Athar 19

83 4 0
                                    

Haii,

Selamat datang di lapak ku.

Selamat datang di lapak Athar.

Semoga suka, ya.

Jangan lupa tinggalin jejak.

-Happy reading-

Jam beker sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Naila segera membereskan beberapa buku dan beberapa novel yang berserakan di kasur nya. Saat ini malam minggu, malam yang orang lain gunakan untuk jalan-jalan. Tapi, Naila malah lebih suka di rumah membaca novel atau menonton film yang direkomendasikan oleh Bella.

Setelah semua nya selesai, ia mulai tiduran di kasur sambil memainkan ponselnya. Baru saja menyalakan ponsel sudah ada beberapa chat dari Bella yang tidak jelas. pasti lagi gabut nih anak atau nggak pamer kalau lagi jalan keluar, gumam Naila.

Naila mengabaikan pesan dari Bella, gadis itu kini membuka room chat Athar yang sudah mengirimkan pesan dan juga menelpon beberapa kali.

Kak Athar


Nai, lo sibuk nggak?

Gue ada di depan

Missed voice call at 08.15 PM

Missed vioce call at 08.30 PM

Missed voice call at 08.55 PM


Seketika Naila langsung terbangun dari aktivitas rebahan nya.

"Udah setengah jam?" gumam Naila tak percaya. Pasalnya gadis itu tidak mendengar ada telpon masuk.

Naila langsung turun dari tempat tidur, membuka gorden jendela nya. Dan benar, Athar sudah berada di depan rumahnya, duduk di atas motor membelakangi rumahnya.

Dengan cepat, Naila langsung berlari keluar rumah. Saking terburu-buru, ia sampai lupa kalau tidak memakai sandal.

Naila sudah berada di luar rumah, ia kemudian membuka pagar rumah dan berdiri di belakang Athar yang masih duduk di motor.

"Kak," panggil Naila pelan setelah ia diam beberapa menit. Athar langsung melihat ke belakang sembari tersenyum.

"Kakak ngapain malam-malam ke sini?" tanya Naila.

"Nggak ngapa-ngapain, lagi bosen aja di rumah." jawab Athar.

"Mau masuk ke dalam?" tanya Naila.

"Nggak usah, di luar aja, udah malam."

"Masuk, yuk, duduk di kursi." tawar Naila.

Athar mengangguk, ia berjalan masuk terlebih dahulu. Bukannya duduk di kursi halaman rumah, cowok itu malah memilih duduk di rerumputan.

Naila juga ikut duduk di samping Athar. "Kak, mau gue buatin minuman hangat?"

Dengan cepat, Athar langsung menggandeng tangan Naila. Naila yang tadi nya akan berdiri kini kembali duduk.

"Nggak usah, lo di sini aja nemenin gue." ucap Athar menatap Naila. Tak lama, ia lalu beralih menatap ke depan. Lebih tepatnya menatap langit.

"Langit nya gelap banget, nggak ada hiasannya." kata Athar tersenyum kecil. Naila mengikuti arah pandang Athar.

Benar apa yang dikatakan cowok di sebelahnya. Malam ini langit terlihat gelap, tidak terlihat bintang satu pun. Mungkin, cuaca malam ini sedang mendung, pikir Naila.

***

"Lo yakin bisa ngalahin si Athar, Bos?" tanya Reza kepada Rafa. Reza merupakan teman Rafa sekaligus anggota inti yang selalu Rafa andalkan. Pasalnya, setiap masalah Rafa selalu saja menyuruh Reza untuk mengurusnya. Dan, semua itu bisa cowok itu atasi sendiri.

Reza mulai duduk di kursi depan Rafa, dengan tangan kiri nya yang memegang satu putung rokok yang tersisa setengah. Cowok itu memandangi Rafa yang sedikit gelisah, sembari tersenyum.

"Bener nggak butuh bantuan gue?" tanya Reza lagi.

"Kalau lawan yang ini, sih, si bos bisa ngatasin sendiri." ucap Deo yang duduk sendiri di belakang Rafa. Reza hanya mengangguk menyetujui perkataan Deo.

Tak berselang lama, Rafa tertawa dengan keras sembari menatap ke arah ponselnya. Tawa cowok itu seperti tawa yang sedang merencanakan sesuatu. Rafa kemudian meletakkan ponselnya di atas meja.

"Kalian tenang aja, kali ini nggak akan ada siapapun yang menang, melainkan malu."

***

Tak terasa, malam semakin larut, udara pun semakin dingin. Naila mengusap kedua lengannya yang merasa dingin. Angin malam ini serasa menusuk sampai ke tulangnya. Gadis itu sesekali meniup kedua telapak tangannya. Athar langsung saja melepas jaketnya. Lalu, ia pakaikan pada bahu Naila.

Sontak saja, Naila ingin melepas jaket tersebut. Namun, tangan Athar menahannya. "Udah, pakai aja, biar nggak dingin."

Tangan Athar lalu beralih memegang telapak tangan Naila. Ia bisa merasakan tangan Naila yang begitu dingin.

"Sorry, ya, gara-gara gue lo jadi kedinginan." kata Athar. Ia kemudian meniup telapak tangan Naila lalu ia usap-usap dengan tangannya. Ia ulangi terus sampai tangan Naila benar-benar hangat.

"Kak," panggil Naila.

"Kenapa?"

"Kakak, jam segini belum pulang nggak di cariiin sama orang rumah?"

"Di cariin. Udah di telpon juga tadi." jawab Athar. "Gue udah bilang sama, Tante kalau malam ini gue nginep di rumah nya, Devan."

Naila mengangguk. "Orang tua, Kakak?"

Athar terdiam sebentar ketika pertanyaan itu keluar, ia tersenyum tipis sembari menatap ke depan.

"Mereka sibuk di luar negri."

Naila yang mendengar jawaban Athar merasa bersalah. Ia tidak bermaksud membuat cowok itu sedih.

"Lo tahu nggak, sebenernya gue tuh males ikut olimpide ini." kata Athar.

"Mereka yang nyuruh gue buat ikutan lomba, tapi, mereka juga nggak pernah dateng." lanjutnya.

Athar menghela napasnya. "Gue punya dua rumah, cuma rumah kedua yang bisa bikin gue nyaman." Athar menoleh menatap Naila.

"Dan sekarang gue juga udah nemuin rumah baru."

"Siapa? mana?" tanya Naila.

"Cewek penyuka novel dan film, yang sekarang berada di depan gue."














06-02-23

AtharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang