Athar 40

76 4 0
                                    

Haii,

Selamat datang di lapak ku.

Selamat datang di lapak Athar.

Semoga suka, ya.

Jangan lupa tinggalin jejak.

-Happy reading-

Waktu olimpiade sudah di mulai beberapa menit yang lalu. Setelah menimbang dan mencerna ucapan Kelvin, Naila akhirnya kembali masuk ke dalam ruang olimpiade. Ia kembali ketempat semula di samping Bella. Kebetulan, di depan mereka sudah ada Tante Rani dan juga Om Daniel.

Bella langsung merangkul Naila. Sedangkan Naila, ia terus menatap Athar. Olimpiade sudah berjalan setengah, namun Athar masih saja kurang fokus. Athar duduk di tengah antara Lio dan Anya.

Seringkali Naila melihat Athar melihat jawaban dari Lio dan Anya sebelum menjawab. Kadang, diantara keduanya memastikan lebih dulu jawaban Athar sebelum Athar menjawab.

Athar menatap ke arah penonton. Matanya terdiam sebentar ketika ia menangkap gadisnya berada di sana. Sudut bibirnya seketika tertarik sedikit.

Naila membalas senyuman, Athar. Kepala gadis itu mengangguk pelan sembari bibir nya bergerak mengucapkan kata 'Semangat! kamu pasti bisa!'

Athar yang mendapat ucapan semangat dari Naila kembali bersemangat. Ia kini mulai kembali fokus dan menjawab dengan cepat dan tepat.

Waktu berlalu begitu cepat, kini Olimpiade sudah selesai. Para siswa-siwsi mulai berhamburan keluar, begitu juga dengan para Ibu Bapak pendamping dan penonton.

Mereka kini sedang berkumpul di luar ruangan Olimpiade. Athar menghampiri teman-temannya, diikuti dengan Lio dan Anya. Teman-teman Athar memberikan selamat kepada Athar, Lio, dan Anya satu persatu.

"Sorry, ya, kalau tadi gue ngerepotin kalian terus." ucap Athar.

"Nggak papa, Thar. Bukannya kalau satu tim tuh harus saling membantu, ya?" ujar Anya.

"Thanks, ya,"

"Sama-sama, Bro." balas Lio.

Setelah berbincang dengan Anya dan Lio, Athar kemudian berjalan menghampiri Devan dan mengajaknya sedikit menjauh dari yang lain.

"Dev, hp gue nggak ada yang chat atau telpon?" tanya Athar dengan wajah penuh harap pada Devan. Athar kembali melihat sekitar.

"Tadi gue cek, sih, nggak ada, Thar."

Athar tersenyum simpul. Jawaban Devan membuatnya lemas seketika. Devan yang melihat keadaan Athar menjadi khawatir.

"Lo kenapa?"

"Perasaan gue nggak enak, Dev."

"Gimana kalau lo duduk dulu?" tawar Devan.

"Nggak usah. Gue udah mendingan kok." balasnya. "Gue ke Tante Rani dulu, ya?" Devan hanya mengangguk.

Athar merasa kecewa kali ini. Ia sudah menduga kalau permintaannya tidak akan di turuti. Padahal hanya permintaan sepele.

Belum sempat menghampiri Tante Rani, Bu Sarah sudah lebih dulu menghentikannya.

"Anak-anak, Ibu minta sekarang kalian balik lagi ke ruangan. Karena sebentar lagi hasil olimpiade bakal di umumkan." jelas Bu Sarah.

***

"Oke semuanya, sebentar lagi kita akan mengetahui siapa yang akan membawa piala yang saya pegang ini." ucap MC laki-laki itu yang sedang berdiri di tengah dengan memegang piala.

Sang MC kemudian menghampiri para juri. Ia mendengarkan apa yang di katakan dari salah satu juri tersebut. Setelah paham, ia kemudian kembali ke tengah dengan membawa kertas putih. Di ikuti oleh salah satu juri perempuan yang kemudian mengambil alih untuk membawa piala.

Terlihat di belakang sana, Athar, Anya dan Lio sedang bergandengan tangan. Mereka menundukkan kepala sambil membaca doa masing-masing. Di ruang lain, ada Bu Sarah dan juga teman-teman Athar yang ikut merasa deg-degan.

"Semoga saja sekolah kita menang, ya Allah." seru Dewa, yang langsung di balas 'Aamiin' oleh teman-temannya.

"Saya akan bacakan juara tiga terlebih dahulu. Juara ketiga diraih oleh SMA.."

"Tunas bangsa," suara tepuk tangan begitu meriah.

"Baik, sekarang saya akan membacakan juara pertamanya. Dengar baik-baik, ya."

"Juara pertama diraih oleh SMA..."

"SMA GREVANTAS."

Mendengar nama sekolahnya di sebut sebagai pemenang, Anya refleks langsung teriak sambil tepuk tangan. Athar dan Lio juga ikut tepuk tangan dengan semangat. Mereka bertiga kemudian berpelukan.

Suara tepuk tangan juga sangat meriah. Naila bahkan sampai melompat lompat kecil sambil merangkul Bella. Raut wajah bahagia tidak bisa ia sembunyikan.

"Huuu... yeee... temen gue tuh yang pegang piala." celetuk Dewa dengan kencang.

"Temen gue juga kali." Sahut Kelvin.

"Temen kita semua."

Bu Sarah dan teman-teman Athar kompak bertepuk tangan dengan rasa bangga.

***

"Yeee..."

Semua bersorak gembira. Teman-temannya mengangkat Athar sampai keluar gedung. Athar langsung meminta turun ketika sudah di luar. Anya dan Lio juga ikut bergabung.

"Nih, Thar piala, Lo." ucap Lio

"Kok gue, sih. Kan tadi kalian yang banyak ngerjain tugas, kalian juga yang banyak ngeluarin tenaga otak. Jadi, piala ini buat kalian aja."

"Athar, ini piala kita, kita semua menang. Tapi.." Anya menjeda ucapannya. Ia kemudian mengambil alih piala yang saat ini Lio pegang.

"Lo yang lebih berhak atas semua ini. Jadi, gue mohon Lo terima, ya." jelas, Anya memberikan piala itu kepada Athar.

"Gue sama Lio juga udah tahu alasan Lo masih mau ikut Olimpiade ini." imbuh gadis itu.

Athar mengambil alih piala itu. Ia menatap piala tersebut dengan rasa kecewa. Piala yang seharusnya ada di tangan orang tuanya, kini masih berada di tangannya.

Athar kini mulai berjalan menghampiri Naila yang berdiri di samping Lio. Ia berhenti tepat di depan gadisnya yang saat ini juga sedang menatapnya.

"Aku mau tepati janji aku. Lebih tepatnya buktiin omongan aku waktu itu."

"Piala cantik buat orang cantik. Makasih, ya udah mau datang buat kasih aku semangat. Tolong di terima, ya cantik." Naila menerimanya dengan senang hati.

Dan di waktu itu juga, Om Daniel datang menghampirinya. "Athar, Om mau bicara sama kamu." ucap Om Daniel yang terlihat serius.

"Mau bicara apa, Om?" tanya Athar.

"Om mau bilang kalau Mama Papa datang? Mana mereka, Om?"

Raut wajah Daniel seketika berubah sedih saat mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Athar.

"Om kenapa nangis?"

"Athar Mama Papa kamu.."

"Kecelakaan,"

Deg

Mendengar pernyataan dari Om Daniel membuat tubuh Athar lemas seketika. Ia kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh. Untung saja teman-teman Athar sigap menahan tubuhnya.

"Di rumah sakit mana, Om?" tanya Bella.

"Rumah sakit Citra Medika,"

"Gue harus ke sana." Athar langsung lari ke parkiran. Tanpa memperdulikan kondisinya yang sedang syok, ia mengendarai motornya dengan sangat cepat.

"Kita harus susulin Kak Athar." Naila langsung berlari menuju gerbang. Sedangkan yang lain langsung menuju motor masing-masing.

***

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN:

@wattpadsoll23_
@sollhsn

FOLLOW AKUN MEREKA JUGA:

@revazarfanbase_
@atharnau_
@devdrgntara_
@kala_linggap
@sadewamhm6
@gue.kelvin
@kelvananggr
@nailabny



06-04-24

AtharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang