2~ Penuturan

223 9 0
                                    

"Tenang, Ra. Lo gak harus terlalu terikat, gue gak akan buat hubungan kita kayak pernikahan yang lo takutin selama ini" jelas Vino mencoba menenangkan agar tidak kena semprot.

Percuma, wanita mana yang tidak marah jika dijadikan tumbal.

"Nikah itu seumur hidup, Vin" semprot Sarah tegas. Enak saja jika Vino menjadikannya pijakan untuknya menggapai sesuatu. Sarah benar-benar tidak setuju.

"Lah, siapa yang ngomong nikah itu bisa 100 kali seumur hidup?" Balas Vino tak mau kalah.

"Eh, tapi ada gak ya, yang nikah sampe seratus kali seumur hidup?" racau Sarah asal ditengah-tengah obrolan mereka berdua.

Vino ikut berpikir sejenak karena itu "Ada kali. Wey, Serius dong!" Potong Vino namun tetap saja menanggapinya walau keluar topik.

"Gue pikirin dulu, Vin. Gue gak mau jadi salah satu janda tajir di Indonesia" ucap Sarah diplomatis. Ia belum tahu akan mengatakan tidak, tapi tidak mau terlihat murah jika langsung menyanggupinya.

"Cih" cibir Vino kesal dengan ucapan wanita di hadapannya.

Mereka tidak melanjutkan obrolan yang tadi. Sarah merasa Vino tidak serius, Vino juga bingung harus berkata apalagi. Mereka jadi membahas motor-motor lewat yang mereka lihat. Aneh kan? Tenang saja, nanti akan ada yang lebih diluar nalar.

Hari sudah hampir gelap ketika Vino mengantar Sarah pulang. Setibanya mereka dirumah Sarah, tidak ada yang istimewa dari rumah keluarga Sarah.

Ibunya sedang menyapu rumah, sedangkan Ayah dan Adiknya bermain badminton. Sarah memang besar dalam keluarga yang memiliki kemampuan lebih di bidang olahraga atau sering disebut Atlet.

"Bu" panggil Vino. Tika—Ibu Sarah tersenyum ramah pada laki-laki yang sudah sering mengantar jemput Sarah. Atau bisa jadi hanya Vino dan Zidane lah laki-laki yang diketahui keluarga Sarah suka mengantar jemputnya langsung dari rumah, tidak depan gang.

"Lo pulang gih, udah sore" usir Sarah begitu saja tidak mau berlama-lama berdiri menunggu Vino pulang.

"Jangan kelamaan mikir" seru Vino mengingatkan sambil menghidupkan motornya. Sarah mengerdikkan bahu sok tidak peduli. Bohong, itu membuatnya akan tidak tidur malam.

Vino tersenyum ikhlas melihat ibu Sarah "Bu, balik dulu ya" Vino pamit, lalu langsung pergi dari pelantaran rumah Sarah.

"Mikir apaan, Ra?" Tika yang penasaran dengan penuturan Vino tadi menghampiri Sarah yang malah duduk di teras sambil terbahak melihat ayah dan adiknya bermain curang.

"Vino ngelamar" Sarah keceplosan tanpa melihat ibunya. Ia langsung mengulum bibirnya terkejut sendiri sambil salah tingkah.

"Apa!?" seru Tika kaget yang membuat orang-orang sekitar mereka melihat.

"Kenapa?" Ayah Sarah—Gandi ikut terkejut dengan teriakan Istrinya dan membanting raket ke sembarang arah.

"Gak apa-apa" Tika menetralkan suasana.

"Walah, suka banget buat orang jantungan, Bu" Gandi kembali pada permainan badminton yang sempat ditinggalnya.

Sarah langsung ditarik Tika masuk ke dalam rumah untuk membicarakan apa yang sedang terjadi antara ia dan sahabatnya.

"Kalian berdua gak lagi bercanda, kan?" Tanya Tika mendudukan Sarah di salah kursi tamu rumahnya dengan wajah serius seperti menangkap maling. Sama seriusnya kala memarahi Sarah karna membatalkan puasa ditengah hari gara-gara melihat mangga tetangga baru matang.

"Gak Bu, tadi dia ngelamar di minimarket" ia menarik nafas sebentar "Tapi, Sarah belum jawab. Rencananya baru mau ngomong sama Ibu sama Ayah nanti" tambahnya hati-hati.

Cold And Bedu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang