32 | Creative

34.6K 2.8K 336
                                    

"Tidak apa Ibu tutup? Ibu mau membantu Josiah mengerjakan tugas. Sampaikan salam Ibu pada Keegan."

"Um. Akan kusampaikan pada Keegan. Ibu bilang juga pada Josiah jangan terlalu sering begadang jika tidak ingin kepalanya terus sakit sepanjang hari."

Di tepi kolam renang Thalia berdiri. Setengah jam lamanya ia di sana seorang diri karena berbicara bersama Maia melalui telepon. Maia tetaplah ibu yang menyayangi anak-anaknya. Cukup merasa kehilangan semenjak Thalia benar-benar telah menjadi milik Keegan dan meninggalkan rumah mereka.

"Kau merindukan rumah?"

"Um?" Thalia menoleh lalu ia dapati Keegan di belakang. Telah usai bicaranya dengan Maia.

"Sedikit," jawab Thalia kemudian.

"Dari Cassia. Tadi dia titipkan ini padaku sebelum mereka pulang." Keegan menyodorkan satu foto berbingkai. Foto Thalia dan Ruth semasa mereka berkuliah magister strata 2 lalu. Foto yang Ruth ambil dari kamera di ponselnya dan ternyata masih ia simpan hingga kini.

Thalia mengambil bingkai foto tersebut. "Senyum kami mirip," celetuknya. Mengulas senyum yang sama seperti di dalam foto.

"Cassia sangat cantik. Tidak heran jika Hunter begitu mengejar-ngejarnya," kata Thalia. Dia perhatikan wajah Ruth di foto.

"Kau lebih cantik." Keegan membalas. Secantik apa pun wanita di luar sana, tetaplah Thalia pemenangnya.

Mereka hening, tidak tahu apa lagi yang harus dibicarakan. Terlebih hanya ada mereka berdua saja di sana. Di saat seperti itu, Keegan justru mengamati wajah Thalia lekat-lekat hingga Thalia segera membuang muka ke samping.

"Jangan lihat aku seperti itu." Thalia malu. Dan sepertinya semua perempuan sama saja. Mereka tidak akan kuat berlama-lama ditatap intens oleh pria yang mereka cintai hingga selalu memilih untuk menghindari kontak mata.

"Kau bisa berenang?" tanya Keegan.

"Tentu saja bisa. Dari tujuh tahun aku— KEE!"

Basah kuyup sudah kedua orang itu. Tiba-tiba Keegan merebut ponsel juga bingkai foto dari tangan Thalia lalu dia lempar ke atas kursi santai, memeluk Thalia dan langsung membawa diri mereka terjun tumbang ke dalam kolam renang.

Thalia merengek jengkel dalam gendongan Keegan. Rasanya sangat dingin sampai perempuan itu menggigil seketika. Dan jika Keegan menurunkannya, air kolam tepat segaris pada mata Thalia namun hanya sedada bila di Keegan.

Keegan menyugar surai merah basahnya dengan lima jari. Meraup wajah lalu membenarkan gendongan Thalia. Pria itu tertawa pelan berat saat Thalia menatapnya jengkel bersama bibir mencebik.

"Aku dingin!" pekik Thalia lucu. Kedua tangan kecil serta jemari lentik-lentiknya meremas batang leher kokoh Keegan, pura-pura mencekik dan Keegan terkekeh rendah.

"Nanti kuhangatkan." Keegan mengecup permukaan bibir dingin Thalia.

Thalia berupaya menahan senyumnya yang hampir merekah. Ia kalungkan kedua lengannya pada leher Keegan dan kakinya melingkari pinggang Keegan erat.

"Hangatkan dengan apa?" tanya Thalia. Dia kecup juga bibir dingin Keegan selembut mungkin.

Sorot mata Keegan berubah, mengecil redup, dingin dan manik greynya gelap mengilap. Diamatinya semua sisi di wajah Thalia hingga bola mata pria itu tampak bergerak-gerak kecil.

Thalia pun sama. Bola matanya pun bergerak-gerak kecil, berkeliaran melihat ke semua titik di wajah tampan Keegan.

Awalnya ia melihat jakun menonjol pria itu lalu berpindah ke bibir cerah Keegan yang basah. Naik lantas melihat pangkal hidung Keegan, alis tebal pria tersebut, jidat rata dan kokoh Keegan lalu kedua siren eyes lelaki itu.

BRUTAL ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang