04 | Prince

75.9K 5.2K 417
                                    

Thalia kebingungan. Keegan yang basah kuyup tetapi wanita itu yang bingung. Bingung karena Keegan tak membawa pakaian ganti. Koper, macbook, dan semua barang-barang Keegan berada di hotel di mana pria itu menginap.

"Lepas saja kemeja dan celanamu. Akan kusuruh pelayan mencucinya lalu dikeringkan dengan mesin, setelahnya disetrika dan dapat kau pakai kembali," kata Thalia. Dia mengambil handuk lantas menyodorkannya kepada Keegan.

Keegan bergeming. Ia melepas sarung tangannya, kaos kaki juga sepatu. Pria itu menyugar naik surai merahnya yang basah.

Tangan Thalia terasa gatal. Rasanya ingin merapikan rambut merah Keegan yang berantakan itu. Juga seperti ingin membawa jemarinya merayap pada rahang Keegan yang sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus.

"Dengan siapa kau tinggal di sini?" Keegan bertanya hal lain. Di hadapan Thalia ia mulai menanggalkan jasnya.

Santai-santai saja pria itu melepas dasi dan melepas kaitan kancing kemeja yang ia kenakan. Saat ini mereka sedang berada di dapur.

Langsung saja Thalia membuang muka, memanggil seorang pelayan yang dari tadi mengintip dari balik dinding. Melihat Keegan dan Thalia.

"Hanya dengan beberapa pelayan juga beberapa orang penjaga," jawab Thalia.

"Tolong kau buatkan laki-laki ini segelas kopi—,"

"Tidak perlu. Aku kurang suka meminum kopi," potong Keegan cepat.

Para pelayan lain yang masih mengintip, mereka terkagum-kagum melihat Keegan dari jarak jauh. Terlebih saat Keegan telah melepas kemejanya, mereka semua menutup mulut, kian kagum pada postur Keegan yang ramping seksi dengan otot-otot sedang manis di tercetak di perutnya.

"Apa arti tato bertulisan Jepang yang ada di pinggangmu itu?" Thalia bertanya. Matanya tertuju ke arah pinggang ramping Keegan. Terdapat tato kecil dengan tulisan Jepang di sana.

"Secret. Kau tidak perlu tahu," jawab Keegan. Ia menyerahkan pakaian basahnya kepada pelayan.

"Aku hanya bertanya. Karena malam itu aku tidak melihatnya," balas Thalia.

Ia menarik satu kursi dari meja makan. Memosisikannya di dekat lemari penyimpanan bahan makanan, Thalia pun naik ke atas kursi untuk mengambil sesuatu.

Keegan yang melihat pun mendekat. Ia tumbuk pelan pucuk kepala Thalia dengan tangan terkepal hingga perempuan itu mengaduh kecil.

"Apa yang mau kau ambil?" papar Keegan.

"Kau ini kenapa? Kasar sekali pada perempuan," omel Thalia. Tidak memedulikan Keegan, ia mencoba untuk kembali berdiri namun Keegan tiba-tiba saja menggendongnya.

Memegang pinggang Thalia dan ia angkat enteng tidak ada beban. Diturunkannya Thalia ke bawah lalu menendang kursi tadi menjauh.

"Jangan coba-coba keras kepala di depanku. Aku tanya, apa yang mau kau ambil?" Pria itu bertanya lagi, tegas kini nada bicaranya.

Thalia mendengkus. Berusaha menepis rasa canggungnya. Enteng sekali, berani sekali pria itu menggendongnya.

"Aku ingin mengambil daun teh kering yang tersimpan di sana. Akan kubuatkan kau teh saja kalau tidak mau kopi," balas Thalia cepat.

"Tidak usah. Aku akan segera kembali ke hotel," kata Keegan. "Turunkan saja lemari ini. Tidak usah kau naik-naik ke atas kursi. Kau pikir apa yang ada di dalam sini, batukah?"

Thalia berkedip. Melangkah mundur saat Keegan menepuk perut bulatnya beberapa kali dengan pelan.

"Jangan sok perhatian. Kau saja tidak ada di saat aku sakit ketika hamil muda beberapa bulan lalu," timpal Thalia.

BRUTAL ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang