Sepanjang berjalan di taman hiburan yang cukup ramai, mereka berdua sempat membeli yakitori, takoyaki, dan taiyaki. Jajanan yang jarang mereka dapatkan di hari-hari biasanya. Jika biasanya Sakura kelelahan karena koasnya, kini Sakura sudah lebih senggang, dan bisa menikmati masa liburnya sebelum ujian akhir.
"Kita duduk saja di sana." Ajak Sakura saat menemukan bangku panjang yang kebetulan kosong di dekat taman.
Sakura menarik tangan Sasuke yang ia genggam untuk menuju bangku tersebut, Sakura segera duduk bersebelahan dengan Sasuke. Mungkin ini pertama kalinya mereka berkencan di taman hiburan.
"Aku mau Yakitori." Pinta Sakura menengadahkan tangannya.
Sasuke sedikit terkekeh sembari mengeluarkan beberapa tusuk Yakitori yang ia berikan kepada Sakura.
Sakura mulai mengunyah yakitori yang rasanya begitu enak, namun seketika membelalak terkejut saat mengingat sesuatu.
"Astaga! Kita membeli makanan yang tidak bisa kamu makan." Ucap Sakura yang baru ingat Sasuke vegetarian.
Sasuke terkekeh sembari menggeleng kecil kepalanya. "Tidak masalah, aku bisa makan nanti." Balasnya dengan santai.
"Tapi tidak enak makan sendirian, aku makan, sementara suamiku sendiri hanya melihatku makan."
Sakura mengambil salah satu kantong belanjaan, kemudian mengeluarkan taiyaki rasa kacang merah, dan memberikannya langsung ke tangan Sasuke yang sontak hendak menyimpannya kembali.
"Ini tidak berbahaya, kok! Isinya juga kacang merah. Makan, ya?" pinta Sakura, melancarkan mata berbinar yang penuh harap agar Sasuke bersedia memakannya.
Sasuke menghela napas pasrah, ia menarik kecil taiyaki dan ragu-ragu memasukkannya ke dalam mulutnya dengan raut wajah yang sedikit meringis.
"Sebenarnya kenapa kamu menjadi vegetarian, sayang?" tanya Sakura dengan kembali memakan Yakitori miliknya.
"Sejak berumur tiga tahun aku tidak suka memakan daging, selalu memuntahkannya lagi. Mau dipaksa bagaimanapun, atau diakali bagaimanapun lidahku terlalu sensitif. Sampai sekarang aku menghindarinya dan hidup sebagai vegetarian." Jawab Sasuke yang mulai menikmati taiyaki.
"Hei, anak-anak, tidak ada yang seperti papa 'kan?" tanya Sakura sembari mengusap perutnya.
Perilaku Sakura berhasil membuat Sasuke tertawa dengan gelengan kecilnya, Sasuke tidak tersinggung karena paham Sakura hanya sedang bercanda.
"Tahu-tahu semua mirip denganku." Sahut Sasuke dengan tertawa.
Sakura merenggut kesal ke arah Sasuke, mengambil lagi satu tusuk taiyaki yang ia lekas makan.
"Setidaknya harus ada yang mirip denganku, aku mengandung mereka berbulan-bulan, masa semua miripmu? Tidak adil sekali." Balas Sakura dengan mengerucutkan bibirnya.
Sasuke tersenyum sembari mengacak-acak rambut Sakura hingga berantakan. "Mirip aku maupun kamu, mereka tetap anak kita." Ucapnya dengan gemas.
"Iya, ya, sebentar lagi kita akan punya anak." Mata Sakura berbinar tidak sabar. Mungkin hanya membutuhkan tiga bulan untuk mereka berkumpul bersama anak-anak mereka.
Sasuke kembali tertawa, ia merasa gemas pada istrinya, padahal Sakura biasa saja seperti biasa. Jari Sasuke mengusap sudut bibir Sakura yang meninggalkan sedikit bekas taiyaki.
"Mereka pasti menggemaskan sepertimu." Ucap Sasuke dengan menaik-naikkan alisnya untuk menggoda Sakura.
"Pipi chubby lucu sepertinya." Timpal Sakura antusias. "Saat kakakku melahirkan Daichi, aku sangat gemas melihat semua peralatan bayi, semuanya tampak menggemaskan di mataku. Dulu aku pernah mengurus Daichi, sekarang aku akan mengurus anakku sendiri. Pasti menyenangkan dan rasanya berbeda karena mereka anakku sendiri!" imbuh Sakura.
"Aku belum pernah menggendong bayi sebelumnya, sepertinya aku akan takut menjatuhkannya." Ucap Sasuke meragu dirinya bisa menggendong bayi.
"Nanti kamu akan terbiasa menggendongnya, kok!" sahut Sakura meyakinkan.
"Tidak, Sakura. Sampai anak kita tubuhnya lebih kuat, aku baru akan menggendongnya." Balas Sasuke dengan meringis ngeri.
"Astaga, sayang! Kita bukan hanya punya satu bayi, tapi dua! Kalau aku fokus pada satu bayi, nanti bayi yang lain, bagaimana?" seru Sakura kesal, baru saja moodnya berubah baik, sudah hancur lagi.
"Tidak, Sakura. Bayangkan bila tanganku licin, dan bayi kita terjatuh. Ck, mengerikan, aku tidak mau itu terjadi. Bayi baru lahir begitu kecil dan masih merah, mereka masih terlalu lemah untuk hidup. Nanti kalau tanganku gemetaran, bagaimana? Itu berbahaya 'kan? Berasa nyawa anakku antara hidup dan mati di tangan papanya sendiri." Jelas Sasuke mengeri.
Sakura melotot terkejut. "Sasuke! Tidak akan seperti itu, tenang saja! Nanti akan ada perawat yang mengajarkanmu dan yakinlah bahwa bayi-bayi kita akan tetap aman dalam dekapanmu!" balas Sakura yang berusaha meyakinkan.
"Sakura, seumur hidup aku tidak pernah menggendong bayi, meski aku pernah menjadi bayi. Aku tidak punya pengalaman sebelumnya, tidak sepertimu yang sering menggendong bayi-bayi imut di luar sana." Balas Sasuke tetap kekeh dalam pendiriannya.
Sakura memberengut kesal, melipatkan kedua tangannya di depan dada. Tatapannya menyorot tajam pada Sasuke.
"Aku tidak mau tahu, saat bayi kita terlahir, kamu harus menggendongnya! Atau aku tidak mau menemui dua bulan!" ancam Sakura.
Sakura cukup aneh, Sasuke memiliki kepribadian yang selalu optimis dan berani. Namun masalah bayi saja seakan masalah paling mengerikan baginya. Ya, memang mungkin saja Sasuke takut menyakiti anaknya sendiri, tapi tidak begini juga. Kasihan juga bila anak mereka tidak memiliki ikatan batin yang kuat dengan papanya.
"Sakura-"
"Bicara lagi, aku cium kamu!" kesal Sakura pada akhirnya.
Sasuke menghembuskan napasnya dengan pasrah, entah kenapa perbincangan mereka selalu berakhir panas, seperti panasnya mereka di atas ranjang.
"Sini, cium suamimu." Tantang Sasuke, membuat Sakura gelagapan dengan pipinya yang memerah.
"Mulutku terasa kering, sini basahi mulutku, sayang." Imbuh Sasuke dengan menantang.
"S-sasuke!"
Sasuke tertawa puas. "Aku saja yang ke sana." Ucap Sasuke dengan cepat merangkul pinggang Sakura yang hendak melarikan diri.
Cup!
Sasuke menautkan bibir mereka, mengulum perlahan bibir Sakura dengan menuntut Sakura untuk membalasnya. Sementara lirikan mata Sakura sangat mewaspadai sekitarnya, takut ketahuan orang-orang bahwa mereka tengah berciuman.
Ciuman Sasuke semakin menuntut, membuat Sakura mendorong keras dada Sasuke sampai tautan bibir mereka terlepas. Sakura mengusap cepat bibirnya yang basah dengan melirik kesal pada Sasuke.
"Malu tahu! Kita bisa dilabeli pasangan mesum." Ucap Sakura kesal.
"Sudah hal lumrah di sini, sayang." Timpal Sasuke yang menanggapinya dengan tenang.
"Ya, tetap kita harus punya rasa malu! Bagaimana kalau ciuman kita tadi tersebar luas dan menjadi perbincangan orang-orang? Aku tidak menginginkan hal itu!"
Sasuke mengulum senyum tertahan, tangannya kemudian beralih mengusap perut Sakura yang menonjol.
"Kita bisa mengatasi hal kecil seperti itu, kasus besar saja bisa ditangani." Sahut Sasuke dengan nada angkuh.
Sakura mendesah pasrah, tidak bisa membalas perkataan Sasuke, atau mereka semakin adu mulut. Sampai detik ini Sakura masih heran mengapa mereka bisa saling mencintai, meski terlalu sering ada mulut tanpa henti. Mungkin mereka benar-benar akur hanya saat bercinta saja, selebihnya selalu ada perdebatan kecil.
《BERSAMBUNG》
05-08-2022/Jumat/18.48
By. Sasusaku08/Haruchi08
KAMU SEDANG MEMBACA
Married For Revenge 《BEBERAPA PDF》✔
Fanfiction《16》 21+ END Dalam hidupnya, Sakura tidak akan terima bila keluarganya disakiti orang lain. Sakura tidak akan membiarkan orang yang melukai keluarganya hidup dengan damai dan bahagia. Agar bisa masuk ke Mansion Uchiha, Sakura berusaha mendekati dan...