10 | Love (?)

55.5K 4K 304
                                    

Tanpa ragu Thalia memasuki kamar Keegan. Aman, malam ini Keegan pulang malam. Jadi tak apa jika dia masuk sebentar untuk melihat-lihat.

"Sepertinya dia menyukai warna yang gelap-gelap," monolog Thalia. Melihat hampir semua barang-barang milik Keegan yang berwarna gelap.

"Kuletakan di mana ya, lukisan wajahnya ini." Thalia melihat-lihat ke sana kemari.

Ternyata coret-coretan yang beberapa malam lalu Keegan lihat, itu merupakan wajahnya yang sedang Thalia coba untuk lukis.

"Baiklah, di meja saja," kata Thalia. Ditaruhnyalah lukisan Keegan di atas meja kerja pria itu.

Akan tetapi, tidak sengaja lengan Thalia menyenggol gelas kaca berisikan air putih yang tersisa setengah. Berada pula di atas nakas tersebut, air putih yang sudah Keegan minum namun masih sisa setengah.

"Eh? Astaga. Astaga bagaimana ini?" Thalia mendadak panik. Air itu tumpah dan mengenai beberapa map di sana.

Cepat-cepat Thalia menarik beberapa helai tissue. Ia coba untuk mengelap map-map tersebut yang sudah basah sampai ke dalam-dalam.

Lalu dari arah luar kamar, Thalia mendengar derap langkah lebar nan gontai. Terdengar pula tap-tapan sepatu bersol keras pada lantai.

"Sial. Dia bilang pulang malam, kenapa jam lima dia sudah kembali?" Thalia melotot.

Langsung saja perempuan itu berlari, bersembunyi di samping salah satu lemari Keegan sembari memegang lukisannya.

Benar saja. Keegan pulang, membuka pintu lantas masuk. Sembari mendekati meja kerja ia melepas jas juga kemejanya.

Sembari melampirkan kemejanya di kepala kursi, Keegan menyipit kala melihat beberapa map-mapnya dalam keadaan basah. Pun air yang belum sempat Thalia keringkan masih tergenang tipis di atas meja.

"Siapa yang—."

Sontak suara Keegan terputus. Ia mengulum bibir guna menahan tawa. Matanya menemukan perut jembling Thalia yang agak nongol dari balik sisi lemari.

Thalia sudah merasa benar ia bersembunyi di situ. Tapi dia lupa jika perutnya tidak bisa diajak bekerjasama. Tubuhnya memang sudah tersembunyi, tapi perut bulatnya masih sedikit nongol ke depan dan itu sudah Keegan temukan.

Keegan berdeham. "Keparat siapa yang berani membasahi map-mapku?" ucap Keegan. Sengaja ia tinggikan nada bicaranya. Membuka salah satu pintu lemari yang Thalia gunakan untuk bersembunyi lalu ia ambil pedangnya dari dalam sana.

Thalia melotot lebar. Ia bekap mulutnya kuat-kuat saat mendengar suara pedang Keegan tergesek oleh sarung pedang itu sendiri ketika Keegan tarik keluar.

"Akan kuiris batang leher orang yang berani membasahi map-map berisikan berkas-berkas pentingku ini," tutur Keegan. Punggungnya bergejolak kecil karena menahan tawa sambil melirik ke arah perut nongol Thalia.

"Akan kutusuk perutnya sampai bolong." Sontak Thalia menegang. Ia pegang perutnya seperti ingin melindungi.

Thalia menyengir ngilu bercampur takut. Ia menahan napas saat mendengar Keegan sudah menutup pintu lemari.

Hening. Keegan melihat jemari Thalia yang sedang memegang perutnya sendiri. Pria itu masih mengulum bibir, hampir saja tawanya lepas.

Thalia menutupi wajahnya dengan lukisan yang ia pegang. Menempelkan kertas lukisan itu di keningnya lalu berdiri seperti patung. Saat ini hanyalah keajaiban yang bisa menyelamatkannya dari gorokan juga tusukan pedang Keegan.

"Jadi kau yang membasahi map-mapku?" Teguran Keegan membuat Thalia melotot sempurna. Segera ia lepas kertas berisi lukisan wajah Keegan itu dari keningnya.

BRUTAL ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang