23 | Jealous

43K 3.1K 334
                                    

Part ini mengandung sedikit kupu-kupu yang bikin perut terasa geli 🌞

****

"Kalau bijinya Tuan batu berapa?"

Detik itu juga suara tawa Keegan menghilang. Tapi tidak dengan Thalia yang semakin tertawa, melerai pelukannya lalu memegang perutnya sendiri merasa keram.

Dia memberi pertanyaan yang sangat teramat fatal. Membuat Keegan terdiam juga menegang tubuhnya dengan seketika.

Karena Keegan tidak tertawa lalu justru menatapnya bergeming, jadilah tawa Thalia ikut menghilang.

Dia terbelalak singkat, menyengir kikuk. "Heheh. Apa aku menyinggungmu? Maaf. Lupakan, kau tunggu saja di sini. Aku tidak akan— ya Tuhan!"

Bola mata Thalia membulat sempurna. Keegan tiba-tiba mengambil tangannya, membawa tangan kecil Thalia menyentuh bijinya dibalik batang.

"Dua." Keegan menjawab serius. Dia tahan tangan Thalia kuat-kuat di sana.

"I-iya, a-aku tahu. Ti-tidak usah kau—."

Suara Thalia lenyap. Keegan menarik menggapai pundaknya, naik cepat menangkup pipi Thalia kemudian menyambar bibir bawah Thalia dalam sekejap.

Dilumatnya sepenuh-penuh mungkin. Mendekap Thalia erat, menempelkan tubuh mereka sampai Thalia berusaha mendorong dada Keegan yang sudah menekan kedua payudaranya kuat.

Serangan Keegan terlalu tiba-tiba. Thalia sesak napas, tidak bisa membalas ciuman Keegan yang terasa menuntut dalam.

Bibirnya Keegan makan utuh. Keegan membuka mulutnya dan ia lahap semua bibir Thalia tanpa sisa. Keegan isap-isap, atas bawah bergantian lalu memiringkan kepala mereka secara berlawanan.

"Hmph!" Thalia hampir kehabisan oksigen. Sebisa mungkin menarik kepalanya, memutuskan pagutan mereka begitu saja.

Bola mata Keegan bergerak-gerak liar, mulutnya terbuka kecil menatap Thalia sayu-sayu. Merasa kehilangan hingga ekspresinya terlihat lemah tidak berdaya.

Jakunnya pun tampak naik turun, seperti ingin berucap namun tidak bisa karena terlalu sulit.

"Ke-kenapa?" tanya Keegan. Blank seketika, tidak sadar atas apa yang dia tanyakan sendiri.

Thalia terbelalak. Ia mengambil langkah mundur mulai was-was. Menutup bibirnya yang terasa panas bekas lumatan Keegan.

"Jangan tanya aku. Kau yang kenapa?" balas Thalia sembari menutup mulutnya.

Tertunduk, Keegan menyugar naik rambutnya kuat lamban. Ia raup juga wajahnya sekali merasa gusar.

"Maaf," ungkap pria itu, lemah pelan.

Panik. Thalia mendapati bola mata Keegan seperti menatapnya kosong dan terlihat begitu sayu berat. Ini tanda-tanda berbahaya dan dia harus segera melarikan diri.

"Kau tidur saja di sini. Aku akan memesan satu kamar lagi untukku, okay?!"

"Tidak. Aku tidak mau." Keegan menolak gamblang. Dia menggeleng, maju mendekati Thalia lalu menangkap tangan perempuan itu dengan gerakan cepat lincah.

BRUTAL ACCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang