16 | Welcome trouble

41.9K 3.8K 404
                                    

"Kandungan Nyonya sudah menginjak bulan ke sembilan. Aku telah mengontrol kandungan Nyonya dari usia tujuh bulan, dan selama ini pertumbuhan calon anak kalian selalu baik juga sehat. Sama sekali tidak ada masalah."

Thalia tersenyum semringah. Dia senang mendengar perkataan Dokter kandungan yang selama ini menanganinya.

Ditemani oleh Keegan, hari ini Thalia memeriksa kembali kandungannya. Di hari kamis siang ketika Keegan sedang istirahat. Jam makan siangnya dia pakai untuk menemani Thalia bertemu Dokter kandungan.

"Tapi ada hal lain yang harus Tuan dan Nyonya perhatikan juga," kata Dokter itu lagi. Dia lihat Keegan serta Thalia bergantian.

"Tuan harus sering-sering mengunjungi bayi kalian. Itu sangat membantu untuk membuka pintu keluar bagi anak kalian nanti," ucap si Dokter, serius tidak ada candaan.

Kening Thalia berkerut. Dia tarik maju kursinya lebih dekat dengan meja. "Dikunjungi? Dikunjungi bagaimana, Dokter? Aku tidak—,"

"Itu sudah selalu kulakukan. Aku selalu mengunjungi anak kami setiap pagi dan malam," sela Keegan cepat. Dia cubit pelan tangan Thalia di bawah meja.

"Itu bagus, Tuan. Sentuhanmu akan memancing kontraksi dan—,"

"Apa? Sentuhan apa ini yang Dokter maksudkan?" Thalia memekik kaget. Dia stress mendengar kata sentuhan yang konteksnya mulai dia pahami.

Keegan terpejam singkat. Menahan napas lalu tersenyum canggung kepada Dokter kandungan Thalia.

"Maaf jika aku lancang. Kalian ini suami istri atau bukan?" Dokter pun bertanya.

"Iya, Dokter. Kami—,"

"Bukan. Kami bukan suami istri, Dokter. Dia bukan suamiku." Thalia nyerocos cepat. Dia hempas tangan Keegan yang dari tadi mencubitnya kecil.

Thalia berdiri. "Kami ini baru tunangan, Dokter. Aku bukan istrinya. Dokter tahu? Bahkan batu yang selama ini Dokter tangani saja adalah hasil kecelakaan."

"Batu?" Dokter itu terlihat kaget. Jelas-jelas selama ini dia memeriksa dan menangani anak manusia, kenapa bisa yang mengandung malah menyebutnya batu?

Thalia sadar bila ia mulai memekik. Perempuan itu menarik napasnya dalam-dalam kemudian duduk kembali.

"Begini." Keegan pening. Dia bawa maju kursinya, menatap si Dokter dengan serius.

"Kami memang belum menikah dan kami baru bertunangan ketika kandungannya sudah hampir memasuki tujuh bulan," ucap Keegan.

"Tapi aku Ayah dari batu— maksudnya anak yang dia kandung. Kami mengalami satu malam yang tidak disangka-sangka dan si cebol ini pun langsung hamil," tambah Keegan. Malu tapi mau bagaimana lagi, Thalia sudah terlanjur membongkar lebih dulu rahasia mereka.

Dokter kandungan itu tersenyum. Ia mengangguk samar-samar mulai mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

"Lalu bagaimana dengan pengakuan Tuan barusan tentang selalu mengunjungi—,"

"Itu tidak pernah terjadi, Dokter. Hoho, enak saja dia ingin bebas-bebas meniduriku." Thalia menyela. Melirik Keegan yang juga telah menatapnya, datar bersama sorot meredup kecil.

Keegan mengulum bibir dalamnya. "Bisakah kau biasa saja, Nyonya blender? Aku pun tidak akan menidurimu kembali."

"Hey, tapi kenapa bulan lalu kau mengatakan ingin melemparku ke atas ranjang?" Thalia membalas cepat. Dia putar kursinya menjadi menghadap Keegan.

"Aku hanya bercanda, Thalia. Apa kau berharap aku akan benar-benar melakukannya, uh?" Keegan lantas mengubah posisi, menghadap Thalia dan duduk agak mengangkang.

BRUTAL ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang