52~ Masa iya?

76 2 0
                                    

Riuh warung tongseng langganan suami istri ini, tidak menjadikan ambiens romance mereka memudar. Pernahkah kalian merasa ditatap seolah dunia hanya menatap dirimu seorang?

Seperti itulah Vino sekarang. Semua orang tau, Vino hanya memiliki mata dingin terhadap orang lain.

Bila dihadapannya Sarah, mata itu seolah menjadi mata paling hangat di seluruh dunia. Ia tidak masalah bila harus mendengarkan Sarah mengoceh sampai akhir hayatnya.

Serta mau-mau saja diajak Sarah mencari sate Padang jam 11 malam. Tentu itu bukan masalah. Masalahnya, wanita didepannya ini selalu memiliki cara untuk membuatnya jatuh cinta disetiap hari, langkah, dan mata yang begitu tulus bila menatap orang.

"Yang, kamu gak capek?" Tanya Vino sambil memberikan segelas es teh tawar yang paling Sarah sukai.

Sarah meneguk es teh tawar dengan gembira "Kenapa?"

"Gak, capek aja gitu ketemu orang yang selalu bermasalah setiap hari" terangnya lugas.

"Gak dong, Mas. Aku selalu bahagia, ngelihat mereka senyum sambil meluk aku itu. Makasih banget udah jadiin aku psikolog" terang Sarah.

"Sarah" panggilnya.
Sarah mengangguk, menjawab.

"Kamu tahu gak? Setiap harinya kamu selalu bisa buat saya jatuh cinta sama kamu" ucapnya singkat.

Darah Sarah langsung berdesir turun ke tungkai kaki. Sudah dipastikan pipinya menghangat, ujung kakinya dingin.

Ia hanya terdiam malu. "Lucu" jawabnya.

Vino juga tersenyum. "Makasih, udah nerima Mas sebagai suami kamu" Vino memberikan suapan terakhirnya kepada Sarah.

Sarah hanya mengangguk pasrah.

Telpon berdering tak lama. Panggilan grup, Annes dan Vony.

"Lo dimana?" Tanya mereka. Vino tahu bila kedua sahabat istrinya selalu memiliki cara untuk menjahili Sarah.

"Makan tongseng. Kenape sih! Posesip amat, gue udah ada laki" protes Sarah heran. Vino yang mendengar hanya menggenggam erat tangan Sarah.

"Kepo aja. Soalnya lihat snapgram Vino, kalian lagi nyanyi cruel summer, kirain road trip"

"Gak, kenapa sih"

"Gak ada. Jahil aja mau gangguin kalian, oke bye deh" Annes membanting topik lalu benar-benar mematikan telepon. Tapi Sarah sadar, ada yang tidak beres dengan sahabatnya. Besok pagi akan ia telpon kembali sahabatnya itu.

"Jadi, kenapa mereka? Cuman mau gangguin aja?" Tebak Vino seperti biasa.

"Iyalah Mas. Heran juga" seru Sarah diiringi hentakan kaki di tanah.

"Lucu banget sih" Ia mengusap pelan kepala Sarah. "Yuk, Yang. Filmnya satu setengah jam lagi" ajak Vino sambil mengambil salah satu tangan Sarah.

"Kok cepet banget Mas. Emang mau kemana?"

Langkah Vino dan Sarah sama besar. Jadi tidak terlalu sulit untuk perempuan itu menyamakan langkah mereka. Terutama sambil bergandengan tangan.

"Mau coba toko buku date malem-malem. Kamu mau gak?"

Sarah yang baru duduk dibangku penumpang langsung diam. Kepalanya memutar kembali memori saat SMA.

"Mas, jangan bilang--"

"Inget dong, Ra. Kan kamu selalu ngoceh mau nge date di toko buku malam malam terus pergi nonton midnight movie"

"Tapi itu udah lama, Mas?"

Cold And Bedu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang