Erika's Diary

77 27 0
                                    

Dear diary.

Huwaaa, capek banget! Seharian ini aku habis main lagi ke rumah sahabatku, Alice.

Dia ngajak aku main petak umpet? nggak salah tuh? Di istananya yang besar banget itu, yang ada aku malah nyasar kalau aku keliling sendirian, muter-muter, naik-turun tangga di sana, hahahaha!

Tapi serius, deh. Habis ngerjain PR bareng, kami beneran main petak umpet tadi siang. Alice yang pertama kali jaga. Dia nutup mata, ngehitung satu sampai dua puluh di ruang tengah yang ada pianonya itu. Teruuus, waktu dia ngehitung, aku ya cari tempat sembunyi, dong. Sembunyi di mana ya enaknya?

Mama bilang, aku nggak boleh nakal-nakal kalau lagi di rumah orang. Hmm, bener juga sih. Di rumah Alice banyak guci sama vas yang kelihatan mahal, aku nggak boleh lari-lari. Kan bahaya juga kalau aku kesandung, terus ngejatuhin guci-guci itu sampai pecah. Aduh, bisa gawat nantinya. Jadi aku cari tempat sembunyi di luar rumah. Di taman.

Nggak ada guci di taman, cuma ada pot-pot batu yang nggak mungkin pecah kalau aku senggol. Tempat yang bagus buat sembunyi. Aku sembunyi di semak-semak, dekat kolam ikan koi. Semoga aja Alice nggak bisa nemuin aku di sini, hahahaha!

Tapi kok, itu ada Mamanya Alice. Gawat. Aku baru sadar. Dia lagi nyiram tanaman yang ada di depan teras, bibirnya yang nggak pakai lipstik itu tersenyum.

Kadang aku ngerasa aneh, mamanya Alice baik banget sama aku. Dia pasti senyum waktu aku noleh ke arahnya. Aku ingat, waktu pertama kali aku ke sini, mamanya Alice nyambut aku, senyumnya lebar banget. Ramah, kayak Alice. Baik juga. Aku pernah numpahin teh lemon yang dia kasih buat aku. Tanganku waktu itu keringatan, embun yang nempel di gelasnya juga licin, jadi gelas itu tergelincir, jatuh, pecah, sampai karpet ruang tengahnya basah kena tumpahan minuman.

Awalnya, aku kira bakal dimarahi. Mama pasti marah kalau aku mecahin sesuatu, tapi mamanya Alice nggak. Mamanya Alice malah senyum ke arahku, seolah nggak terjadi apa-apa. Ia manggil asisten rumah tangga buat ngebersihin pecahan gelas itu, sama karpetnya juga dicuci.

Aku nggak berani cerita ini ke Mama. Bisa gawat. Toh, mamanya Alice nggak marah.

Duh, kok jadi nyeritain mamanya Alice. Kan awalnya aku mau nulis petak umpet yang aku sama Alice mainin tadi.

Aku terus sembunyi di semak-semak. Ada suara Alice teriak, manggil namaku. Teruuus, Alice curang!

Cewek itu tanya ke mamanya. “Ma, lihat Erika, nggak?” Samar-samar, aku bisa dengar.

Mamanya menggeleng, masih nggak tau kalau aku ada di semak-semak di dekatnya. Lalu, “Ayo kita cari sama-sama,” katanya.

Mereka berdua tersenyum lebar, terus mulai teriak, “Erika, kamu di mana?”

“Kamu nggak bisa sembunyi selamanya!”

Curang banget, kan? Seharusnya yang jaga itu kan cuma Alice.

Ih, sebel, sebel, sebel!

XOXO.
Erika

ONCE UPON AN ALICE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang