Tetangga Sempurna 3

39 20 0
                                    

Tetangga Redheart 3

“Apa keluarga Redheart tinggal di rumah itu sejak lama?” tanyamu?

Lumayan, lumayan lama. Mungkin sudah belasan tahun yang lalu. Tentu saja, saya belum menjadi ketua RT waktu itu.

Apa kamu tertarik dengan rumah itu? Rumah itu memang bagus, ya. Seperti istana idaman. Mungkin kurang cocok untuk keluarga kecil yang baru menikah, tapi dilihat dari sisi mana pun, rumah itu memang bisa dibilang rumah dambaan semua orang. Sayang sekali, karena keluarga Redheart sedang mengalami krisis keuangan, mungkin rumah itu sebentar lagi akan dijual.

“Karena kasus itu?” tanyamu?

Iya, kasus yang menimpa putri sulung Redheart itu. Masalah besar seperti itu memang seperti bencana yang bisa menghancurkan semuanya secara tiba-tiba. Siapa yang menyangka keluarga konglomerat Redheart akan jatuh seperti ini. Benar-benar mengejutkan, bukan? Padahal dari luar, mereka terlihat seperti keluarga yang harmonis, lho. Keluarga yang sepertinya tidak punya banyak masalah.

Siapa sangka, putri mereka bisa melakukan hal mengerikan seperti itu.

Apa saya dekat dengan keluarga Redheart?

Kalau dibilang dekat, mungkin tidak terlalu. Mereka keluarga yang sedikit tertutup. Tapi, saya pernah beberapa kali berbincang dengan mereka, apalagi sejak saya menjabat sebagai ketua RT. Saya cukup sering berkunjung dan masuk ke rumah mereka, untuk menagih iuran warga atau sekadar memberikan undangan kerja bakti mingguan.

Saya selalu disambut dengan baik ketika datang bertamu. Mereka keluarga yang ramah dan murah senyum. Awalnya sebagian besar warga di sini mengira kalau keluarga Redheart itu keluarga yang sombong. Itu kesan awal yang cukup wajar, saya kira. Melihat jabatan, reputasi, dan nama besar Redheart, saya yakin setiap orang akan lebih dulu mengecap mereka arogan atau apalah. Tapi, tidak. Keluarga Redheart, saya pikir sama saja seperti keluarga lain yang tinggal di kompleks perumahan ini.

Minuman dingin dan beberapa toples camilan ringan selalu tersedia di atas meja ruang tamu, asisten rumah tangga yang menyajikan. Pak Redheart, yang setahu saya memang sangat sibuk, jarang berada di rumah. Sering kali hanya istrinya yang menyambut saya. Cukup wajar, apa lagi waktu saya bertamu itu seringnya tepat di siang hari.

“Apa Pak Redheart pernah ikut kegiatan kerja bakti?” tanyamu?

Pernah, tapi jarang sekali.

Sebenarnya sudah ada banyak petugas kebersihan yang diperkerjakan di kompleks perumahan ini. Jadi, kerja bakti bukan kegiatan yang wajib. Memang, ada undangan setiap minggu, tapi itu tidak lebih dari kegiatan untuk mempererat hubungan antar tetangga, antar warga. Bukan hal khusus. Warga di sini, terutama yang bapak-bapak, sudah cukup terbiasa dengan ketidakhadiran pak Redheart waktu kegiatan kerja bakti. Hanya dilihat dari penampilannya, siapa pun pasti tahu betapa sibuknya pria itu.

Bu Redheart? Wanita itu juga jarang keluar rumah. Selain untuk menemani putrinya, Alice, bermain di taman atau membeli es krim di kedai sebelah, saya pikir Bu Redheart hampir tidak pernah keluar rumah. Ada asisten rumah tangga yang berbelanja ke luar rumah, sopir yang mengantar jemput Alice ke sekolah. Saya jarang, dan bahkan sampai tidak ingat kapan terakhir kali melihat Bu Redheart itu berada di luar wilayah rumahnya.

“Apa hubungan keluarga mereka bermasalah?” tanyamu?

Saya tidak pernah mendengar yang keluhan-keluhan aneh tentang mereka. Para tetangga pun tidak pernah mendengar atau membicarakan gosip buruk tentang keluarga itu. Saya rasa semuanya baik-baik saja. Terlepas dari masalah pekerjaan atau hal lain yang mungkin mereka sembunyikan, saya pikir keluarga mereka bisa dibilang tidak bermasalah. Mereka tipe keluarga ideal. Suami yang kaya, pemimpin perusahaan. Istri yang cantik dan murah senyum. Putri yang manis dan penuh semangat. Sewaktu saya muda, saya ingin dan pernah berimajinasi akan mempunyai keluarga seperti itu nantinya.

Ngomong-ngomong, apa Ibu datang ke sini sendirian?

Saran saya, untuk sekarang jangan terlalu dekat dengan rumah itu. Masih banyak wartawan dan jurnalis yang berkeliling di sekitar sana.

Eh? Ibu ini juga seorang wartawan?

Wah, maaf saya salah kira. Saya pikir, Ibu ini seorang pembeli rumah yang kebetulan sedang melihat-lihat rumah besar Redheart itu. Maaf, maaf. Soalnya Ibu ini kalau saya lihat-lihat sama seperti Bu Redheart waktu pertama kali membangun rumah ini dulu. Waktu itu Bu Redheart juga sedang hamil muda.

***

ONCE UPON AN ALICE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang