Tetangga Sempurna 4

40 21 0
                                    

Tetangga Redheart 4

“Bagaimana keadaan keluarga Redheart sejak kasus itu?” tanyamu?

Itu pertanyaan konyol, kau tahu.

Tentu saja, mereka hancur, terutama secara ekonomi, mereka jatuh sejatuh-jatuhnya. Mengejutkan, ya. Kemarin saya melihat mereka sampai menjual beberapa barang koleksi mereka. Kau tahu, seperti guci dan vas-vas antik, barang-barang elektronik, dan bahkan mobil. Tentu saja, mereka juga memulangkan para asisten rumah tangga mereka.

Minggu lalu saya pernah tidak sengaja bertemu dengan Pak Redheart sewaktu saya membeli rokok. Pria itu tampak berantakan. Rambut dan kumisnya panjang dan seperti sudah tidak terawat. Kemejanya sedikit kusut, dengan kancing atas yang terbuka, tanpa dasi, juga tanpa jas yang biasa dia gunakan. Saya sedikit kasihan padanya. Saya menawarinya rokok, lalu pria itu menerimanya sambil berterima kasih.

Tidak banyak yang kami obrolkan, karena pak Redheart itu orang yang tidak suka basa-basi, dia langsung menanyakan, apa ada lowongan pekerjaan di tempat kerja saya, atau di tempat lain yang saya tahu.

Pria itu sedang mencari pekerjaan, entah untuk pekerjaan tetap atau sampingan sampai kasusnya berakhir dan nama baik keluarganya bisa pulih kembali, yang kelihatannya sangat tidak mungkin.

Saya dengar banyak gosip dari istri saya yang membicarakan tentang keluarga itu. Dia, istri saya itu, bilang kalau kemungkinan besar memang Alice pelakunya. Sidik jari anak itu ada di tongkat baseball, anak itu ada di tempat kejadian, dan yang memberatkan, Alice itu tetap bungkam saat ditanyai oleh siapa pun. Anak itu tidak pernah bicara, dan itu membuatnya semakin berada di dalam masalah.

Memang, Alice tidak bisa dipenjarakan karena usianya yang masih di bawah umur. Tapi... entahlah saya juga tidak mengerti. Kalau memang ada masalah atau dendam atau apa pun itu, seharusnya Alice cerita saja. Alice saya lihat anak yang baik-baik. Mungkin, yang jadi masalah itu justru anak yang jadi korbannya.

Saya juga tidak mengerti. Setiap kali istri saya menceritakan gosip terbarunya, saya hanya bisa mengangguk atau menggeleng tidak percaya.

“Bagaimana hubungan Pak Redheart dengan istrinya?” tanyamu?

Sebelum, atau sesudah kasus itu?

Sebelumnya, saya pikir hubungan mereka baik-baik saja. Mereka seperti pasangan yang serasi, orang tua yang ideal. Istri saya tidak pernah menceritakan gosip yang aneh-aneh seperti, ada suara teriak-teriak, suara barang-barang pecah atau pintu dibanting. Tidak. Tidak ada yang seperti itu di rumah mereka. Saya pikir, tidak ada yang salah di keluarga mereka.

Sesudah? Hubungan Pak Redheart dengan istrinya setelah adanya kasus itu? Saya tidak terlalu tahu sebenarnya. Seperti sebelumnya, saya hanya dengar gosip-gosip dari mulut istri saya. Untuk yang ini, saya rasa tidak ada perubahan. Istri saya tidak menceritakan apa pun.

Hubungan suami-istri Redheart sepertinya masih baik-baik saja. Walaupun perekonomian mereka memburuk, tapi saya pikir tidak ada pertengkaran yang berarti. Dibanding itu, saya sebenarnya lebih khawatir dengan Alice. Anak itu jelas tidak sedang baik-baik saja. Saya dengar dari istri saya kalau Alice itu sekarang tidak pernah keluar dari kamarnya, selalu mengunci pintu, kadang menolak untuk makan dan minum. Bahkan, istri saya juga pernah bilang kalau lampu kamar Alice itu selalu mati.

Saya tidak tahu istri saya mendengar gosip-gosip itu dari mana saja, tapi setelah dipikir-pikir, yang seperti itu memang bisa saja terjadi.

Alice mungkin saja syok, takut, diserang rasa bersalah karena sudah membunuh temannya sendiri. Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan Alice, apa anak itu menyerang si korban secara sadar atau tidak sadar, apa anak itu dipenuhi kemarahan atau emosi, tapi yang saya tahu, pasti ada alasan. Alasan yang tidak bisa diceritakan oleh Alice. Alasan yang membuatnya diam selama ini.

Alice mungkin merasa menyesal, mengurung diri di kamar sebagai tindakan penebusan dosa atau semacamnya. Menghukum diri sendiri. Entah kenapa, saya mungkin tahu apa yang dirasakan Alice sekarang. Saya juga pernah menjadi anak-anak, dan sebagai anak-anak, saya dulu juga sering bertengkar dengan teman-teman saya.

Saya ingat yang paling parah, saya pernah memukul teman saya. Perkelahian anak-anak. Saya lupa karena apa, mungkin karena rebutan mainan atau sesuatu. Memalukan rasanya. Bisa dibilang saya dulu termasuk tipe anak nakal yang suka jahil dan marah-marah. Di lapangan, saya mendorong teman saya sampai tersungkur, saya memukulinya sampai ada dia mimisan dan satu giginya copot. Mengerikan, memang. Bahkan sampai sekarang, saya kadang masih merasa bersalah telah melakukan hal sebodoh itu.

Alice mungkin juga merasakan hal yang, mungkin lebihi parah dari rasa bersalah yang selama ini saya rasakan. Dia membunuh temannya sendiri. Seberapa besar rasa bersalah yang bisa timbul di hati anak kecil itu?

Mengurung diri dan menolak makan? Saya rasa itu cukup wajar, terlepas dari apa alasan dia melakukan itu.

Kalau tidak salah, waktunya itu tepat di hari pentas seni, ya? Apa yang bisa membuat Alice marah dan mengamuk di hari itu?

Saya tidak tahu, tapi mungkin... mungkin saya tahu apa yang Alice rasakan.

Kau tahu, anak-anak itu kadang menginginkan semacam pengakuan, atau perhatian. Kasus anak-anak yang nakal, seperti saya sendiri, contohnya. Saya dulu pernah mengutil di supermarket, bermain petasan saat tengah malam, lari-lari dan berteriak sampai mengakibatkan banyak warga yang terganggu, kenakalan-kenakalan seperti itu. Saya ingin orang tua saya mengakui dan lebih memperhatikan saya. Itu untuk masalah kenakalan saya sendiri.

Untuk kasus Alice? Entah kenapa saya pikir tidak terlalu berbeda. Sekali lagi ini opini dan teori saya pribadi. Saya tidak tahu benar atau tidaknya. Tapi saya pikir Alice juga merasakan hal yang sama.

Ayah Alice, Pak Redheart itu menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berada di kantor, bekerja., bahkan di hari Minggu atau libur hari raya pun, tidak jarang saya melihat pria itu memakai kemeja dan jas bagus, sendirian mengendarai mobilnya keluar rumah.

Walaupun masih ada sang Ibu, saya pikir Alice masih membutuhkan lebih banyak waktu dengan ayahnya itu. Sosok ayah yang kuat, bisa diandalkan, yang berbeda dengan Ibu. Saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa sosok ayah lebih baik daripada sosok ibu, tapi bagaimanapun... Alice pasti juga ingin bermain dan bermanja-manja dengan ayahnya.

Dan lagi, saya dengar Pak Redheart, ayah Alice itu, tidak pernah datang ke acara pentas seni putrinya sendiri. Bisa kau bayangkan itu?

Ya, itu memang cuma perkiraan pribadi saya. Belum tentu benar. Mungkin Alice marah kepada ayahnya dan melampiaskan kemarahannya itu ke anak yang jadi korban itu? Atau mungkin anak itu sendiri yang memulai lebih dulu, mengejek Alice? Saya juga tidak tahu.

***

ONCE UPON AN ALICE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang