24 | I love you

49.1K 3.6K 440
                                    

Lebar dan cepat-cepat Keegan melangkah. Melewati koridor hotel seraya melepas jas yang dikenakannya.

Dia pegang lalu melinting pula kemeja lengan panjang yang ia pakai sampai pada siku.

Keegan melihat juga pukul berapa melalui arloji yang bertengger di lengan kirinya. Menyugar naik surai merahnya sambil terus melangkah lebar gontai.

Ketika telah dekat dengan kamar hotelnya, dari jarak dua puluh meter Keegan dibuat menyipit tatkala melihat Thalia.

Menemukan perempuan dua puluh empat tahun itu duduk di lantai, menekuk kedua lututnya dan ia bersandar di dinding. Tepat di sebelah pintu kamar Keegan seraya memutar-mutari ponselnya.

Melihat Keegan datang, Thalia lantas bangkit berdiri dan menatapi Keegan datar dari posisinya.

"Menungguku?" lontar Keegan. Menunjuk ke arah dadanya sendiri.

Thalia belum menjawab. Ia perhatikan Keegan dari atas ke bawah dan kembali lagi ke atas, berhenti pas pada wajah pria itu.

"Sejak kapan kau pergi?" Thalia bertanya dan bukan menjawab.

"Aku?" Dua alis Keegan agak terangkat. "Um... aku tidak ingat tepat pukul berapa, tapi yang pasti—,"

"Yang pasti kau pergi untuk menemui mantanmu," potong Thalia lugas.

Dahi Keegan berkerut. "Mantan yang mana lagi maksudmu? Aku pergi untuk—,"

"Aku melihatnya. Dari sore kau pergi bersamanya, memasuki hotel, dan pukul sembilan malam ini kau baru kembali." Thalia menyela lagi.

Keegan bergeming sesaat. "Jangan bicara omong kosong. Aku pergi untuk mengambil satu mobil dan berbincang bersama para pemilik apartment, melihat-lihat, memilih-milih apartment terbaik untuk kita," terang Keegan cepat.

Rasa jengkel Thalia semakin tinggi. Dia sudah jengkel menunggu Keegan sedari tadi di sana. Dia jengkel harus menunggu lama sementara Keegan asyik bersama wanita lain.

Majulah Thalia, mempertipis jarak di antara mereka. "Kenapa kau suka sekali berbohong? Apa susahnya menjawab dengan jujur?"

Keegan berdecak lalu ia menghela napas. "Jangan memulai. Biarkan aku lewat, aku ingin mandi dan pergi lagi untuk bertemu seorang pemilik apartment," kata Keegan.

Menggesek akses pintu dengan kartu magnetik lalu terbukalah pintu kamar hotelnya. Masuk kemudian disusul oleh Thalia yang mengejar dan seketika mencubit kuat pinggang Keegan.

Keegan kaget, dia spontan memekik dan langsung menggenggam tangan Thalia erat.

"Tha-Thalia, astaga. Thalia!" Keegan agak memekik. Lebih baik dipukul daripada dicubit seperti ini. Keegan merasa seperti kulit pinggangnya akan robek sebab Thalia cubit memakai ujung kukunya.

Kuat-kuat Thalia mencubit, rahang dan giginya terkatup erat. Mendongak tinggi menatap marah Keegan.

"Aku salah apa?" Agak mendesah Keegan bertanya. Dia genggam pergelangan Thalia yang tidak ingin melepas, terus mencubit dan cubitannya justru semakin kuat.

"Kau selalu bohong padaku, Kee! Selalu!" Thalia agak membentak.

Keegan berhasil melepaskan tangan Thalia dari pinggangnya. Dia tatap perempuan itu yang seperti ingin menangis. Rahang kecilnya mengetat tetapi lingkar matanya memerah jelas.

"Ck. Bohong apa? Coba kau jelaskan padaku," minta Keegan.

Tiba-tiba Thalia mencubit lagi pinggang Keegan. Kali ini lebih kuat dan Keegan mendesis pelan.

"Pertama tentang Cassia. Kau bilang kau sudah move on darinya, tapi kenapa masih ada foto-foto Cassia di salah satu laci meja kamarmu dulu? Di salah satu dompetmu pun ada dua foto kecil Cassia, dan nama Cassia tertulis dengan banyak di sebuah buku yang kau simpan rapat di dalam lemari," tutur Thalia cepat.

BRUTAL ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang