25 | Almosssttt

47.6K 3.3K 345
                                    

"Kita mandi bersama."

Tidak ada yang bersuara lagi setelah itu. Keegan maupun Thalia, mereka kompak bergeming bersama pikiran yang sudah melayang terlalu jauh.

Lemah Thalia melepaskan tangan Keegan. "Ma-maaf." Thalia semakin rendah menundukkan kepalanya.

Malu menyerang sebab Keegan justru membisu dan sama sekali tak membalas dengan reaksi apa pun.

Beberapa detik lagi berlalu, Thalia pun melirik kepada tangan Keegan yang bergerak. Ia meraih knop pintu kamar mandi, menutup kemudian menguncinya dari dalam.

Saat itu juga Thalia menahan napas. Hampir melotot namun ia tahan, meremas lebih kuat lagi ujung bajunya sendiri.

Otomatis Thalia berbalik, memunggungi Keegan ia menghadap ke dinding. Melototlah ia di sana, menelan salivanya sulit bersama tangan yang agak tremor. Gemetar kecil secara mendadak.

Gagah semampai Keegan berdiri memandangi punggung rapuh Thalia. Ia mulai mengambil langkah maju, mendekati Thalia lantas berdiri tepat di belakang tubuh Thalia.

Dekat, amat dekat hingga Thalia pun dapat mendengar deru napas berat Keegan. Aroma maskulin pria itu lantas menusuk penciuman Thalia yang sampai harus menahan napas.

Keegan memejam. Mulutnya terbuka bernapas dari sana. Sembari terpejam ia bawa kedua tangannya pada lengan bahu Thalia.

Mengkesampingkan surai Thalia ke salah satu sisi leher, Keegan kemudian merunduk rendah dan ia kecup ceruk leher Thalia amat lembut. Menempelkan bibirnya di sana hingga Thalia merinding halus.

"Aku sedang berusaha menahannya, tapi kau justru memberi perintah untuk kulepaskan," bisik Keegan agak serak. Berucap dengan bibir bersentuhan di ceruk leher Thalia.

Berdebar sudah Thalia dengan kencang. Berdegup kacau sampai-sampai ia merasa lemah, menekan sisi kiri dadanya sedikit kuat.

Suara Keegan seperti pisau es tajam yang sengaja pria itu tusuk di dalam jantung dan perutnya. Terasa ngilu di saat yang bersamaan, seakan satu sentuhan amat dalam tengah bersarang di dalam sana.

Keegan memutar balik tubuh Thalia menghadap padanya. Cepat-cepat Thalia menutup mata, tidak ingin melihat Keegan yang dia yakini pria itu tengah menatapnya intens.

"Lihat aku," minta Keegan. Dia angkat dagu Thalia agar perempuan itu mendongak.

Diperhatikannya bulu mata Thalia yang basah, lentik-lentik dan melengkung naik dengan alis yang tebal pun berbibir mungil.

Thalia enggan membuka mata. Tetap ia memejam erat, takut namun sekaligus cinta kepada orang yang sama adalah perasaan yang membuat pikiran kacau.

Bagaimanapun, Thalia menyadarai perbedaan umur di antara mereka. Ia menyadari jikalau Keegan merupakan pria dewasa, bertenaga besar dan semua di diri pria itu berukuran besar.

Ma-maksudnya jari-jari, kedua tangan juga kedua kaki.

"Haruskah kubuat kau menangis, um?" tanya Keegan. Berbisik di depan bibir Thalia hingga bibir mereka saling mengikis ketika Keegan berucap.

Thalia semakin gugup. Mendadak terserang asma lalu tanpa sadar mencengkeram kuat pinggang ramping Keegan.

Berkeliaran bola mata Keegan di seluruh permukaan wajah Thalia. Dia tilik semua sisi serta sudut lantas mengelap keringat tipis di kening Thalia.

"Apa yang kau pikirakn," tanya Keegan. Ingin mendengar langsung pengakuan Thalia dan itu sangat tidak mungkin.

Thalia malu. Segera ia menundukkan kepala, menutup wajahnya dengan kedua tangan tidak ingin melihat Keegan.

BRUTAL ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang