Cinderella 5

71 23 5
                                    

Malam harinya, kabar itu muncul di siaran berita dadakan. “Seorang anak berinisial AR, diduga membunuh teman sekelasnya yang berinisial EH.” Kejadiannya di kota ini. Di sekolah yang besar itu, TKP-nya di toilet belakang sekolah. Tidak salah lagi, ini berita tentang kejadian tadi siang. Akan tetapi, ada yang aneh. Ada sesuatu yang seharusnya tidak terjadi.

AR diduga membunuh EH?

AR itu... Alice Redheart, kan? Kenapa? Apa yang terjadi? Terakhir kali saya melihatnya, Alice itu sudah jatuh, kan? Setelah kepalanya tidak sengaja terpukul oleh tongkat baseball yang diayunkan temannya? Saya melihatnya berdarah, terkulai lemah, tidak berdaya. Apa maksudnya AR membunuh EH?

Saya membenarkan posisi duduk saya yang mulai tidak nyaman, mencondongkan punggung dan bagian atas tubuh saya, lebih dekat ke layar TV. Ada yang salah. Saya ingin memastikannya. Acara berita itu menampilkan kondisi TKP yang sudah dikelilingi garis polisi, beberapa orang diwawancarai kesaksiannya. Mereka bilang jenazah korban ditemukan sekitar tengah hari, waktu yang sama ketika saya masih ada di sana. Kenapa bisa?

Ahli forensik yang diwawancarai selanjutnya bilang, korban mengalami pendarahan di bagian belakang kepalanya, kemungkinan besar dikarenakan pukulan benda tumpul. Tongkat baseball. Tidak heran kalau benda itu yang dicurigai sebagai senjata pembunuhan. Tapi kenapa?

Kenapa?

Kenapa Alice masih hidup dan....

Barulah saat itu saya menyadari kesalahan saya.

Bagaimana kalau anak yang saya incar itu bukan Alice. Gadis yang memakai kostum itu bukan Alice. Alice tidak menjadi Cinderella.

Lalu, gadis berbando itu... dialah Alice yang asli.

Ketika saya berpikir seperti itu semuanya terasa masuk akal.

Alice membunuh temannya sendiri, seperti yang sedang ditayangkan di berita. Walaupun sebenarnya dia ingin menyelamatkan gadis yang saya incar. Tapi kenapa?

Ada banyak pertanyaan baru yang berdengung di kepala saya. Kenapa, kenapa, kenapa.

Alice yang berperan sebagai Cinderella. Seharusnya begitu, kan? Saya ingat Pak Redheart berkata seperti itu kepada saya. Saya ingat jelas. Tidak mungkin salah.

Kenapa anak itu, Alice yang asli, tidak melapor? Kenapa dia diam saja menerima tuduhan itu? Seharusnya Alice bicara yang sejujurnya, melaporkan saya. Saya yakin dia melihat wajah saya dengan jelas. Akan lebih mudah baginya untuk mengaku dan lepas dari tuduhan itu.

Kenapa Alice diam seperti itu?

Bukan berarti saya ingin menjadi buronan dan dimasukkan ke penjara. Hanya saja, saya tidak mengerti kenapa?

***

Saya ingin menyelidikinya. Saya ingin tahu. Kenapa Alice tidak mengatakan apa-apa tentang saya. Saya yang seharusnya disalahkan atas kematian anak itu. Anak itu... siapa? Siapa gadis kecil yang terbunuh itu? Saya juga ingin tahu. Apa dia pantas menerima kematian mengerikan seperti itu? Seperti apa kesehariannya? Apa dia anak nakal, atau baik?

Saya harus tahu.

Mungkin ini karena rasa bersalah saya. Namun, saya ingin mencari tahu lebih banyak tentang anak yang berinisial EH itu, dan juga Alice. Bagaimana hubungan pertemanan mereka? apa ada hubungannya dengan Alice yang terus diam?

Saya ingin tahu. Karena itu saya menyelidiki lebih jauh.

Anak yang meninggal itu bernama Erika Hatcraft. Saya tahu dari website sekolah yang terbuka untuk umum. Ada data nama-nama murid dari berbagai kelas. Di kelas 5B, hanya ada Erika Hatcraft yang cocok dengan inisial EH. Alamatnya? tidak terlalu jauh dari kontrakan saya.

ONCE UPON AN ALICE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang