Kepergian Sarah dan Vino beberapa waktu kemarin memberikan extra time mengeratkan hubungannya.
Untung saja mereka pulang dikala weekend tiba. Membuat Vino esok hari tidak ditinggal bekerja, lagi.
Dikamar Vino yang bernuansa biru gelap, Sarah masih berusaha menamatkan novel berjudul laut bercerita. Sedang Vino, sibuk mencari uang, maksudnya menggambar. "Besok kita mau kemana, Vin?" Ucap Sarah yang masih memandangi novel.
Vino diam. Konsentrasinya penuh, pada ilustrasi yang tengah ia kerjakan.
Sarah menghela nafas. "WOI" Serunya dibarengi dengan lemparan bantal guling.
"Awh" ringis Vino terkejut oleh tindakan Sarah.
"Durhaka, awas aja lo" ancam Vino "Apasih!" Ucapnya karena mendapat tatapan tajam dari Sarah.
"Kita! Besok mau kemana" ucapnya mengulang, namun penuh penekanan.
"Dirumah aja" jawabnya sekenanya.
Sarah hanya mengangguk paham.
"Ohiya, Ra" Vino berbalik lagi menghadap Sarah "Gue lihat-lihat, hari ini lo keramas" ucapnya spontan.
"Iya, kenape lu. Tumben perhatiin gue keramas atau g--" jawaban Sarah terhenti setelah melihat senyuman miring milik Vino.
"Bangke lo" semprotnya kesal.
"Tunggu, Ra. Gue beresin dulu" Vino berdiri, mulai merapikan peralatan menggambarnya diatas meja kerja. Cekatan, kata itu sangat merepresentasikan kegiatan Vino kali ini.
"Apaan, gue aja belum setuju atau gak" ucap Sarah sewot melihat Vino bersemangat.
Aduh mati gue. Batin Sarah.
Darah Sarah kembali berdesir, gugup setengah mati. Mengalahkan rasa gugup saat melihat Vino di meja akad nikah.
"Bangke" racau Sarah. Perasaannya nano-nano. Gelisah tak karuan, takut terhadap satu hal absurd.
Vino selesai. Ia mendekat, memegang tangan Sarah lembut. Tangan kanannya mengusap pelan rambut Sarah.
"Its gonna be weird, but trust me. Apapun yang kita lakukan ini, semuanya karena sama-sama ikhlas, oke?"
Kata-kata ajaib yang diucapkan Vino benar-benar membuat Sarah hilang kesadaran. Dengan mantap ia menganggukkan kepalanya.
Mendapatkan sinyal setuju. Vino langsung menarik tengkuk Sarah pelan. Ia melumat bibir Sarah pelan, awalnya.
"Vin-- aduh" Sarah terbata mendapati Vino tangan Vino mulai pergi kemana-mana.
"Trust me, Ra" ucapnya.
Kali ini, Sarah diam saja. Inilah waktunya, mereka sudah menyamakan rasa bukan? Untuk apa lagi menunda.
Malam itu, meskipun awalnya kantuk melanda Sarah luar biasa. Namun ajaibnya, ia sudah bermandikan keringat dengan melimpah. Ah, Vino cukup handal.
***
Untuk pertama kalinya, setelah bersama Vino beberapa saat. Sarah bangun tidak mendapati Vino seperti biasa disampingnya.
Namun suara terdengar suara gaduh luarbiasa dari bawah kamar. Jika bukan Vino ulah siapa lagi.
Pintu kamar terbuka. Vino berdiri sudah mengenakan kaus polos hitam dan celana pendek berwarna abu-abu dengan rambut sudah basah "Pagi" sapanya sambil membawa dua gelas susu hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold And Bedu [END]
RomansBerat jika ditanya pasti apakah Sarah memiliki perasaan lebih dari teman untuk Vino, begitu juga sebaliknya. Hingga tiba di usia dewasa, diusia yang sudah seharusnya mereka memikirkan bagaimana langkah selanjutnya dalam hidup mereka. Benarkah Sarah...