12~ Sampai jadi jelek banget

101 5 0
                                    

"Yasudah, ayo-ayo makan, semua ini Sarah yang masak" ucap Gandi dengan segala senyum ceria agar semua orang yang ada di meja makan dapat mendapatkan kehangatan dan sedikit reda kekesalan mereka.

Walaupun ada perdebatan tadi meja makan tidak membuat hilang kenikmatan makan malam keluarga Sarah dan Vino.

Vino menarik-narik ujung baju Sarah, Sarah melihat Vino kesal.

Diberikan oleh Vino sebuah kotak berwarna biru gelap dengan aksen buludru.

"Apaan nih?" bisik Sarah bingung.

Nisa, kakak Ipar Vino mengerti melihat gelagat dua manusia yang ada di depannya.

"Maaf sebelumnya, Jadi si Vino ini ada rencana buat ngasih cincin sama Sarah tanda udah lamaran tapi dia malu-malu" koar Mbak Nisa

Tau dirinya menjadi pusat perhatian tidak lantas membuat Vino menjadi malu dan kikuk. Ia tarik pelan tangan Sarah keluar dari meja makan.

"Yah, dengan ini saya meminta izin untuk melamar anak Ayah. Direstuin kan pasti?" Vino menghadap Gandi, malam ini cukup emosional bagi Gandi karena secara tidak langsung ia akan melepas salah satu anak gadisnya.

"Mana ada orang minta restu kayak begitu geblek!" Sarah kesal karena Vino sama sekali tidak ada romantis-romantisnya untuk bertanya dengan dirinya terlebih dahulu.

"Jawaban saya klasik, siap nggak kamu menghadapi perilaku Sarah yang tidak terduga?"

"Jangan salah, Vino udah temenan sama Sarah dari SMA. Beneran perlu diuji?" Mbak Nisa memotong

"Vin, lo nggak nanya gue dulu?" Sarah membuka suaranya kali ini.

"Kamu udah persiapin acara pernikahan masih juga minta ditanya?" Tika kesal, mengapa anak gadisnya tidak pernah lurus pemikirannya.

Vino menyegir melihat Sarah dimarahi ibunya.

"Saya siap Yah. Saya akan berusaha ngejagain Sarah sampai saya mati, dan bakal mau kalau tiba-tiba Sarah nyuruh saya beli sate padang tengah malam. Atau jadi orang yang ngelarang Sarah naik gunung karena takut dia kenapa-kenapa walaupun nanti saya yang kenapa-kenapa"

"Saya juga siap jadi samsak tinju Sarah kalau dia PMS, atau jadi pendengar curhat Sarah walaupun saya mau main game. Saya juga siap buat jadi ayah dari anak-anak Sarah yang saya kira anehnya nggak bakal beda jauh dari Sarah" ucap Vino terdengar sangat tulus.

Sarah yang mendengar itu semua sedikit berlinang air mata.

"Nangis kan lo! besok lo nggak boleh marah-marah sama gue" bisik Vino sambil menyeka air mata Sarah dengan tangan kanannya.

Ingin Sarah pukuli Vino malam itu, tapi sepertinya nanti saja. Laki-laki ini jarang bisa mengungkapkan isi hatinya.

Gandi tidak menjawab, ia berdiri dan memeluk Vino dengan perasaan haru.

"Saya tidak ragu merestui kalian" Gandi melepaskan pelukannya pada Vino dan tersenyum sumringah

"Baiklah, kalau begitu kalian resmi sudah tunangan. Jadi jangan berantem terus ya" Nisa memeluk Sarah

"Kasih Vino cincinnya" ucap Nain, karena sepertinya anaknya jadi kikuk sendiri.

"Ah udahlah Yah, suruh dia pasang sendiri. Vino laper!" Vino kembali duduk di bangkunya dan makan dengan lahap seperti tidak terjadi apa-apa.

"Gue bunuh lo besok" ucap Sarah lirih lalu ikut duduk di sebelah Vino dengan senyuman terpaksa.

Makan malam telah usai, Kini keluarga Vino sudah berada di depan rumah.

"Kita foto dulu yuk!" ajak Nisa

"Sarah, dipakai dong dek cincinnya"

Sarah langsung celingak-celinguk karena bingung dimana cincinnya berada.

"Belum cincin kawin aja udah lupa" tiba-tiba Vino datang dan memasangkan cincin tunangannya dengan Sarah.

Sarah melongo melihat Vino memakaikan cincinnya.

"Senyum!" seru Nisa lalu menjepret sebuah foto menggunakan kameranya.

"Makasih ya Sarah dan keluarga udah menjamu kami sekeluarga" Nain berucap sambil bersalaman dengan Gandi.

"Santai dong Pak, kita kan calon besan. Semoga pernikahan Sarah Dan Vino lancar ya" Gandi membalasnya

"Aamiin!" Sarah berseru paling keras.

Lalu semua mata refleks melihat Sarah yang bersuara paling keras

"Maksudnya, kita harus semangat" jelas Sarah malu sendiri.

Keluarga Vino sudah masuk ke dalam mobil, keluarga Sarah pun sudah masuk. Tinggal lah Sarah dan Vino diluar.

"Mereka udah nggak ada, jadi sekarang gue tanya. Mau nggak lo jadi istri gue? sampai nanti kita udah nggak bisa nafas, lo jadi jelek banget dan gue jadi kaya banget?"

"Yang bener Vino Andreano!" pinta Sarah

"Yaudah!"

"Untuk kedua kalinya, lo pasti mau kan jadi istri gue?" Vino sambil tersenyum kepada Sarah.

Lama Sarah pandangi senyum itu, terlalu indah untuk ia lewatkan.

"Kalau nggak mau nggak apa-apa. Lagian lo udah buat baju nikah juga"

Sarah sadar dari lamunanya.

"Nggak gue jawab aja lo udah tau jawabannya"

"Tapi gue mau denger jawabannya dari yang gue lamar malam ini"

"Iya! gue mau" Sarah malu sendiri.

"Tapi inget apa yang udah kita sepakati ya"

"Iya!" Vino mencium dahi Sarah sebelum ia berlari ke mobilnya karena Ayahnya sudah memanggil untuk pulang.

Sarah berbalik kerumahnya, ada satu yang mengganjal di dalam hatinya.

Ia masih tidak memiliki perasaan apapun untuk Vino, hatinya masih tertambat pada laki-laki yang masih tidak tahu dimana rimbanya, Zidane.

Cold And Bedu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang