-EPILOG 1- Rumah

91 4 0
                                    

Siapapun, jangan biarkan Vino tahu, Sarah sedang ada gila-gilanya menghabiskan tiga bungkus es krim. Stok terakhir milik Sarah dan Vino.

"Emang hal terlarang nikmat banget" ucap Sarah seorang diri dan menandaskan habis es krim terakhir ditangannya.

Vino mengusap pelan kepala Sarah. Sarah sontak berbalik terhenyak "Gue kira marahnya gue kemarin bikin lo mikir" ucap seseorang tiba-tiba dibalik punggung Sarah.

Suara berat mendominasi begitu pekat. "Astaga" seru Sarah membuat tangkai es krim terakhir itu terlempar dari dapur.

"Udah tahu salah, malah sok kaget" cibir Vino mengambil sebotol air dingin di dalam kulkas.

"Lo--ngapain--" Sarah terbata, karena dia salah.

"Minum? Kalau lagi buat salah emang jadi creepy, kah?" Ejek Vino sekali lagi.

"Aduh, gue juga gak tahu Vin. Pengin banget, kayak tiba-tiba gitu" jelasnya habis akal.

Vino menandaskan minumnya, dan kembali menaruh botol minum itu ke dalam kulkas. Sarah diam mematung, tidak berani memberikan komentar apapun.

Vino mengambil air putih biasa. "Minum, dulu" ucapnya menyerahkan segelas air putih itu.

"Gak marah?" Tanya Sarah sebelum mengambil air itu. "Diminum dulu, lo habis banyak makan manis" perintahnya.

Sarah menurut, ia menghabiskan setengah gelas. Vino mengambil tangan Sarah, menuntunnya naik menuju kamar.

"Gak marah?" Tanya Sarah berulang.

"Udah larut, gak ada tenaga marah" jelas Vino. "Mending tidur" tambahnya malah mendekap Sarah.

Sarah bingung, ia harus senang Vino tidak jadi marah. Namun perasaannya tetap mengganjal, ia tidak suka vino diam-diam seperti ini.

Memasuki pagi yang dinginnya udara membuat Vino tetap mendekap erat wanita yang senyumnya sehangat mentari. "Ini orang baik banget" ucap Sarah sendirian sambil mengusap pelan kepala Vino.

Sarah masih betah mengusap-usap rambut Vino "Gue dulu ngapain ya, Vin. Kok suaminya bisa sebaik lo" racau Sarah masih sendirian.

"Lo patuh sama orang tua, jadi hadiahnya gue" jawab Vino dengan mata yang masih tertutupi rapat.

Sedari 10 menit yang lalu, Vino lebih dulu bangun. Namun ia masih sepakat dengan otaknya untuk tidak beranjak dan tetap merengkuh istrinya yang semalam atraksi.

"Mas, beneran gak marah?" Tanya Sarah sekian sekali.

"Yang, ini gue lagi marah. Tapi sini peluk aja, mau marah pun gue gak bisa" selorohnya semakin merengkuh tubuh Sarah. Yang dipeluk hanya diam menuruti tanpa ada bantahan sedikit pun.

"Jangan sering-sering, ya. Itu gak bagus banget untuk kesehatan, Ra" ucapnya lembut sekali lagi.

"Iya, Mas. Maafin ya, walaupun gak janji bakal gak ulangin, tapi janji bakal kontrol, deh" ucapnya serius.

"Iya, percaya" ucap Vino begitu saja.

Vino paham betul, dan memang, apapun yang Sarah katakan akan segera ia laksanakan. Hanya saja terkadang Sarah bertindak diluar akal sehatnya.

"Mas, hari ini gue ada kerjaan diluar sebentar, terus langsung nyari bahan desertasi" Sarah menjelaskan jadwalnya.

"Loh? Gak ke rumah sakit?"

"Gak, ada penyeluhan gitu. Jobdesk gue ngasih materi soal parenting sebagai perwakilan rumah sakit". Katanya "Siangnya bahasa klien sama Ana, terus langsung ke perpusnas buat nyari bahan desertasi" jelasnya lagi.

Cold And Bedu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang