"Help ! Help ... we need our artilery support ! ... we don't have any ammo ... please help ! ... we don't have option !"
Sebuah panggilan radio masuk di saluran radio Reina dan seketika hening setelah terdengar dentuman keras, diduga sang penyiar tak selamat setelah terkena ledakan yang membunuh dirinya.
"Okay ... we can help you but send your coordinate for our artillery crews." Reina mencoba menjawab panggilan tersebut tapi tak ada balasan.
Suara radio tersebut ternyata berasal dari brigade Malaya yang sedang merebut Medan dari tangan Jepang, meski sudah berusaha sekuat tenaga tapi pasukan tersebut masih kesulitan bahkan terpaksa mundur hingga Pematang Siantar.
Reina segera berdiskusi dengan perwira lain perihal tentara Inggris yang mulai buntu dalam peperangan karena tak berhasil merebut satu wilayahpun dari Jepang.
"Perlu kita ketahui bersama ... Inggris sedang memboikot kita ... mereka bahkan mengadu pada PBB hanya karena kita terlambat untuk membebaskan kamp kosenterasi Jepang yang terdapat tawanan perang ... kalau mereka pakai logika pasti mereka tahu situasi di lapangan seperti apa susahnya ... tapi mereka memilih jalan lain." ucap Lidya membuka pembicaraan.
"PBB sudah tahu dan kita didesak untuk membantu Inggris ... memang situasi yang tak menguntungkan sama sekali." keluh Halsey.
"Inggris malah seenaknya menggunakan kewenangan mereka di PBB ... padahal perwakilan negara kita sedang bersusah payah meyakinkan DK PBB." ketus Fiona yang tak puas pada kinerja petinggi militer Inggris.
"Mungkin ini batunya ... tapi Inggris menggunakan cara kotor dengan menyuap petinggi PBB agar mengorbankan kita dalam peperangan ... ini sungguh tidak adil ... jumlah personel serta peralatan masih banyak Inggris ... tapi kenapa mereka masih meminta bantuan kita yang jumlahnya sedikit." Reina mengeluhkan keadaan sekarang.
"Nampaknya Reina sangat kesal dengan perwira Inggris ... ekhem ... perihal tentang suap petinggi PBB sedang dalam pengawasan intelijen ... sebentar lagi pasti ada kabar." ucap Lidya dengan santai.
"Memang kesal ... dulu Fiona dipenjara gara-gara berhasil memukul mundur Jerman tanpa sepengetahuan atasan ... untunglah dia bisa lolos." jawab Reina dengan agak kesal.
"Kesampingkan soal masa lalu ... kira-kira pasukan apa yang dikerahkan Inggris dalam pertempuran Sumatera." tanya Fiona.
"Tiga brigade melayu,satu brigade Australia,dua batalyon Inggris ... itu sudah lengkap dengan pasukan bermotor serta artileri." jawab Lidya sembari menyodorkan catatan.
"Banyak juga ... hampir lima puluh ribu pasukan ... kita hanya bermodal lima belas ribu itupun sudah dibagi dengan pasukan pembebasan yang menguasai Jawa ... aku paling ingat di pertempuran Balongan ... 3000 orang kami harus melawan dua kali lipat lawan tapi berkat taktik yang baik akhirnya bisa menang ... kurasa Inggris memiliki masalah dengan taktik." ucap Kapten Polina.
"Eitss tunggu dulu ... lihatlah siapa komandannya ... pasti kalian penasaran." Lidya membuat banyak orang penasaran.
"Siapa memang ?" tanya Reina.
"Komandannya adalah ... Churchill sendiri hahaha." jawab Lidya dengan tertawa sembari diikuti yang lain.
"Orang politik menguasai militer jadi seperti itu ... taktiknya sangat aneh." ucap Fiona.
"Aneh dan tak terorganisir dengan baik ... bagaimana tidak ? Aku saja sering menangkap saluran komunikasi pasukan Inggris ... kebanyakan dari mereka tak mengerti dengan taktik yang diterapkan ... beda jauh dengan kita." jawab Reina.
Terjadi perbincangan sangat panjang karena pembahasan lumayan menarik bahkan beberapa gadis kapal sampai membuatkan makanan untuk mereka karena juru masak ikut terlibat hingga lupa waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Outcast To Commander Of A Ship Girl
FanfictionMenceritakan tentang petualangan seorang gadis berbakat yang dibuang keluarganya karena berbeda, bagaimana kisahnya ? mari kita saksikan bersama Sinopsis : Fiona Evergarden adalah gadis berusia 20 tahun, dia berhasil masuk sekolah ternama di Inggr...