29 | The Real Prince

36.7K 3.3K 474
                                    

Tergelak Thalia terbahak-bahak. Sungguh, wanita itu benar-benar menertawai Keegan karena merayunya dengan coklat yang katanya berada di dalam kamar.

Mereka sudah di kamar Keegan dan tidak ada coklat. Saking terbahak-bahaknya, Thalia sampai jatuh merebah lemas ke atas ranjang.

Sekali lagi ia bangkit duduk lalu menertawai Keegan, menunjuki lelaki itu yang berdiri di depan pintu dan pintunya sudah Keegan tutup.

Keegan mengulum senyum. "Boleh aku bertanya?"

Thalia batuk-batuk lalu dia tepuk-tepuk dadanya sendiri. "Si-silakan." Perempuan itu tertawa lagi.

"Kenapa wanita itu sangat indah? Maksudku, kalian itu sama saja dengan kami para lelaki, kalian juga manusia. Suara kalian bahkan seperti knalpot, banyak makan, suka merepotkan, suasana hati kalian sering berubah-ubah, gas perut dan kotoran kalian juga bau, dibunuh pun kalian bisa mati dan isi perut wanita pun sama saja dengan kami para pria." Keegan berujar lalu melangkah mendekati ranjang.

"Tapi mengapa kalian sangat indah dan lucu?" Pria itu melanjutkan.

Di posisinya Thalia terbelalak dan ia bergeming sesaat. Dia kaget serta tertegun di satu waktu atas pemikiran Keegan yang mendefinisikan wanita sedalam itu.

"Mengapa kau dapat berpikir demikian?" Thalia menanggapi dengan balik bertanya.

Keegan duduk di sebelah Thalia, di tepi ranjang. "Karena aku selalu memperhatikan dan mengamatimu. Kau lucu, menggemaskan, dan ... indah. Padahal kau juga dapat buang air besar dan kecil, kau juga punya tali perut dan organ tubuh yang sama seperti kami para pria. Tapi mengapa kau sangat ..." Keegan menggantung ucapannya.

Dia membalas tatapan Thalia. "... indah!" Pria itu melanjutkan. "Derajat kalian pun sama seperti kami para pria, tapi kalian membuat kami sangat ingin melindungi kalian. Bisa kau jelaskan semuanya padaku?"

Thalia mengerjap lagi. Dari mana dia harus menjelaskan sesuatu yang bahkan tidak pernah dia pikirkan pun membayangkan jika ada pria yang berpikir demikian mengenai kaum hawa.

"Aku tidak dapat menjawab apa pun, sungguh. Aku ... um, apakah kau berpikir demikian juga mengenai Cassia?"

"Aku bisa berpikir seperti ini setelah kau hadir. Kau tahu?" Keegan mengubah posisi duduknya. Melipat kedua kaki di atas kasur kemudian berbalik menghadap Thalia.

"Kau membuatku banyak berpikir. Dan kadang-kadang aku menyamaimu dengan sayap seekor kupu-kupu. Indah namun rapuh," jelas Keegan. Dia ungkapkan semua yang ada di kepalanya. Pemikiran sederhana namun mendalam mengenai seorang wanita yang dicintainya.

Thalia diam pun tenang, namun arwahnya seolah tengah bersalto, berguling-guling, menghantamkan kepala ke tembok lalu terjun dari puncak gedung. Semua ucapan Keegan membuatnya ingin menjerit kencang lalu memakan semua tissue yang terpatri di atas nakas.

"Kau diam seperti ini saja terlihat indah. Mengapa? Apakah mataku yang salah?" Keegan mengernyit. Benar dia merasa heran.

"Kau sedang merayuku?" Thalia menyipit tajam lalu menunjuki wajah Keegan curiga.

Pria itu terkekeh serta menggeleng. "I swear. You look so beautiful and elegant. I don't know why. Bukan sekadar hanya karena aku mecintaimu, ini sungguh-sungguh dari pemikiranku mengenai wanita, especially you."

Tidak sanggup lagi. Seketika Thalia menyengir, menyelipkan rambutnya ke belakang telinga kemudian dia menyikut lengan Keegan.

"Tuan batu membuatku malu, tahu. Aih, aku jadi salah tingkah." Langsung saja Thalia membongkar tawanya saat melihat Keegan mengangkat satu alis dan menatapnya lekat-lekat. Menyembunyinkan rasa gemasnya dari Thalia.

BRUTAL ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang