Sesampainya masuklah Sarah dan Vino ke KUA, mengajukan berkas lalu mengurus administrasi dan mengajukan tanggal pernikahan mereka yang bisa dibilang sangat mendadak.
"Kalian gak kecelakaan kan?" tanya petugas KUA untuk memastikan.
"Hah? Nggak lah pak. Lihat kita sehat gini" jawab Vino terkejut
"Nggak Pak Alhamdulillah. Bukan gitu Vin maksudnya. Kan, lebih cepat lebih baik? Kebetulan calon suami saya ini sibuk Pak. Jadi harus kejer-kejeran sama jadwalnya Pak" jawab Sarah yang mengerti maksud dari petugas KUA itu.
"Oh, Alhamdulillah. Saya hanya memastikan, baiklah jika urusan administrasi kalian selesai saya kabarkan. Lalu jika ada berkas yang kurang akan saya kabarkan"
"Baik pak. Jadi kami boleh pulang pak?"
"Kalian tidak niat menginap kan? Jadi tentu saja"
"Baik terima kasih pak"
Vino dan Sarah pun langsung keluar dari kantor KUA.
"Mau kemana lagi?"
"Cari kain"
"Buat?"
"Baju lah. Lo mau pake pakean dalem aja?"
"Itu gue juga tahu. Maksudnya nggak nyewa aja?"
"Nggak! Kalo buat itu lebih memorial. Kalo sewa? Kita cuman make sekali terus dipake orang lain lagi" jelas Sarah diatas motor.
"Dimana tempatnya"
"Itu tuh, lorong sana" tunjuk Sarah. Vino pun mengikutinya dan masuk ke gang sempit lalu tiba di sebuah Ruko 4 lantai.
Vino sedikit terperangah melihat ada tempat kain sebesar ini.
"Masuk vin" Sarah menyadarkan Vino yang masih duduk diatas motor.
"Oh iya ya."
Sarah lalu menghampiri salah satu pegawai toko tersebut yang sudah ia kenal tentunya, meski Vino tidak. Tak lama mereka bercakap pegawai itu pun langsung mengajak Sarah ke bilik ganti.
"Lo duduk disana aja, gue mau cobain dress nya dulu" Sarah menunjuk salah satu bangku yang berada tepat di depan.
Tanpa diperintah pun Vino akan tetap duduk di bangku itu.
"Nah ini nih dress impian gue" ucap Sarah sambil keluar dari bilik ganti. Sambil berputar-putar abstrak.
"Gradasi banget nih Ra baju lo?" komentar Vino yang berhasil buat Sarah berhenti dari kegiatan berputar-putarnya yang abstrak
"Yup! Gue selalu mengimpikan pake dress dengan aksen gradasinya. Walaupun polos terkesan mahal dan elegan."
"Gue nggak ngira"
"Memang!"
"Ya biasanya lo cerita semua sama gue. Sampe ukuran celana lo aja cerita karena udah ukuran 30" cibir Vino
"Diem deh vin"
"Sekalian beli dasar baju orang tua kita ya"
"Lo mau warna apa?"
"Terserah lo aja"
"Vin!-" Sarah ingin meneriaki Vino saat itu
"Yaya, lo pasti mau ngomong yang nikah itu kita berdua bukan gue doang" ucap Vino menirukan gaya, mimik, dan gestur Sarah saat berbicara.
"Yaudah! Item aja"
"Hah? Vino" Sarah menatap Vino spsechless
"Lah lo nyuruh gue milih kan?" Vino tidak ingin disalahkan
"Gini aja, atasnya dalemannya item luarnya abu-abu"
"Ya terserah lo gue nggak ngerti" tipikal Vino, selalu dan selalu.
"Oke mbak! kita ambil 11 meter ya" ucap Sarah
"Ini banyak banget Ra? Emang ibu kita ada berapa?" Vino memastikan
"Loh! Sahabatku yang cewek ada dua, ibu lo sama ibu gue, adik gue satu, nenek lo satu, kakak ipar lo satu. Pas" hitung Sarah
"Ya nggak 11 meter juga"
"Itu masih dibagi lagi Vino, udah deh lo nggak ngerti" ucap Sarah sambil mengibaskan tangannya dan pergi menuju kasir agar dapat membayar semua belanjaannya.
Walaupun menggunakan kartu kredit Vino.
"Perhatian amat" lirih Vino
"Apa Vin?" langkah Sarah terhenti
"Nggak ada. Udah kan? Capek gue balik yuk"
"Gue mau makan"
"Dimana?" Vino kesal
"Foodcourt deket rumah sakit aja, deket kok dari sini" jelas Sarah dengan nada lemah lembut
Vino hanya diam saja melihat tingkah Sarah
"Ya Vin. Ya" Sarah memohon
"Oke" Vino pun langsung naik motor astrea hitam miliknya yang kadang-kadang bisa ngebut dan kadang-kadang sedang ngebut malah mogok itu.
Sesampainya di foodcourt Sarah langsung turun dan berlari seperti kembali habitatnya.
Tak butuh waktu lama Sarah segera memesan apa yang ia butuhkan saat ini.
Sudah datang dan terhidang satu porsi sate padang dengan kerupuk kulit dan segelas boba dengan rasa brown sugar.
"Ini beneran Ra? Lo setiap makan selalu pesen ini dua" Vino heran.
"Lo kan tahu sedari dulu kalo gue suka satu. Udah itu aja yang gue makan, nggak akan aneh-aneh"
"Justru aneh Ra. Karena dari kecil makanan lo itu-itu aja" Vino menjelaskan dengan penuh keheranan luar biasa
"Bodo amat. Yang penting gue makan kan?" Sarah tidak peduli dan melahap makanannya
"Yaudah. Gue mau main game"
"Silahkan" Sarah dengan senang hati Sarah membiarkan Vino main game agar tidak mengacaukan acara makannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold And Bedu [END]
RomanceBerat jika ditanya pasti apakah Sarah memiliki perasaan lebih dari teman untuk Vino, begitu juga sebaliknya. Hingga tiba di usia dewasa, diusia yang sudah seharusnya mereka memikirkan bagaimana langkah selanjutnya dalam hidup mereka. Benarkah Sarah...