09 | Kawaiii

54.5K 3.8K 258
                                    

Anyeong, tololhaseyo 🌞
Emak durjana kelen kambek 🤗🌞

****

Entah mendapat ilham apa, hari ini Thalia dapat lebih dulu bangun dari Keegan.

Pukul empat perempuan hamil itu sudah terbangun. Setelah Thalia pikir-pikir, dirinya memanglah calon nyonya di mansion tersebut. Calon istri Keegan dan Keegan akan segera menjadi suaminya.

Harusnya ia belajar bagaimana menjadi seorang istri yang baik. Yeah, walaupun Thalia akui ia tak pernah bangun lebih awal sedari remaja.

Bangun subuh hanyalah di masa-masa sekolahnya saja, itu pun hanya untuk belajar. Jika tidak, dia pun malas untuk bangun subuh.

Setelah semua sarapan pagi siap pada pukul tujuh, Thalia memutuskan untuk mendatangi kamar Keegan. Di depan pintu kamar Keegan ia berdiri, hendak mengetuk namun merasa ragu.

"Bagaimana kalau dia belum bangun? Bagaimana kalau dia mengira aku menyukainya? Ck!" Thalia menimang-nimang. Jangan sampai Keegan menjadi salah paham padanya.

"Okay, tak apa. Mari kita ket— eh?" Thalia terperanjat. Ia mundur sekali saat tiba-tiba Keegan membuka pintu dan muncul di depannya.

Thalia mengerjap-ngerjap serta mematung. Cukup kaget melihat Keegan yang sudah rapi pun sangat wangi di pukul tujuh. Bahkan Thalia sendiri pun belum mandi.

Keegan menutup pintu kamarnya. Satu alisnya terangkat kecil mendapati Thalia di sana.

"Ada apa?" timpal Keegan. Menyadarkan Thalia dari lamunannya.

Thalia melihat ke samping kiri, kanan, atas juga bawah. Ia lalu menyengir, mengusap-usapi pipinya merasa canggung.

"Um... engh... a— ya. Selamat pagi, Tuan batu. Syukurlah kau sudah bangun, heheh. Selamat pagi." Berkali-kali Thalia membungkuk.

Perempuan itu mengumpat di dalam hati, kenapa mendadak rasanya sangat kaku dan canggung begini?

Keegan mengernyit serta menyipit. Tegak ia berdiri di hadapan Thalia. "Sesuatu terjadi?"

"Uh? Tidak. Heheh. Aku hanya ingin membangunkanmu, tapi ternyata kau sudah bangun," jawab Thalia. "Jadi ... ya sudah. Heheh."

Menyengir lucu, Thalia menunduk singkat dan kembali lagi ia mendongak untuk melihat Keegan dan menciptakan lagi cengiran kakunya.

Keegan menarik sudut bibirnya, ia tersenyum tipis. Langsung saja ia rabai kening Thalia. Jangan sampai wanita itu sedang demam hingga tingkahnya agak lain pagi ini. Lebih aneh lagi karena Thalia sudah lebih dulu bangun dan berniat membangunkannya—maksudnya Keegan.

"Normal," celetuk Keegan. Sentuhannya di kening Thalia membuat si pemilik kening agak melotot lalu mundur lagi selangkah.

"Kata siapa aku sakit?" balas Thalia. Tidak sadar jika ia masih melotot.

Keegan meraup wajah Thalia pelan, singkat juga lembut saja dengan kelima jemarinya. "Tidak usah melotot." Pria itu terkekeh.

Baru saja berhenti melotot, Thalia kembali membulatkan bola matanya ketika Keegan mengusap, membuat pola lingkaran di perutnya.

"Pergilah ke Dokter untuk memeriksanya. Hari ini aku akan pulang malam, minta saja pada Matheo untuk mengantarkanmu," kata Keegan. Lantas ia benarkan posisi dasinya.

"Jika kau tidak pulang malam, apa kau yang akan mengantarku menemui Dokter?" tanya Thalia, penasaran atas jawaban Keegan.

Mengambil langkah maju, Keegan melewati Thalia hendak menuruni anak tangga. Diikutilah oleh Thalia dari belakangnya.

BRUTAL ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang