Athar 33

61 4 0
                                    

Haii,

Selamat datang di lapak ku.

Selamat datang di lapak Athar.

Semoga suka, ya.

Jangan lupa tinggalin jejak.

-Happy reading-

Malam hari, setelah makan malam, Athar sedang bersantai di tempat tidurnya sambil bermain ponsel. Ia sedang chat-an dengan teman-temannya sambil sesekali tertawa.

Tiba-tiba saja, Aris membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Aris langsung saja berjalan menghampiri Athar.

"Athar, Papa mau bicara," ucap pria itu ketika berdiri di samping Athar. Tidak ada respon dari Athar, cowok itu tetap fokus dengan ponselnya.

"Athar dengerin, Papa." nada bicara pria itu sudah sedikit naik. Berharap ada respon yang keluar dari mulut anaknya. Namun, tetap saja masih ia diabaikan.

Masih tidak ada respon. Dengan cepat, Aris mengambil ponsel Athar. "Pa, balikin hp aku."

"Papa bakal balikin setelah, Papa selesai bicara." Aris langsung mengarahkan ponsel Athar di belakang punggungnya.

"Dengerin baik-baik. Setelah Olimpiade kamu selesai, Papa akan bawa kamu ke singapura."

Athar terkejut mendengar pernyataan dari sang Papa. "Ya nggak bisa gitu dong, Pa. Athar kan sekolah di sini." bantah Athar tidak mau kalah. Cowok itu kini sudah berdiri dan berhadapan dengan Papanya.

"Nanti di sana juga kamu bakal, Papa sekolahin." sahut Aris, cepat.

"Alasannya apa, Pa? coba kasih alasan yang pasti."

Lagi-lagi, mereka berdebat. Kedua nya tidak ada yang mau mengalah, dan tidak akan pernah. Masalah kecil saja bisa mereka besarkan. Apalagi masalah besar, pasti tambah jadi besar.

Dulu, waktu lulus SMP, Aris berniat mengajak Athar untuk ikut dengannya. Namun, Athar menolak, dan bersikeras untuk tetap di indonesia dan tinggal dengan, Daniel.

"Karena, Papa nggak suka kamu ikut geng motor nggak jelas itu!"

"Apa? nggak jelas?" Athar mengulang lagi ucapan Aris.

"Geng motor yang Athar pimpin itu resmi dan pihak sekolah juga tahu. Nyatanya, Athar juga nggak pernah tawuran. Nggak ada juga laporan buat Papa untuk datang ke sekolah karena Athar masuk BK."

"Ada nggak, Pa?!"

"Papa nggak nerima alasan dari kamu. Pokoknya selesai olimpiade kamu ikut Papa ke SINGAPURA!" jelas Aris sekali lagi, dengan menekan kata terakhir. Pria itu lalu melempar ponsel Athar ke atas kasur dan langsung keluar dari kamar Athar.

***

Setelah selesai berdebat dengan Papa nya, Athar langsung keluar dan duduk di balkon kamarnya. Angin sepoi-sepoi yang sudah menusuk tulang dan suara yang sunyi menandakan kalau malam sudah larut. Tapi, ia masih saja betah duduk di sana sambil menatap foto teman-temannya juga gadis nya di galeri ponsel.

"Kalau gue ke singapura, siapa nanti yang ngelindungin kalian dari gangguan EVHROS?"

jari Athar kemudian menggeser layar ponselnya dan menampilkan foto Naila. "Terutama lo, Nai, siapa nanti yang jagain lo dari geng nya, Dania? terus nanti kalau misal, Rafa gangguin lo gimana?"

Aarggh. Athar sangat kesal. Cowok itu melampiaskan amarahnya dengan cara memukul tembok yang ada di sampingnya. Hal itu mengakibatkan tangannya lebam dan berwarna biru.

"PAPA EGOIS!"

Bertepatan dengan itu, Yuni membuka pintu kamar Athar. Sebenarnya, ia sudah memanggil dan mengetuk pintu kamar Athar dari tadi. Namun, karena tidak ada sahutan dari dalam dan takut anaknya kenapa-napa, ia memberanikan diri membuka pintu.

Yuni terdiam di ambang pintu. Melihat Athar yang seperti itu ia tidak tega untuk menghampiri nya. Apalagi ketika Athar memukul tembok, rasa nya ngilu. Yuni langsung menutup kembali pintu kamar Athar, dan kembali ke kamarnya untuk membicarakan lagi hal ini dengan suaminya.

***

"Pa, Mama mau bicara," ucap Yuni saat ia memasuki ruangan kerja Aris. Sebenarnya ia ragu untuk membahas ini. Tapi, melihat anak bungsu nya yang

"Apa sih, Ma, Papa masih sibuk." balas Aris yang masih fokus dengan laptop dan berkasnya.

"ini soal, Athar,"

Aris menghela napas pelan. "Kenapa lagi dia?"

"Pa, plis jangan paksa, Athar untuk ikut sama kita. Biarin aja dia di sini," pinta Yuni.

"Athar harus ikut!" bantah Aris.

"Apa alasannya? karena Athar ikut geng motor?"

"Papa pikir dengan, Athar ikut kita dia bahagia? nggak, pa. Athar nggak akan bahagia. Itu namanya, Papa ngekang anak!"

"Mendingan, Papa pergi ke kamar, Athar sekarang. Lihat kondisi nya." Nada bicara Yuni sedikit turun.

"Anak kita itu bahagia di sini. Bahagia nya, Athar ada di sini. Jadi, Papa jangan EGOIS."

Aris yang tadinya sibuk dengan laptop nya, kini beralih menatap Yuni. "Kenapa, sih, Mah ngotot banget belain dia?"

"Ma, Papa kayak gini tuh supaya, Athar bisa sukses seperti, Bastian."

"Tapi, nggak semua anak bisa papa jadiin seperti, Bastian. Nggak semua anak mau di tuntut, Pa." timpal Yuni dengan sedikit amarah.

"Papa nggak mau ada bantahan!"

Bastian Pranata, anak sulung dari Aris dan Yuni. Bastian juga anak yang pintar dan juga ramah. Cuma bedanya, Bastian lebih nurut perkataan Aris di bandingkan Athar.

Sejak masuk SMP, Bastian sudah di ajak Aris untuk melanjutkan sekolah di singapura, tempatnya bekerja. Tanpa ada bantahan, Bastian pun meng-iyakan ajakan, Aris.

Selama di sana, Bastian selalu menelpon, Athar secara diam-diam. Karena, kalau sampai ketahuan, Papa nya ponselnya akan disita.


***

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN:

@wattpadsoll23_
@sollhsn

FOLLOW AKUN MEREKA JUGA:

@revazarfanbase_
@atharnau_
@devdrgntara_
@kala_linggap
@sadewamhm6
@gue.kelvin
@kelvananggr
@nailabny




25-11-23

AtharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang