Haii,Selamat datang di lapak ku.
Selamat datang di lapak Athar.
Semoga suka, ya.
Jangan lupa tinggalin jejak.
-Happy reading-
Aris sedang tergesa-gesa memasukkan pakaian nya ke dalam koper, pakaian yang awalnya tertata rapi di lemari kini berantakan di dalam koper. Setelah selesai menata miliknya, ia kemudian mengambil koper Yuni.
"Pa, Mama nggak usah ikut, ya." pinta wanita itu yang terus mengikuti di belakang, Aris.
"Kamu harus ikut!"
"Kalau gitu undur aja meeting nya, Pa." bujuk wanita itu lagi.
"Nggak bisa, Ma, ini meeting penting. Papa meeting dengan perusahaan nomor 1 di Singapura." balas nya. "Dan kesempatan kayak gini nggak datang dua kali." imbuh nya.
"Tapi gimana dengan lomba Athar lusa, Pa?" pertanyaan itu keluar dari mulut, Yuni. Toh, mereka pulang juga gara-gara ini, kan? apakah, Aris lupa dengan tujuan nya?
"Kita kasih penjelasan pasti dia ngerti."
Lagi dan lagi, Aris mengabaikan janji nya.
"Tapi, Pa, ini bukan--"
"Pa, Ma, kalian mau kemana?" tanya, Athar yang berdiri di ambang pintu. Ia sedikit melangkah kan kaki nya lebih masuk dan saat itu juga, Aris baru saja selesai mengemasi pakaian, Yuni.
"Pa, undur aja meeting nya atau kalau nggak tunda sampai lusa, Pa." ujar, Yuni memaksa, Aris. Namun, tidak ada tanggapan dari laki-laki itu.
Aris lebih memilih menghampiri, Athar, lalu menepuk pundak sang anak. "Papa sama Mama pergi dulu, ya. Nanti kamu pulang aja ke rumah Om Daniel."
Athar mengerutkan kedua alisnya. "Papa mau pergi lagi?"
"Papa nggak pergi, Thar, Papa ada kerjaan jadi harus balik lagi."
"Papa baru dua hari loh di sini, dan lusa juga, Athar lomba, Pa. Papa nggak mau dukung, Athar langsung? Papa nggak mau menyaksikan dengan mata kepala, Papa sendiri?"
Mata cowok itu kini sudah berair. Jika di tanya apakah ia kecewa? tentu sangat kecewa. Ini adalah penantian yang sangat ia nantikan beberapa tahun lalu.
"Sebenarnya sih, Papa pengen banget lihat kamu melawan sekolah lain," tutur pria itu.
"Kenapa harus pergi sekarang, Pa?"
"Karena meeting Papa tuh besok dan Papa juga udah beli tiketnya. Masa iya sih nggak jadi pergi? rugi dong, Papa, beli masa nggak di pakai."
"Rugi, Papa bilang? lebih penting mana? meeting atau anaknya?!" emosi Athar kali ini tidak bisa ia kontrol.
"Kalo gini caranya, Athar nggak mau lagi ikut lomba!"
Setelah mengatakan itu, Athar langsung meninggalkan kedua nya lalu masuk kamar.
***
Kondisi kamar, Athar kini sudah berantakan seperti kapal pecah. Sejak masuk ke kamar, cowok itu sudah menjatuhkan barang-barang nya. Suara kedua orang tuanya kini mulai samar di dengarnya. Suara pintu tertutup juga sudah di dengar. Itu tandanya, mereka sudah keluar dari rumah ini.
"kok kehadiran gue kayak nggak di anggap, ya?"
"Apa dulu mereka nggak begitu menginginkan gue?" Athar merasa frustasi. Kini, giliran selimut dan juga bantal yang ia lempar.
Athar kini duduk di pinggir tempat tidur, badannya sedikit membungkuk dengan kedua tangan yang memegang kepalanya. Kemudian, tak berselang lama kedua tangannya mengacak-acak rambutnya.
***
Setelah merasa tenang, Athar memutuskan untuk menuju ke rumah Daniel. Mengendarai motor dengan kecepatan tinggi adalah hobi nya ketika keadaannya sedang begini.
Tidak butuh waktu lama, ia sudah sampai. Athar langsung membuka garasi dan memarkirkan motornya di sana. Sebelum ke sini, ia sudah mengabari Tante Rani terlebih dahulu kalau akan datang supaya pintu belakang tidak di kunci. Ia kasihan
Selesai mengunci pintu belakang, ia berniat pergi ke kamar. Tapi, langkah nya terhenti ketika ia merasa perutnya lapar.
"Oh iya, tadi kan gue belum makan." gumamnya sambil memegangi perut. Athar langsung menuju ke kulkas, guna mengambil minum dan juga sesuatu yang bisa ia makan nanti. Di dalam kulkas ada beberapa buah dan juga beberapa potong sandwich buah yang sudah Tante Rani siapkan.
Athar langsung mengambil satu potong sandwich, lalu ia pergi dari sana.
Sesampainya di kamar, ia langsung merebahkan tubuhnya. Rasanya sangat melelahkan malam ini. Bukan hanya tubuh nya saja yang lelah, pikirannya juga ikut lelah kali ini. Athar memejamkan matanya, menarik napas sedalam mungkin, lalu dengan pelan ia keluarkan.
Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk. Dan, ya, benar, saat di cek nama Naila muncul di layarnya.
"Tidur, Nai udah malam, besok sekolah." Athar merekam suara nya dan ia kirimkan ke, Naila. Kedua sudut bibir nya tertarik ke atas.
Athar masih menunggu balasan dari, Naila. Cowok itu menatap langit-langit kamarnya dengan ponsel yang ia pegang di sampingnya. Matanya sudah berkedip beberapa kali dengan sangat pelan. Dan dalam hitungan detik, kedua mata nya kini sudah tertutup untuk tidur.
***
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN:
@wattpadsoll23_
@sollhsnFOLLOW AKUN MEREKA JUGA:
@revazarfanbase_
@atharnau_
@devdrgntara_
@kala_linggap
@sadewamhm6
@gue.kelvin
@kelvananggr
@nailabny22-01-2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Athar
Teen Fiction(Follow dulu sebelum baca) Athar Naufal Aldinata, Orangnya pintar, sering menjuarai lomba akademik dan non akademik, sering juga jadi juara di kelas. Selain di kenal berprestasi, ia juga di kenal sebagai ketua dari geng motor REVAZAR. Geng motor ini...