Erika's Diary 5

49 21 2
                                    

Dear diary.

Seharian ini aku nemenin mamanya Alice berkebun. Sama Alice juga pastinya. Kami bantu nyabutin rumput liar, nyiram bunga juga. Mamanya Alice habis beli bibit bunga lili baru. Cantik banget, warnanya putih bersih, kelopak bunganya juga kelihatan lembut. Aku ingin pegang, tapi aku takut dimarahin.

Bunga lili itu ditaruh di pot plastik warna hitam kecil. Walaupun nggak semewah vas keramik yang tersebar di sisi-sisi rumah itu, tapi bunga itu itu nggak kalah memukau. “Itu bunga mahal,” kata Mama Alice. “Jadi hati-hati kalau main di dekatnya.”

Kami mengangguk, tapi nggak lama kemudian sesuatu terjadi.

Aku sama Alice main kejar-kejaran. Alice lincah banget. Dia lari sambil ketawa-ketawa, ngejek aku, “Ayo, Erika, kejar aku, kejar aku.” Nyebelin banget. Sampai akhirnya dia mau berbelok, terpeleset rumput yang licin habis disiram, terus dia hilang keseimbangan.

Alice nggak sengaja nendang pot yang isinya bunga lili mahal itu. Bukan cuma itu saja, Alice juga nggak sengaja nginjak bunga-bunga yang terlempar ke tanah.

Mamanya Alice marah besar. Dia melotot, mengomeli Alice dengan tangan yang dilipat di dada. Seram banget. Dia akhirnya nyuruh Alice buat ngebersihin lagi tanah-tanah sama kotoran yang berceceran. Uang jajannya minggu ini jaga katanya bakal dipotong.

Sambil bersihin kekacauan yang dia buat tadi, Alice kayak mau nangis gitu. Matanya memerah, trus ada ingus yang keluar dari hidungnya. Kasihan deh.

Tapi nggak lama habis itu, Mamanya Alice datang minta maaf. Dia meluk Alice erat banget, terus malah nawarin es krim. Aku juga ditawari. Habis marah-marah tadi, Mamanya Alice sekarang rasanya jadi baik banget. Kami ditraktir ke LIttle Vanilla, kedai es krim dekat rumah Alice. Kami dibeliin Tripple scoop es krim yang besar banget, extra topping juga. Vanila, cokelat, stroberi, enak.

Mamanya Alice kalau marah nyeremin, tapi sebenarnya orangnya baik banget!

XOXO.
Erika

ONCE UPON AN ALICE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang