40 | Stone Child Born

34.9K 2.5K 252
                                    

Ini stok terakhir.
Happy reading 💘

****

Sembilan bulan masa kehamilan ....

Memang betul akhir-akhir ini kerap kali Thalia merasakan perutnya mulai sakit. Hingga dari beberapa hari lalu Keegan telah mempersiapkan segalanya, mengisi semua perlengkapan yang akan mereka bawa ke rumah sakit kalau-kalau istrinya sudah akan melahirkan.

Kandungan Thalia telah menginjak usia sembilan bulan. Perutnya sudah benar-benar jembling besar, kakinya pun mulai bengkak-bengkak dan kadang pula merasa sakit di bagian bawah perut seperti akan melahirkan.

Wajahnya memucat pun tidak ada lagi selera makannya seperti kemarin-kemarin. Tidak bisa lagi Keegan tidur dengan nyenyak, sebab tiap malamnya Thalia amat gelisah, keringat dingin jika rasa sakit itu kumat.

Dan malam ini adalah puncaknya. Batu mereka akan segera lahir setelah sembilan bulan membuat Keegan stress sampai tidak pernah lagi mandi di rumah. Mau berak pun kadang-kadang harus meminjam toilet di kamar pelayan agar tidak dilihat oleh Thalia.

"Tuan batu..." Thalia merintih kesakitan. Pukul satu malam ia kaget bangun karena merasa batunya sudah memberontak di dalam sana.

Pucat, keringat dingin dan Thalia merasa seperti ingin berak, yang sebenarnya inilah waktunya untuk dia melahirkan si batu junior.

"Tuan batu, perutku sakit sekali..." Thalia merintih lagi. Mengguncang lemah pundak Keegan yang membelakanginya sambil meringkuk.

"Hohh! Astaga!" Wanita itu melotot, memegang perutnya sudah tidak kuat. Perutnya seolah akan meledak sementara Keegan masih tidur dengan nyenyak.

Jengkel, spontan saja Thalia tendang bokong Keegan amat kuat hingga suaminya ini jatuh terjungkal ke lantai. "BANGUN, BODOH! AKU MAU MELAHIRKAN! NYENYAK SEKALI TIDURMU!"

Terkesiap Keegan gelagapan panik, kaget saat mendengar teriakan Thalia terlebih ketika mendengar kata melahirkan. Keegan melotot bulat lalu menggaruk-garuk ketiaknya.

"Siapa siapa siapa? Siapa yang mau melahirkan?"

"SIAPA? KAU TANYA SIAPA? BABI DI HUTAN SANA YANG AKAN MELAHIRKAN." Thalia emosi, sungguh. Setelah itu dia merengek, mengeluh dan memegangi perut besarnya.

"Astaga. Kau mau melahirkan?" tanya Keegan. Semakin panik sudah pria itu.

Teriakan Thalia terlalu besar hingga terdengar oleh Matheo yang kebetulan memang belum tidur, masih sibuk mengetik di macbook dan duduk pada ruang tamu di lantai dua.

"AKU MAU MELAHIRKAN, BODOH! CEPAT KE RUMAH SAKIT! CEPAAAT!"

Mendengar teriakan Thalia lagi, spontan bola mata Matheo membulat lantas menutup macbooknya. Buru-buru ia berlari menuju ke lantai tiga—di mana kamar KEELIA berada—melalui satu ibu tangga.

Brak!

"Thalia mau melahirkan?" Matheo nongol setelah dia buka pintu kamar suami istri itu secara kasar.

"Iya. Cepat, cepat kau bawa ini ke mobil," suruh Keegan. Menyerahkan dua tas berisikan perlengkapan bayi dan semua yang mungkin saja nanti akan dibutuhkan.

Akibat terlalu panik dan ini pengalaman pertamanya menangani wanita yang akan melahirkan, Keegan justru ikut dengan Matheo berlari keluar kamar lalu meninggalkan Thalia.

"KENAPA KAU IKUT KELUAR? GENDONG AKU, BERENGSEK! KAU SURUH AKU TERBANG KE RUMAH SAKIT? BIJI SIALAN!" Rasanya Thalia benar-benar ingin menumbuk kepala Keegan memakai benda tumpul. Bisa-bisanya pria itu ikut lari keluar bersama Matheo dan meninggalkannya.

BRUTAL ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang