Athar 11

81 6 0
                                    

Haii,

Selamat datang di lapak ku.

Selamat datang di lapak Athar.

Semoga suka, ya.

Jangan lupa tinggalin jejak.

-Happy reading-

Malam ini, malam minggu, malam yang biasanya di gunakan anak muda bahkan orang dewasa untuk jalan-jalan, entah itu dengan pacar ataupun dengan keluarga.

Beda hal nya dengan Athar, cowok itu kini sedang sibuk dengan kertas latihan soal yang di berikan bu Sarah tadi pagi. Baru setengah soal, Athar sudah merasa lelah. Namun, ia tidak bisa pergi dari meja belajarnya, karena di sebelah kanan laptop nya menyala menampilkan gambar Papa nya.

Ya, papa nya menelfon video call melalui laptop, laki-laki itu hanya ingin memastikan kalau anaknya benar-benar mengerjakan soal tanpa bermalas-malasan.

Athar masih menatap latihan soal tersebut, dengan kepala yang ia tahan menggunakan tangan kirinya. Sedangkan di sampingnya, ia bisa melihat jika Papa nya sibuk dengan urusannya sendiri.

Tak berselang lama, Papa nya kembali berucap. "Papa matiin dulu ya telfon nya, ada urusan."

Panggilan video call itu pun mati dalam sepihak, Athar menghela napasnya panjang lalu menyandarkan punggung nya ke sandaran kursi.

"Gini amat jadi pinter, malam minggu aja masih di suruh belajar." gumam cowok itu sambil memejamkan matanya.

Detik berikutnya, ia mengambil ponselnya yang semula ia charger. Melepas colokan itu dari ponselnya. Jempol nya memencet aplikasi WhatsApp kemudian mencari nomor seseorang.

Naila

Sibuk, nggak?

Nggak

Jalan yuk, gue jemput

Kan Kakak harus belajar

Belajar bisa besok lagi

Siap-siap ya

Gue otw


Setelah mengirim pesan tersebut, Athar langsung berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah lemari. Mengambil jaket levis yang tergantung rapi di lemari nya.

***

Naila yang baru saja membaca pesan dari Athar, langsung terbangun dari acara rebahannya. Membuka lemari dan mengeluarkan satu per satu bajunya yang ia gantung.

"Pakai yang mana, ya?" monolog nya, gadis itu sudah melempar empat baju ke tempat tidurnya.

"Eh, ini kan cuma jalan doang. Kok gue ribet banget, sih." Naila kembali melempar bajunya ke tempat tidur.

Dalam sekejap, kamar Naila berubah menjadi kapal pecah. Pakaian yang tadinya rapi, kini sudah berserakan di tempat tidurnya, bahkan di lantai juga. Ya, begitulah cewek kalau sedang cari baju buat jalan, ia masih tetap bingung dan bilang tidak punya baju lainnya. Padahal baju nya satu lemari penuh.

"Loh, Nai, kok berantakan sih." ucap Sonya ketika masuk ke kamar putri nya. Wanita itu kaget ketika melihat semua nya berantakan.

"Hehe, lagi cari baju, Ma."

"Buat jalan sama, Athar, kan?" tanya sonya.

Naila mengerutkan kedua alisnya. "Loh, kok, Mama tahu."

"Ya tahu lah, orang nya aja udah di depan."

"Hah? di depan?"

Sonya mengangguk. Naila kemudian panik kembali, mengacak-acak lagi pakaian nya menjadi tambah berantakan.

"Kok, kamu ribet banget sih. Tinggal pakai jaket atau ganti yang panjang aja. Lagi pula ini juga udah malam, biar nggak dingin."

Naila mengikuti saran dari Mama nya, gadis itu pun kemudian mengambil jaket levis yang ia gantung di belakang pintu. Tidak lupa, ia juga merapikan rambutnya yang tadi sedikit berantakan.

Naila keluar kamar sambil memakai jaketnya,   ia lalu berjalan menuju ke arah orang tuanya yang sedang duduk di sofa bersama. Hanya sekedar berpamitan dan juga salim. Itu yang orang tuanya ajarkan kepada Naila jika akan pergi keluar.

***

"Maaf, ya, Kak, nunggu lama." ucap Naila ketika baru saja keluar dan menutup pintu kembali.

Gadis itu berbalik badan, terdiam beberapa detik saat melihat cowok itu di depannya.

"Loh, kok sama?" tanya nya dengan suara terkejut, jari telunjuknya yang tadi menunjuk diri nya kini beralih menunjuk Athar.

Kedua nya sama-sama terdiam dengan saling menatap. Menatap jaket yang mereka pakai ternyata sama.  Sama-sama warna putih, hanya saja sedikit berbeda pada modelnya.

"Ekhem, cie ngikutin." goda Athar membuka obrolan.

"Nggak, siapa yang ngikutin." sahut Naila.

"Pasti tadi nanya gini ke tante Sonya, 'Ma, Kak Athar pakai baju apa, Nai punya nggak'." tangannya sudah bersedekap di depan dada, dengan gaya bicara yang ia buat seperti Naila.

"Ih, sok tahu banget."

"Tapi bener, kan?"

"Salah."

"Yaudah, jalan aja kalau gitu."

Athar meraih tangan Naila berjalan menuju motornya, memakaikan helm yang ia bawa khusus buat Naila, setelah itu ia juga memakai helm full face nya.













26-09-22

AtharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang