Tidak ada kegiatan yang terlalu berarti yang sering dilakukan Vino dan Sarah selepas beberapa bulan menikah.
Mungkin ada yang menarik satu, saat siang dihari weekend yang mataharinya tidak terik Sarah suka sekali duduk dibawah pohon rindang dibelakang rumah Vino.
Kadang sambil membaca buku, kadang sambil mendengarkan musik, atau kadang-kadang tidur siang. Awalnya Vino tidak menyukai kegiatan itu, karena Vino ogah kepanasan.
Tapi, karena Sarah terus memaksa agar ia ikut, dengan lapang dada ia akan ikut kegiatan tersebut. Seperti saat ini.
"Ra, lo gak gerah apa?" Dengus Vino sebal sambil menatap laptopnya.
"Gak dong. Lo gak ngerasa semilir angin ini apa?" Jawab Sarah yang wajahnya sudah tertutupi oleh novel karya Eka Kurniawan.
"Aneh" ujar Vino sendiri. Sarah tidak menimpalinya.
Sarah meletakkan bukunya dan duduk disebelah Vino. "Nanti malam mau makan apa, Vin? Soto enak kali" ucap Sarah memberi ide.
"Kalau lo udah nentuin gak usah nanya gue"
"Ya gak apa-apa biar kita debat aja. Mungkin lo mau makan iga sapi gitu" balas Sarah dengan cengiran.
"Emang lo bisa masaknya?" Tantang Vino.
"Sembarangan banget ya lo. Bisa dong!" Jawab Sarah dengan senyum bangga.
Hp Vino berbunyi tanda pesan masuk. Vino segera mengeceknya, awalnya Sarah tak peduli. Namun melihat ekspresi Vino yang datar menjadi menautkan kening membuatnya penasaran.
"Siapa?"
"Zidane" jawab Vino berat.
"Kenapa?"
"Mau kerumah nanti malam"
"Ngapain?" Terus Sarah bertanya.
"Ya mau kerumah aja, Ra"
"Oh, hehe"
"Haha, hehe aja loh" sungut Vino malas.
"Ohiya, Vin. Kita kan belum ngasih tau Zizi kalau kita udah nikah. Gimana dong?"
"Yaudah biarin aja, let it flow aja" balas Vino santai. Memang orangnya seperti itu.
"Kayak lagu Frozen dong!" Gurau Sarah.
"Itu let it glow, Ra" meski malas Vino tetap membalas gurauan Sarah. "Gue mau masuk dulu. Lo jangan lupa minum air putih nanti dehidrasi" peringat Vino lalu berjalan meninggalkan Sarah.
Vino berlarian sambil menjerit memanggil Sarah. Sarah berdiri kelagapan melihat tingkah baru Vino. "Apasih, rusuh banget"
"Emergency! Cepet masuk!" Seru Vino. Sarah mengikutinya tanpa ba-bi-bu.
"Kenapa, Vin? Tarik nafas dulu" ucap Sarah sambil memegang bahu Vino.
"Ini bukan waktunya lo terapi, cepet ganti baju. Anak Annes meninggal" jelas Vino cepat sambil mengambil jaket dan kunci motor.
"WHAT THE HE--" Mata Sarah membulat sempurna.
"Stop, cepet ganti baju, gue tunggu diluar" ucap Vino sambil mendorong Sarah keluar rumah.
Sarah hanya mengganti celana pendeknya menjadi jeans hitam lalu mengambil sembarang kaus lengan panjang yang ada di gantungan bajunya. Dan berlarian seperti orang gila.
"Udah?" Tanya Vino. Sarah hanya menjawabnya dengan deheman singkat.
Motor segera melaju ke rumah sakit. Beruntung mereka menggunakan motor, sehingga dapat memangkas kemacetan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold And Bedu [END]
RomanceBerat jika ditanya pasti apakah Sarah memiliki perasaan lebih dari teman untuk Vino, begitu juga sebaliknya. Hingga tiba di usia dewasa, diusia yang sudah seharusnya mereka memikirkan bagaimana langkah selanjutnya dalam hidup mereka. Benarkah Sarah...