20 | He's a manly man

45.6K 3.8K 442
                                    

Hayooo, siapa yang belum follow? Abis ini follow dulu ya 💘

****

Hening, kali ini Thalia yang kehilangan kata-katanya. Ia berharap telinganya tidak salah mendengar ataupun sedang berhalusinasi.

"Kau ... mengaku kalah?" Thalia memastikan.

Keegan menyenggut pelan. "Dari awal aku menawarkan taruhan itu padamu, di detik pertama taruhan kita berjalan aku sudah kalah." Keegan mengaku dengan kedua telinga memerah.

Thalia berkedip berat. Ia lebih mendekatkan diri mereka. "Kenapa tidak mengaku saja dari awal?"

Dalam-dalam Keegan menghirup oksigen. "Aku malu."

Sontak Thalia tergelak. Ia senggol-senggol lengan Keegan dengan bahunya. "Tuan batu malu, uh? Malu?"

Keegan membuang muka namun Thalia kejar. Mempertemukan kembali wajah serta merta pandangan mereka.

"Tuan batu malu?" Perempuan itu tertawa. Seketika ia tangkup kedua pipi Keegan lembut-lembut sembari berjinjit.

Keegan bergeming tanpa suara. Ia pegang pula satu tangan Thalia yang berada di pipinya. Mereka saling memandang penuh akan perasaan.

"Boleh aku menciummu?" tanya Thalia, berani. Redup ia tilik bibir cerah Keegan.

Tidak mendapat jawaban, Thalia meninggikan jinjitannya lalu ia kecup sudut bibir Keegan dengan amat lembutnya. Hati-hati, seakan takut jika bibir itu akan terluka bila terkena sentuhannya.

"Dingin," bisik Thalia amat pelan. Pun serak.

"Buat dia menjadi hangat." Keegan bergerak cepat, ia tangkup erat kedua pipi Thalia lalu menyatukan bibir mereka dengan amat intens.

Rapat tanpa cela. Keegan tempelkan kemudian ia lumat bibir bawah Thalia dengan penuh. Sangat penuh, ia isap kuat kemudian melahap semua bibir Thalia dengan mata terpejam. Memiringkan kepala mereka agar pagutan keduanya benar-benar menyatu.

Thalia mendorong, berusaha ia tahan dada Keegan yang seperti ingin menyatukan tubuh mereka. Sembari berpagutan, Keegan dekap erat-erat Thalia semampu yang ia bisa.

Begitu erat hingga tubuh mereka saling menempel kini. Tanpa cela sedikit pun hingga angin bahkan tak mampu melewati mereka.

Thalia meringis pelan. Ia pegang rahang tegas Keegan, mencoba melerai pagutan mereka namun Keegan menahannya. Melumat pun mengisap bibir bawah Thalia dan ia tahan erat sampai-sampai Thalia merasa ngilu.

Meski embusan napasnya terdengar tenang, sesungguhnya dada Keegan sudah berdebar di dalam sana.

Ia membuka mata perlahan. Menggelap manik greynya, redup sorotannya menatap penghilatan Thalia secara bergantian.

Keegan menangkup lagi kedua pipi Thalia. Ia lepas bibir wanita itu dengan memberi tarikan lembut hingga si pemilik melenguh pelan terasa perih juga panas.

Keheningan membelenggu kedua orang tersebut bersama aroma maskulin Keegan yang menyeruak ketika ia mengembuskan napas.

Thalia semakin pening. Ia genggam erat kedua lengan Keegan yang masih menangkup pipinya.

"Aku... a-aku pusing..." Thalia melenguh lagi. Ia mendesis pelan, memaksakan diri membuka mata namun rasanya sudah begitu berat dan tidak mampu.

Keegan menyugar naik surai lembut Thalia. Mengelap pula keringat pada kening wanita itu dengan Thalia yang terus memejamkan mata.

Terus berkeliaran, bergerak-gerak bola mata Keegan ke seluruh wajah Thalia. Tanpa sadar Keegan meneguk salivanya lalu bernapas melalui mulutnya yang terbuka kecil.

BRUTAL ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang