57~ Tongseng

55 3 0
                                    

Tidak berada di brangkar rumah sakit membuat ada satu hal yang pasti membuat Vino bahagia. Selain Karena Sarah tak sakit lagi. Vino dapat dengan bebas melingkarkan tangannya diatas perut Sarah. Dan salah satu tangan yang lain mengusap kepala cintanya.

Tidak peduli ini sudah pukul 10 atau matahari sudah bersinar naik karena tak lama lagi jam makan siang. Namun Sarah masih enggan membuka matanya. Vino menaruh kepalanya di ceruk leher Sarah "Bangun, dong" rayunya sambil sesekali mencium pipi kanan Sarah.

"RESE BANGET SI!" omel Sarah tak suka. Vino tertawa keusilannya harus selalu hadir dalam hidup Sarah.

Vino menopang tangannya agar mampu melihat ekspresi Sarah "Kamu semalem bangun, kan? Kenapa?"

"Mimpi Ayah, rindu kayaknya" terang Sarah tanpa berniat membuka matanya.

"Mau kesana hari ini?" tawar Vino lembut

"Lo gak kerja?"

"Selama lo cuti, gue cuti"

Mata Sarah terbuka "Ck, lo tuh, gak profe--"

"Ada Nando yang handle, tanya aja sama dia kalau gak percaya" Vino sudah memotong lebih dulu dengan alibi yang tak bisa di tampik oleh istrinya.

"Beneran?" Sarah masih saja tak percaya.

"Lah, tanya aja sama ipar kesayangan lo tuh" ujar Vino. Sarah mengangguk.

Sarah berbalik, membalas pelukan suaminya "Mas, kurang satu nih"

"Apa?"

"Biasanya, morning my lady, gitu" ucapnya lembut.

"Oh, HAHA. Lu bangun kesiangan, ege" seloroh Vino masih ingin menjahili Sarah.

"Sesekali doang, itu juga lu udah rese nyuruh bangun!" Balas Sarah tak mau kalah.

"Haha, iya deh, morning my lady, my world, my apa lagi tuh, Yang?" Ejek Vino.

"Gak niat nih, udah ah" Sarah melepas pelukan Vino beralih beranjak dari kasur. Tidur terus selama seminggu membuat tubuhnya kaku.

"Eh, Ra. Kita kerumah Ayah Ibu maleman aja, sekalian nginep, gimana?" Tawar Vino.

"Mau banget!"

Vino tertawa.

"Kenapa sih" padahal langkah kakinya sedikit lagi hampir masuk ke dalam kamar mandi. Namun dihentikan oleh tawa Vino.

"Lucu, umurnya udah 30 tapi kalau ketemu Ayah masih kayak anak 3 tahun" ejek Vino.

"Biarin, wle!" Sarah menjulurkan lidahnya tak suka. Vino kembali tertawa.

Inilah keadaan rumah tangga mereka di hari-hari biasanya. Saling menjahili, saling ejek, saling menyebalkan. Namun ternyata, hal-hal ringan itulah yang selalu membuat Vino ingin kembali ke pelukan Sarah, ingin selalu mengganggunya.

Vino sudah sibuk membuat sarapan. Sarah berjalan ceria menuju suaminya yang masih sibuk di dapur.

Baiklah, bagaimana berjalan ria ala Sarah? Seperti anak kecil yang setengah melompat dan setengah berlari.

"Baik moodnya?" Vino berbalik melihat sudah memeluknya dari belakang. Sarah mengangguk semangat.

"Buat roti panggang aja, yah?" Tawar Vino.

"Tapi ini udah hampir makan siang. Breakfast apaan" omel Sarah.

"Ya gak apa-apa. Biar ada glukosa yang masuk ke dalam badan lo" terangnya. Tanpa menunggu lama kemudian, terhidang dua roti panggang dengan selai coklat.

Cold And Bedu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang