Vladivostok, 23 Oktober 2016
Pagi hari sebelum dimulainya pertandingan, Fiona menyempatkan diri untuk berlatih sebentar. Dia melatih kembali teknik yang sudah lama dipelajarinya.
"Sekali lagi!" Fiona berlatih di depan cermin.
Fiona sebenarnya tak terlalu percaya diri mengingat Polina memiliki teknik mematikan yang dapat melumpuhkan lawannya hanya dalam hitungan detik, tapi Fiona hendak tampil habis-habisan apapun hasilnya mengingat Polina tak akan membiarkan Fiona melewati pertandingan dengan aman.
Ketika sedang berlatih, tiba-tiba Letkol Lidya mendatanginya. Lidya melihat ketekunan Fiona dalam berlatih, menurutnya pertandingan kali ini akan berjalan menarik mengingat dua-duanya memiliki latar belakang yang berbeda.
"Apa kau merasa gugup ketika haruserlatih tinju ? Biasanya kau ini latihan karate, apa ada perbedaan ?" Lidya melirik ke arah Fiona.
"Tidak juga, rasanya sama saja ... hanya ini bedanya tak boleh menggunakan kaki untuk mengenai lawan." Fiona tak melirik sedikitpun pada Lidya.
"Bertandinglah dengan sportif, aku penasaran melihat aksimu di atas ring." Lidya segera pergi meninjau ruangan lain.
"Siap!" Fiona menyanggupi perintah Lidya.
Setelah Lidya pergi, datanglah Polina yang sudah siap untuk melawan Fiona. Dia sengaja meneror Fiona terlebih dahulu agar mentalnya melemah.
"Berlatih saja tak cukup untuk mengalahkanku." Polina dengan santainya bersandar di pintu sembari melihat Fiona yang sibuk berlatih.
Fiona tak mempedulikan Polina, dia terus fokus berlatih karena ia tahu jika meladeni Polina hanya akan membuatnya kelelahan.
"Aku tak punya waktu untuk menanggapimu." Fiona terus berlatih.
"Semoga beruntung! Kuharap kau sudah mempersiapkan semua kemungkinan terburuknya." Polina dengan angkuh berlalu pergi meninggalkan Fiona.
Fiona kembali melanjutkan latihan, dia tahu jika Polina dapat mengalahkannya dengan mudah sehingga ia memutuskan berlatih secara intensif agar mampu mengimbangi Polina.
Tak lama berselang, Iowa datang untuk meminta Fiona beristirahat sejenak karena sejak pagi buta Fiona tak sekalipun menghentikan latihannya.
Iowa memberi banyak motivasi agar Fiona dapat mengembalikan kepercayaan dirinya yang sempat hilang akibat menjalankan misi sebagai seorang Ibu dari anak buronan FSB. Dia juga membantu Fiona untuk mengenakan pakaian yang akan digunakan ketika bertanding nanti malam, Fiona merasa Iowa sangat peduli padanya sehingga dia berusaha tak membuat Iowa kecewa.
"Aku akan membantumu, selama nafasku masih berhembus." Iowa memeluk Fiona.
"Terimakasih, kak Iowa." Fiona agak menitikkan air mata ketika Iowa mengucapkan kalimat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Outcast To Commander Of A Ship Girl
FanfictionMenceritakan tentang petualangan seorang gadis berbakat yang dibuang keluarganya karena berbeda, bagaimana kisahnya ? mari kita saksikan bersama Sinopsis : Fiona Evergarden adalah gadis berusia 20 tahun, dia berhasil masuk sekolah ternama di Inggr...