38 | Thalia's Pregnancy

39.5K 2.7K 286
                                    

Part sebelumnya belum sampai 1k vote, padahal yg baca 3k++ hmmmm...

****

"Ini struktur yang akan kubuat nyata dalam sistem kinerja kita. Setelah berunding bersama para client, ternyata mereka pun menginginkan struktur seperti yang kita bahas ini dalam memaksimalkan kinerja perusahaan mereka."

Terfokus, terpusat pandangan setiap pasang mata ke depan. Mengamati mereka memperhatikan Keegan sebagai pemegang saham sekaligus pengendali nomor satu perusahaan mereka. Di depan sana Keegan berujar, menjelaskan project mission besarnya dalam jangka tahunan.

Forum meeting itu hanya dipenuhi oleh suara tegas Keegan, mengambil alih semua atensi agar tertuju kepadanya saja. Ia tatap setiap mata berganti-gantian hingga tak ada satu orang pun yang pikirannya teralihkan.

Di sela-sela ia menjabarkan segala visi misinya, sembari berucap Keegan merogoh saku celana jas yang dikenakannya, mengeluarkan ponsel begitu ia rasa benda pipih itu bergetar selama beberapa kali.

Cepat-cepat Keegan membaca satu pesan yang ternyata dikirimkan oleh istrinya di rumah. Keegan kembali menjabar seraya menyelipkan ponselnya ke tempat semula.

Selang lima menit, setelah memastikan sudah waktunya untuk jam makan siang, segera saja Keegan menyudahi meeting mereka dengan memberi hormat sopan sebagaimana yang selama ini telah menjadi kebiasaannya.

"Selamat siang. Kirimkan segala dokumen yang kuperintahkan tadi melalui email pribadiku. Salam."

Matheo buru-buru mengikuti Keegan dengan membawa koper serta macbook Princenya. "Kenapa tergesa-gesa sekali?" tanya Matheo setelah mereka melangkah seiring.

"Thalia memintaku pulang dan mengantarnya ke Dokter. Sudah kubilang dia itu sakit, tapi tetap saja melawan tidak ingin ke Dokter. Sekarang sakitnya sudah parah," omel Keegan. Antara kesal juga khawatir. Langkahnya semakin terburu-buru hingga tak dapat lagi Matheo imbangi.

Ini sudah di bulan kedua pernikahan mereka, dan selama hampir satu bulan belakangan Thalia terus saja sakit-sakitan. Satu hari membaik, besoknya sakit lagi. Terus saja seperti itu pun melulu marah-marah lalu tiba-tiba menangis tanpa sebab.

Sudah panik, Keegan tidak mau lagi berlambat-lambat diri. Dia hanya mau pulang, menemui Thalia lantas membawa istrinya ke Dokter. Memeriksa, sebenarnya penyakit kronis apa yang sudah bersarang di tubuh istrinya itu.

"Kau sudah menghubungi Dokternya?" Keegan bertanya saat di tengah-tengah perjalanan.

Sekarang ia dan Thalia dalam perjalanan menuju rumah sakit. Tidak sempat lagi bagi Keegan untuk mengganti pakaiannya, dia terlanjur panik saat pulang dan mendapati Thalia sudah mirip zombie terserang malaria terkapar di kasur.

"Tidak usah banyak tanya. Kepalaku sakit," timpal Thalia. Sekarang dia menjadi galak, tidak suka ditanyai ini dan itu.

Keegan diam saja. Lebih baik menurut daripada kepalanya menjadi sasaran seperti belakangan ini. Tiap kali Thalia marah, selalu saja rambutnya dijambak lalu kepalanya Thalia hantam kuat memakai apa pun yang dia lihat. Sebenarnya ini sudah masuk dalam tema KDRT.

"Kenapa berhenti? Kepalaku ini sudah ingin meledak, jangan lagi singgah-singgah," pekik Thalia melotot. Keegan semakin ngeri karena wajah serta bibir pucat Thalia yang benar-benar mirip zombie.

Matanya agak cekung dengan kantung mata yang menghitam. Keegan sadari jika Thalia mulai kehilangan berat badannya. Istrinya ini mulai mengurus karena sakit yang dia derita selama hampir satu bulan terakhir. Pikir Keegan.

"Sudah sampai, Nyonya. Lihat? Di depanmu ini rumah sakit, bukan diskotik." Keegan membuka kedua telapak tangannya seperti Khaby Lame.

"Ya bicara." Brak!

BRUTAL ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang