36 | Pink Butterfly

40.2K 2.4K 80
                                    

Begitu orang-orang pergi meninggalkan mansion, kini waktunya bagi pasangan suami istri baru kita menikmati kebersamaan mereka.

Karena anunya Thalia masih sakit karena kelakukan Keegan semalam sampai membuatnya robek kembali untuk yang kedua kali, mereka pun memilih untuk menggelar karpet beludru di halaman belakang mansion lalu Keegan duduk sementara Thalia berbaring di pahanya.

Keegan menunduk mengamati wajah Thalia. Senyumnya terus terbit seraya membelai-belai surai lembut Thalia yang asyik memainkan jemari besar Keegan.

"Apa Hunter yang membuat Tuan batu semalam mabuk?" Thalia bertanya. Ia masih penasaran mengapa Keegan menjadi begitu kacau semalam dan ia harus menanggung guncangan hebat lelaki itu.

Keegan malu jika mengingatnya. "Hunter, Caleb, Matheo dan Ayah yang memaksaku minum. Mereka mencekoki aku minuman entah sampai berapa botol," jelas Keegan. Ia masih tidak tahu atas dua pil laknat yang telah Hunter lemparkan ke dalam mulutnya.

"Pantas saja," gumam Thalia.

"Pantas kenapa?"

"Tuan batu nafsu sekali, tahu." Thalia bangkit duduk. "Huh, mesumnya sudah di luar nalar."

Pundak Keegan bergejolak karena ia menahan tawa. "Aku ingin menghantam Thalia sampai pagi." Keegan mengingat perkataannya semalam kepada Roman, Hunter dan Caleb juga Matheo. Itu benar-benar bukan dirinya.

"Jangan tertawa." Thalia membekap mulut Keegan dan kini dia yang tertawa sebab punggung Keegan semakin bergejolak.

Keegan melepaskan tangan Thalia lantas ia genggam lalu dikecupnya. Thalia menarik tangan dari genggaman Keegan kemudian ia bentangkan lebar.

"Peluk?" Perempuan itu menyengir lucu.

"Peluk. Lama-lama." Keegan menyambut, mendekap Thalia erat hingga keduanya saling berpelukan amat mesranya. Thalia bergerak, membuat tubuh mereka miring ke samping kiri juga kanan berganti-gantian.

"Tuan batu tampan sekali..." Melerai pelukan, Thalia memegang kedua pipi Keegan pun ia amati wajah suaminya lekat-lekat dan agak lama. Ia memuji gamblang paras suaminya hingga Keegan tersenyum manis.

"Benarkah, um?" Keegan ikut menangkup wajah Thalia dan masuk penuh dalam kedua telapak tangannya.

"U'um." Thalia manggut-manggut. "Apa yang Tuan batu makan saat kecil dulu? Aku juga ingin menjadi cantik."

"Kau tidak merasa cantik?" tanya Keegan. Singkat mengecup bibir kebas Thalia.

Istrinya menggeleng. "Aku tidak secantik yang lain."

"Kata siapa? Istriku sangat cantik." Keegan mengecup berkali-kali pipi putih Thalia, manis segar aroma tubuh wanita itu.

Thalia cekikikan kecil. Ia menggeliat merasa geli saat kumis-kumis pendek Keegan mengenai pipinya. Sengaja pula Keegan gesek-gesekan kumisnya di pipi Thalia hingga wanita itu berakhir tergelak.

Di sela-sela Thalia tertawa, ia seketika melotot dan langsung berdiri, berlari perempuan itu mendekati pagar kayu pendek yang menjadi pembatas halaman belakang mansion.

"Hoh! Kupu-kupu..." Thalia menunjuk ke arah dua ekor kupu-kupu yang sayapnya berwarna pink dan tubuhnya berwarna hitam. Hinggap kedua kupu-kupu itu pada tanaman bunga yang belum mekar sempurna.

Senyum Keegan merekah di posisi duduknya memperhatikan Thalia. Perempuan itu berjongkok hingga tubuhnya tampak kian kecil, mengamati kedua kupu-kupu cantik di sana dan tak ingin mengganggu.

"Apa mereka sepasang kekasih?" tanya Thalia pada Keegan, menolah singkat saat ia bertanya.

"Sepertinya tidak. Warna mereka sama, mungkin saja mereka sama-sama betina," jawab Thalia sendiri. Berbinar-binar matanya melihat kedua kupu-kupu cantik itu. Di Manhattan tidak ada kupu-kupu seperti ini, yang ada hanyalah udara panas, polusi juga gedung-gedung tinggi menjulang.

BRUTAL ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang