Meskipun musik keras sangat tidak ramah bagi Vino, ternyata bila bersama orang yang tepat menjadi enjoy.
"Lo beneran gak anxiety?" Sarah hanya memastikan melihat Vino mulai linglung melihat lalu lalang orang.
"Kan ada ini" ia menarik tangan Sarah ke atas. Memperlihatkan hal yang membuatnya berani.
Sarah hanya tersenyum senang.
Senang melihat laki-laki yang tumbuh bersamanya mau mencoba hal baru.
"Ra, ini kita gak ganti duit Vony?" Bisik Vino memastikan.
"Santai aja kata dia"
Vino mengangguk paham.
Tak lama mereka berdiri dengan dua botol air mineral milik masing-masing. Band pertama tampil, Vierra.
Aslinya, Vino tidak tahu musik. Tapi karena setiap hari didengarkan Sarah, satu dua bait lirik lagu ia hapal.
Sarah terkejut melihat laki-laki disampingnya ikut bernyanyi "Lo hapal yah?" Seru Sarah disebelah telinga Vino.
"Ini lagu lo galau waktu kuliah, kan. Ada di playlist Spotify lo" jawabnya lantang.
Sarah dibuat salah tingkah. Ia tidak tahu, diam-diam Vino begitu memperhatikan dirinya.
Vino memeluk Sarah dari belakang saat band kedua tampil, Last Child.
Tangan kekar yang melingkar cukup membuat Sarah heran. "Ngapain!" Tanya Sarah kembali.
"Wujudin wishlist lo" ucapnya sambil mencium pipi kanan Sarah.
WHAT?! Tahu dari mana Vino dipeluk oleh suami saat konser adalah salah satu wishlistnya saat masa-masa puber.
Hanya dua sahabatnya yang mengetahui hal tersebut, maka hanya dua tersangka itulah yang akan Sarah sidang saat bertemu nanti.
Festival musik selesai pukul setengah satu pagi. Untuk Vino belum tidur jam segitu bukan masalah, ia juga tak masalah tak tidur tiga hari.
Namun neraka bagi Sarah. Mata seberat beban hidup sekarang.
"Ngantuk banget ya, Yang?" Vino mengelus kelopak mata Sarah. Padahal jalannya sudah bergandengan dan di papah Vino.
Matanya benar-benar berat.
"Banget Vin, tapi gue gak mau tidur. The best concert i've came" ucapnya.
Vino tertawa "Because of me?"
"Emang gue punya alasan lagi? Lagu-lagu nostalgia sama orang tersayang, momen tidak ada duanya, Vin" jelasnya manis.
Vino mencuri cium pipi kiri Sarah tanpa izin.
"Wey, ini tempat umum. Kira-kira dong!" Omel Sarah sambil menoleh kesana kemari karena malu.
Vino hanya diam dan tetap menggenggam tangan Sarah dengan erat.
Walaupun diperjalanan pulang cukup macet, namun tidak memakan waktu lama meski larut. Mereka sampai rumah jam dua pagi. Besok libur, dan Vino sepertinya akan pergi ke kantor saat siang.
Tak masalah tetap lelap hingga matahari cukup terik dan jam menunjuk pukul setengah sepuluh pagi.
Sarah menggeliat pelan, melihat sekelilingnya dan Vino yang sudah rapi serta memandang tablet di tangannya.
"Mau kemana?" Justru pertanyaan lah yang keluar dari mulut Sarah pagi-pagi.
"Meeting sama adek, lo gak apa-apa ditinggal?" Izin Vino sambil mengelus puncak kepala Sarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold And Bedu [END]
RomantizmBerat jika ditanya pasti apakah Sarah memiliki perasaan lebih dari teman untuk Vino, begitu juga sebaliknya. Hingga tiba di usia dewasa, diusia yang sudah seharusnya mereka memikirkan bagaimana langkah selanjutnya dalam hidup mereka. Benarkah Sarah...