32. Waktunya Pulang

2.3K 180 4
                                    

"Aku hamil."

Sasuke tersenyum penuh makna sembari mengusap perut Sakura. "Aku tahu."

Spontan Sakura bangun dari berbaringnya, membuat Sasuke ikut terbangun dan mengubah posisinya menjadi duduk seperti halnya Sakura.

"Hah? Kamu tahu? Sejak kapan?" tanya Sakura bingung, Sakura rasa ia cukup pandai selama menyembunyikan kehamilannya.

"Sejak kamu mulai menghindari sentuhanku, Sakura. Tepatnya tiga minggu lebih mungkin, aku pernah mendengarmu muntah-muntah, kamu sendiri selalu menyentuh perutmu, lalu sikapmu yang cukup berbeda tiba-tiba sering memelukku, ingin duduk di dekatku. Itu membuatku curiga, akhirnya aku membuka tasmu dan menemukan beberapa bukti pemeriksaan kehamilan." Jawab Sasuke dengan tersenyum lembut.

Selama itu?

Bahkan Sasuke menyadari kehamilannya dari awal Sakura baru tahu bahwa dirinya tengah mengandung.

"Kamu sudah tahu sejak saat itu, tapi mengapa diam saja? Bahkan berani memaksaku meminum wine kemarin." tanya Sakura menuntut penjelasan dari Sasuke. Sakura cukup marah karena kemarin Sasuke seperti memaksanya meminum wine, padahal tahu dirinya tengah mengandung.

"Karena aku ingin mendengarnya langsung darimu, aku memaksamu meminum wine kemarin untuk mendesakmu berkata jujur, sayangnya kamu tidak berkata jujur." Jawab Sasuke. Ia menanti kejujuran Sakura, tetapi istrinya tak kunjung jujur kepadanya.

"Maaf, aku sengaja menyembunyikannya agar kami tetap aman. Aku takut Sukari semakin gelap mata jika mengetahui kabar kehamilanku. Aku ingin melindunginya sebisa mungkin, aku sangat menyayanginya, meski dia belum terbentuk sempurna."

Sasuke mengangguk mengerti, ia sudah menduga Sakura bungkam persoalan kehamilannya demi menjaga calon bayi mereka.

"Bagaimana kondisinya? Aku belum pernah menemanimu memeriksakannya." Sasuke membiarkan Sakura menyembunyikan kehamilannya, bukan berarti tidak peduli. Sasuke percaya Sakura mampu mengatasinya dan lebih mampu menjaga kandungannya. Maka Sasuke menjaga mereka tanpa sepengetahuan Sakura.

"Perkembangan dan pertumbuhannya sangat bagus, dokter bilang masih cukup aman untukku beraktivitas seperti biasanya. Sayangnya dia belum cukup besar untuk bisa kita rasakan tendangannya, aku ingin tahu reaksinya jika papanya berinteraksi dengannya. Mau menyapanya?"

Sasuke terkekeh, ia mengangguk dengan sedikit menunduk ke arah perut Sakura.

"Hallo, nak. Sebenarnya papa sudah sering mengajakmu berinteraksi melalui batin papa. Papa menyayangimu, tetap menjadi anak yang kuat, menguatkan mamamu, dan menguatkan hubungan papa dan mama." Ucap Sasuke disertai senyum yang mendalam.

Sakura seketika memeluk Sasuke, ia tidak ingin liburan ini berakhir, Sakura masih ingin berduaan saja dengan Sasuke. Ingin hidup seperti ini, tenang menjalani pernikahan mereka.

"Aku tidak sabar melihatnya lahir ke dunia." Bisik Sasuke yang membalas pelukan Sakura.

Sakura mengangguk dengan membenamkan wajahnya di bahu Sasuke. "Aku juga." Sahutnya.

"Waktunya sarapan, ingin mencari makan atau memesan makanan?" tanya Sasuke menawarkan.

Sakura melepaskan pelukannya, membalas tatapan mata Sasuke. "Aku ingin mencari makan saja, sepertinya seru sebelum kita bermain jet ski." Pinta Sakura.

Sasuke segera mengangguk, ia lebih dulu turun dari atas ranjang dengan mengulurkan tangannya yang langsung disambut Sakura. Sakura kemudian turun dari atas ranjang, mereka kita hanya tinggal berganti baju dan keluar dari kamar hotel.

"Kamu tidak mual?" tanya Sasuke.

"Sedikit, tapi sepertinya tidak akan menyebabkanku muntah-muntah. Aku sering ingin muntah saat mencium parfum Sukari." Jawab Sakura yang membuat Sasuke terkekeh.

"Tidak ada keluhan pagi ini 'kan? Perutmu kemarin sempat sakit dan tadi malam kita habis bercinta." Tanya Sasuke sembari mereka mengganti baju bersamaan.

"Tidak, pagi ini perutku terasa nyaman. Kemarin aku kram karena tidak beristirahat, aku pernah flek, tapi sekarang sudah tidak lagi. Dokter juga bilang semuanya sudah bagus."

Sasuke dan Sakura telah selesai memakai baju mereka, mereka selanjutnya keluar dari kamar hotel yang langsung tertutup rapat. Langkah kaki mereka menuju lift untuk ke lantai dasar dan berjalan menuju pesisir pantai yang banyak tempat berjualan.

"Baiklah, kalau dokter mengatakan masih aman, kau boleh bermain jet ski. Tapi jangan duduk, karena bisa menyebabkan goncangan." Ucap Sasuke memberitahu.

Sakura mengangguk, ia sangat bersemangat sekali untuk hari ini.

"Aku senang seperti ini, rasanya damai sekali." Balas Sakura dengan senyum berseri-seri.

Sasuke membalas senyumannya disertai anggukan menyetujui. "Jika bisa, aku juga ingin seperti ini, kehidupan pernikahan kita terasa normal, sayang."

"Sangat normal, sampai udara di sini menyegarkanku."  Balas Sakura.

Sasuke menarik genggaman tangan mereka, kemudian mengecup punggung tangan Sakura berkali-kali, membuat Sakura tertawa.

Rasanya amat ringan.

"Aku tidak mau pulang." Ucap Sakura yang tersenyum sedih, matanya mengelilingi pemandangan di sekitarnya.

"Ya, sudah, kita tidak perlu pulang." Balas Sasuke dengan santai.

Sakura mengerutkan bibirnya. "Lalu koas ku? Aku masih harus menyelesaikannya." Balas Sakura yang diangguki Sasuke.

"Setelah koas mu selesai, kita berlibur satu bulan saja di sini. Selama istriku bahagia, kita bisa melakukannya."

Sakura terkekeh sesaat, ia merangkul lengan Sasuke. "Aku masih ada ujian sebelum lulus, sedih sebenarnya prosesku masih panjang jika ingin seperti Izumi."

"Jangan terlalu dipikirkan, jalani saja seperti kita berjalan saat ini. Langkah kaki kita melambat, namun karena kita menjalaninya bersama, itu terasa ringan dan membahagiakan, bukan?"

Sakura tertawa, ia tidak menyangka Sasuke punya cara untuk menghiburnya.

"Kau benar. Aku menikmati saat ini yang terasa cepat." Balas Sakura dengan menendang pasir yang ia lewati.

"Satu hal yang belum aku jelaskan kepadamu." Ucap Sasuke yang terdengar serius, membuat Sakura menoleh dan memperhatikan dengan serius juga.

"Aku berbuat baik kepada Sukari bukan karena tertarik kepadanya, aku ingin mengetahui karakter dia yang asli dan mencari bukti. Mungkin tindakanku membuatmu salah paham, maafkan aku." Sambung Sasuke menjelaskan keakraban yang ia bangun saat dengan Sukari.

"Cih, tindakanmu bisa membuat dia berharap lebih tahu! Dia bisa terbawa perasaan karena perhatianmu, aku tidak suka perilakumu yang terkesan menghindari berinteraksi denganku saat ada dirinya." Ucap Sakura jujur sembari menunduk untuk menyembunyikan kesedihannya.

"Aku cemburu, seperti dia tidak boleh terluka. Bahkan perhatianmu kepadanya melebihi perhatian suaminya sendiri. Jangan membuat seseorang berharap kepadamu, jika pada akhirnya kamu tidak bisa menanggung harapan itu." Sambung Sakura sekalian memperingati Sasuke.

"Baiklah, aku tidak akan seperti itu lagi. Aku juga sudah muak berpura-pura baik di depan dia, sangat menggelikan untukku." Sahut Sasuke yang mengusap tangan Sakura.

"Bagus, begitu saja. Mencari bukti bisa dilakukan tanpa mendekatinya." Balas Sakura mendukung Sasuke untuk berhenti berbuat baik pada Sukari.

"Iya, sayang. Sekarang lupakan persoalan itu, kita di sini untuk membahagiakan diri kita." Ucap Sasuke, berharap suasana hati Sakura tidak hancur karena pembahasan mereka.

Sakura mengangguk bersemangat, ia membawa Sasuke berlari menuju salah satu tempat makan yang menarik perhatiannya. Butiran pasir terasa lembut sepanjang mereka berlari menuju tempat makan, sementara Sasuke agak ngeri melihat cara berlari Sakura, takut tiba-tiba istrinya terjatuh. Hal tersebut secara otomatis membuat Sasuke menggenggam erat tangan istrinya.

《BERSAMBUNG》


28-07-2022/Kamis/23.12
By. Sasusaku08/Haruchi08

Married For Revenge 《BEBERAPA PDF》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang