"Meski berusia 25 tahun tapi aku ini belum menikah ... aku terlalu sibuk." Nagisa sedikit menceritakan umurnya pada Fiona.
"Aku sendiri baru berusia 21 tahun ... nanti 22 tahun ... aku malah gak kepikiran buat nikah ... m-maaf sensei aku tak enak padamu padahal aku lebih muda darimu" Fiona mulai membuka diri.
"Ehehe ... santai saja ... kamu bisa memanggilku dengan Nagisa saja." Nagisa merasakan keakraban dengan Fiona.
"Baiklah kalau begitu." Fiona bersemangat.
Fiona yang sekarang berbeda jauh dengan dulu, kini ia nampak berwarna karena mampu membaur dengan baik sekalipun dengan gadis kapal dari faksi lain.
Mereka sampai dengan cepat di apartemen Nagisa, hanya butuh waktu sebentar mereka sudah sampai di kamar Nagisa.
"Woahh ... kamarnya luas sekali ... tapi aku tidur di bawah ya!" pinta Fiona pada Nagisa.
"Tidak boleh! Kau harus tidur sekasur denganku!" Nagisa sedikit menolak permintaan Fiona.
"Tapi kamu baru mengenalku tadi siang ... aku berterimakasih bisa dibolehkan tidur ... sebagai gantinya aku akan menjagamu." Fiona sungkan pada Nagisa tapi ia tak mau membuat dia kecewa.
"Kamu bisa menggunakan futon itu ada dibawah kasurku ... kalau kamu maunya begitu gapapa ... aku berterimakasih padamu karena mau menemaniku." Nagisa juga sungkan pada Fiona.
"Aku akan bekerja dengan sungguh-sungguh!" Fiona membungkukan badan pada Nagisa.
Setelah itu mereka berdua tidur karena lelah dan juga efek dari makan makanan khas Rusia yang sangat mengenyangkan walau isinya sedikit tapi rasanya enak.
Keesokan harinya Fiona bangun lebih awal, seperti biasa dia selalu berolahraga pagi sebelum memulai aktifitas.
Nagisa sedikit bingung karena dia melihat tempat tidur Fiona sudah tak ada dan sebagian ruangan rapih sekali tapi ia melihat sepatu pantofel yang biasa digunakan Fiona ada di rak sepatu tepatnya bersebelahan dengan sepatunya.
"Hmmm kayaknya orang ini lari pagi." Nagisa menduga-duga sembari memegang sepatu Fiona.
Memang benar, Fiona sedang lari pagi hanya menggunakan tanktop hitam serta celana pendek hitam bergaris putih yang menutup sebagian pahanya dan juga menggunakan sepatu lari.
Pagi itu jalanan Liverpool nampak lengang, dia memutuskan lari mengelilingi lapangan dekat apartemen agar tak terlalu jauh dari Nagisa. Sejauh ini dia sudah berlari sebanyak 7 keliling dengan waktu 10 menit.
Setelah berlari 8 putaran dia langsung melakukan push up,sit up, dan pull up secara bergantian. Hal itu tentu membuatnya mandi keringat tapi beruntung tak sampai tembus pandang mengingat ia mengenakan penutup dada.
"Ah sudah cukup .... aku bisa terlambat kalau berlama-lama di sini." Fiona segera berjalan cepat kembali menuju apartemen.
Dengan cepat ia sampai tapi sudah ditunggu Nagisa di balik pintu, dia diberi banyak pertanyaan olehnya.
"Wahhh kamu rajin sekali." Nagusa sedikit memuji Fiona.
"Aku tiap hari terus berlatih untuk meningkatkan kemampuanku ... hanya itu." Fiona sedikit menjawab.
"Memangnya apa yang ingin kau capai ?" Nagisa memberi pertanyaan yang dinilainya sulit.
"Aku ingin selalu menjadi orang yang bisa diandalkan semuanya." Fiona berlalu pergi untuk bersiap karena waktu sudah menunjukan jam 6.30.
Nagisa sebenarnya masih ingin bertanya terutama tentang Fiona yang selalu memakai perban di telapak tangannya tapi ia kalah cepat.
Fiona mandi dengan cepat, dia segera memakai seragam seperti biasanya. Tak lupa ia membetulkan posisi perban di telapak tangannya agar rapih dan enak dipandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Outcast To Commander Of A Ship Girl
FanfictionMenceritakan tentang petualangan seorang gadis berbakat yang dibuang keluarganya karena berbeda, bagaimana kisahnya ? mari kita saksikan bersama Sinopsis : Fiona Evergarden adalah gadis berusia 20 tahun, dia berhasil masuk sekolah ternama di Inggr...