Perseteruan Abadi Antar Perwira

21 3 1
                                    

Murmansk, 27 Agustus 2015

Kantor kepolisian Murmansk didemo ratusan orang karena kinerja semakin memburuk sejak ditinggal beberapa staff yang dipecat secara tidak hormat, Mayor Polisi Belova tak dapat berbuat banyak karena dia menyadari ada yang tak beres dengan tempatnya bekerja.

Hanya Sersan Polisi Satu Marchalyn yang masih berada di sana, rekan seangkatan Fiona lainnya kini sudah menemukan jalan hidupnya masing-masing.

Kapitan Polisi Milena kini menjadi mata-mata FSB yang kini bertugas di front barat tepatnya di Lviv, sementara dua rekan lainnya bekerja di sebuah restauran di sekitar Moskow.

Inspektur Jenderal Mitrochkin dibuat kesal dengan penurunan kinerja distrik Moskow sehingga Mayor Polisi Belova dan Sersan Polisi Satu Marchalyn menyusul rekannya berkarir di bidang lain karena dipecat secara tidak hormat.

Polwan yang seangkatan dengan Fiona kini tak bersisa satupun mengingat semuanya sudah menempuh jalan hidup masing-masing dan tak berkarir lagi di kepolisian, ada yang menikah langsung, ada yang gugur dalam tugas, adapula yang diambil FSB untuk dijadikan mata-mata.

Vladivostok, 1 September 2015

Seorang penyusup lagi-lagi tertangkap basah oleh Mayor Mriyakova, kali ini dia langsung ditembak mati setelah menolak menjawab semua pertanyaan yang diajukan.

"Setidaknya kau tak malu ketika pulang ke negaramu walau misimu gagal." Mayor Mriyakova membantu menutup mata jasad yang baru ditembaknya.

"Menyedihkan sekali, menyusup hanya untuk setor nyawa." Fiona keluar dari persembunyiannya setelah Mayir Mriyakova menembak mati penyusup.

"Mhm, sejak kapan kau disitu ?" Mayor Mriyakova segera menyimpan pistol.

"Tenang saja, hal yang Mayor lakukan itu benar ... dia telah menemui apa yang dikerjakannya." Fiona mengenali jasad yang baru ditembak Mayor Mriyakova.

Keduanya berlalu pergi meninggalkan jasad yang tergeletak begitu saja di ruang terbuka, Fiona dan Mayor Mriyakova memilih kembali ke unit masing-masing.

Disisi lain, Mayor Lidya memimpin bombardiran rudal serta roket yang diarahkan ke Osaka untuk membantu divisi taktis ke-11 kekaisaran Jepang yang kewalahan menghadapi musuh.

Batalyon ke-101 dan ke-192 dari Rusia memutuskan meminta bantuan setelah melihat kengerian pertempuran antara unit kekaisaran Jepang melawan puluhan ribu BETA yang menyerang dari arah Kyoto.

"Jika perlu bantuan tinggal panggil saja, anak-anak tembakan semua rudal itu!" Lidya mengibarkan bendera merah pertanda bombardiran dimulai.

Ratusan peluncur roket dan rudal melancarkan serangan secara bersamaan sehingga menimbulkan sedikit getaran di pangkalan Vladivostok.

Fiona yang sedang berlatih di lapangan dekat hanggar unit taktisnya ikut merasakan getarannya.

"Gempa bumi ? Kurasa tidak." Fiona melanjutkan latihan di lapangan dekat hanggar unit taktis miliknya.

Kiev yang sedang tidur pulas langsung terperanjat terbangun karena terkejut tiba-tiba merasakan getaran begitu kuat.

"Evakuasi! Gempa bumi! Getarannya kuat sekali!" Kiev segera keluar dari asramanya lalu tiarap ditanah.

Lidya sendiri sampai tak dapat berkata-kata menyaksikan serangan gencar unit artileri Rusia yang kali ini membuatnya terdiam.

"Mengerikan! Tapi inilah takdirnya." Lidya bersembunyi di parit terdekat sembari mengelap pedang kesayangannya.

Selama satu jam lamanya peluncur roket dan rudal tak berhenti sedetikpun melakukan bombardiran skala besar terhadap Jepang.

Tokyo, 1 September 2015

From Outcast To Commander Of A Ship GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang