Athar 12

92 7 0
                                    

Haii,

Selamat datang di lapak ku.

Selamat datang di lapak Athar.

Semoga suka, ya.

Jangan lupa tinggalin jejak.

-Happy reading-


Setelah sepanjang jalan berdebat, akhirnya Naila memutuskan untuk ke markas REVAZAR saja. Naila turun dari motor Athar, kemudian melepas helm yang ia pakai. Di susul dengan Athar yang kini sudah berdiri di samping gadis itu, dengan membawa dua kresek berwarna hitam yang tadinya ia gantung di motornya bagian depan.

Malam ini Athar memang tidak memakai motornya, melainkan ia meminjam motor tante Rani. Karena ia pikir malam ini akan jalan-jalan keliling kota dengan Naila.

Naila mengambil dua kresek berwarna hitam itu dari tangan Athar. "Biar gue aja yang bawa," ucap nya lalu melanjutkan jalannya.

Athar membuka pintu markas, bisa Naila lihat di dalam sudah ada Dewa, dan si kembar yang sedang bermain game di ponsel masing-masing, ada Askala yang baring di sofa fokus kepada ponselnya, sedangkan Devan dan Bella yang sedang memperdebatkan sesuatu.

"Kayaknya lagi pada sibuk, nih." ucap Athar yang sudah menutup kembali pintu markas.

"Diem, bos, bentar lagi gue menang." kata Dewa. Ruangan tersebut semakin ramai karena teriakan dari Dewa, Kelvan, dan Kelvin.

Athar berjalan ke meja yang kosong lalu diikuti dengan Naila. "Pada nggak mau jajan?" Athar mulai mengeluarkan satu persatu minuman, kemudian beberapa macam makanan ringan yang berupa snack. Sebelum ke markas, ia dan Naila tadi sempat mampir dulu ke minimarket.

"Sisain buat gue," teriak Dewa yang masih fokus pada ponselnya.

"Yang nggak ambil sendiri nggak kebagian," kini suara Askala yang menyahut. Mendengar itu Dewa langsung berdiri dari duduknya

"Demi apa, ada yang couple an, nih." Goda Bella menyenggol lengan Naila.

"Ini pacaran nya udah deal, ya," tambah Bella.

"Nggak sengaja samaan, Bel," sanggah Naila.

"Nggak sengaja juga bisa jadi jodoh loh,"

***

Senin pagi, setelah melaksanakan upacara yang sangat lama dan juga panas, para murid langsung kembali ke kelas atau mampir ke kantin untuk sekedar membeli minuman dingin.

Namun, tidak dengan Athar, Anya, dan Lio. Sebelum upacara di mulai tadi, mereka sudah di panggil Bu Sarah untuk ke ruangannya setelah upacara selesai. Dan saat ini, ketiga murid tersebut sudah duduk di kursi berhadapan dengan Bu Sarah.

"Olimpiade tinggal satu bulan lagi, tadi malam saya sudah cek yang kalian kerjakan dan masih ada beberapa yang salah." kata Bu  Sarah.

Bu Sarah kembali menatap kertas lembaran soal milik Athar, Lio dan Anya. Ketiga murid itu hanya diam duduk di depan Bu Sarah, mereka sekarang sedang berada di ruangan Bu Sarah.

"Lio, jawaban kamu salah dua soal di nomor 34 dan 40. Ibu rasa kamu harus menguasai lagi soal tersebut."

"Athar, jawaban kamu benar semua, dan Ibu harap kamu bisa seperti ini terus."

"Anya, jawaban kamu salah dua soal di nomor 34 dan 40. Ibu rasa kamu juga harus menguasai lagi soal tersebut." ucap Bu Sarah

Bu Sarah memberikan kembali kertas lembaran soal tersebut kepada ketiga murid itu.

"Ada yang mau saya tanyakan kepada Lio dan Anya, kenapa salah kalian bisa di nomor yang sama? kalian ngerjain bareng?" Bu Sarah menatap Lio lalu berganti menatap Anya. Pertanyaan Bu Sarah mampu membuat terkejut Lio dan Anya.

"Enggak, Bu," jawab Lio dan Anya kompak. Bu Sarah menyipitkan tatapannya.

"Saya ngerjain sendiri kok, Bu, beneran." ucap Anya meyakinkan. Ia tidak mau dituduh seperti itu, karena ia memang mengerjakan sendiri meskipun sedikit susah.

"Apalagi saya, Bu, mana mungkin saya nyontek sama dia." kini Lio yang berucap.

"Sudah-sudah, saya nggak mau tahu apapun alasan kalian. Yang penting kalian berdua harus lebih mempelajari lagi soal tersebut." kata Bu Sarah.

"Bisa?" imbuh Bu Sarah.

"Bisa, Bu," jawab Lio dan Anya kompak.

***

Athar, Anya, dan Lio sudah keluar dari ruangan Bu Sarah. Mereka bertiga sedang berjalan di koridor menuju kelas masing-masing. Anya sedari tadi terus saja mengomel tentang masalah di ruangan Bu Sarah tadi.

"Lo bisa diem nggak sih?" tanya Lio, kesal.

"Nggak, sebelum lo ngaku kalau lo nyontek punya gue." ucap Anya.

Anya kini sudah berdiri di depan Lio, gadis itu menatap Lio dengan tatapan kesal. Sedangkan Lio memajukan kakinya melangkah ke depan, mempertipis jarak antara dirinya dan Anya.

"Nggak usah nyalahin gue, kemarin siapa yang bilang 'duh soal Sains kok lebih banyak dari Matematika ya, harus banget apa hafalin nama latin semua nya', bla bla bla." balas Lio akhirnya dengan menirukan gaya suara Anya.

Mendengar itu Anya semakin kesal, rasanya ia ingin sekali menonjok mulut cowok di depannya ini.

Athar mendekati kedua nya, ia mencoba untuk menghentikan yang mereka ributkan.

"Ayo, Adik-adik ikuti Kakak ya, kakak akan ajari kalian sampai pintar."

Aduh

Ringis Athar. Anya dan Lio kompak memukul kepala nya menggunakan kertas yang mereka gulung.












04-10-22

AtharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang