tidak pernah meminta kalian untuk jadi juara, saya hanya mau kalian berani untuk maju. Jika di kesempatan ini kalian tidak juara, jangan nyerah, masih ada kesempatan selanjutnya untuk kalian juara." ucap Pak Arman lagi.
Pandangan mata Pak Arman dan Athar kini bertemu. Pak Arman tahu kalau pandangan Athar kini sedang kosong. Bagaimana tidak, Athar yang biasa nya paling semangat soal OSN, kini murid kebanggan SMA GREVANTAS itu tidak ada semangat nya sama sekali. Semangat yang di telan oleh kehampaan, mungkin itu yang cocok untuk Athar sekarang.
"Gimana, Thar, kamu tetap ikut kan?" suara Pak Arman mampu membuyarkan lamunan Athar. Cowok itu hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Kalau gitu, saya akan membagi mata pelajaran yang akan kalian pelajari buat OSN nanti."
Athar menunduk, ia lalu mengambil ponselnya yang ia simpan di saku celana. Membuka aplikasi WhatsApp, jari nya kemudian menscrool ke bawah pada bagian daftar kontak.
Papa
Pa, Athar ikut OSN lagi
Athar minta kali ini papa sama mama pulang ya
***Setelah satu jam di ruang aula, kini semua murid sudah kembali ke kelas masing-masing. Athar berjalan santai di koridor, dengan kedua tangan yang ia masukkan ke saku celana.
Athar menghela napas nya, mencoba menenangkan pikiran nya. Mendapat Mapel sains bukanlah hal susah untuknya, karena mapel tersebut tidak terlalu sulit baginya. Sebenarnya bukan hal itu yang ia pikirkan. Tetapi, apakah dua orang itu bisa datang nantinya?
Athar menyandarkan tubuhnya pada tembok, sambil melihat ke lapangan yang penuh dengan murid olahraga. Mata Athar tak sengaja melihat gadis yang ia kenal. Tanpa berpikir lama, ia langsung saja menghampiri gadis itu.
Matahari hari ini sangat panas, bahkan untuk melihat ke arah depan saja sangat silau rasanya karena tepat di atasnya. Padahal ini baru saja jam setengah delapan, dan itu masih terbilang pagi. Athar sudah sampai di samping gadis yang duduk di bawah tanaman yang agak sedikit tinggi, dan benar saja, ia kenal dengan gadis itu.
"Sendirian aja, Neng? kenapa nggak ikut main?"
Suara itu mampu membuat Naila menoleh ke samping. Ya, gadis itu adalah Naila.
"Lagi males." jawabnya.
"Oh," tanpa permisi, Athar langsung duduk di samping Naila.
"Males kenapa?"
"Kepo banget." ketus Naila.
"Sebagai pacar gue kan harus perhatian." tangan Athar kini sudah melingkar di pundak Naila.
Naila menepis tangan Athar. "Lepas, ini sekolahan."
"Berarti kalau di luar sekolah boleh dong." ucap Athar langsung menanggapi. Cowok itu memutar posisi duduknya, menatap wajah Naila dari samping.
"Lo sendiri kenapa nggak masuk kelas?" tanya Naila.
"Biasalah, orang sibuk."
Di sisi lain, Bella yang baru saja selesai bermain bersama temannya mulai berjalan ke arah dua orang yang sedang berbincang itu. Ia sedikit mempercepat jalannya, mengambil minuman botol yang ia beli tadi, lalu duduk di sebelah Athar.
"Kak Athar kok sendiri, Kak devan mana?" tanya nya pertama kali ketika baru duduk.
"Di kelas,"
"Kak Athar bolos, ya?" tanya nya lagi.
"Iya,"
"Kenapa nggak ajak, Kak Devan juga sih,"
"Mana ada bolos ngajak orang." jawab Athar.
Athar berdiri dari duduknya, kemudian menarik tangan Naila agar ikut berdiri juga.
"Ikut gue yuk," ajak Athar.
"Kemana?"
"Bolos." ucap Athar yang sudah berlari, namun masih bisa di dengar Bella.
"KAK, KALAU BOLOS JANGAN NGAJAK PACAR."
26-07-22
KAMU SEDANG MEMBACA
Athar
Teen Fiction(Follow dulu sebelum baca) Athar Naufal Aldinata, Orangnya pintar, sering menjuarai lomba akademik dan non akademik, sering juga jadi juara di kelas. Selain di kenal berprestasi, ia juga di kenal sebagai ketua dari geng motor REVAZAR. Geng motor ini...