51~ Hari Jadi

73 3 0
                                    

Dua tahun yang lalu, Vino dengan wajah tegangnya menunggu Sarah tepat setelah mengucapkan ijab kabul sambil menggenggam erat tangan ayah Sarah.

Dan si Abstrak, Sarah. Dengan tidak ada perasaan bersalah malah tertawa sambil berjalan ke tempat meja akad nikah.

Tertawa sebab melihat wajah tegang dan keringat dingin milik Vino yang sudah mengucur deras dan entah berapa kali dihapus namun tetap banyak.

"Happy anniversary" bisik Vino dengan kecupan singkat di bibir ranum Sarah.

Sarah yang belum sepenuhnya sadar dari tidur belum mengerti. Diam sejenak, ia lalu mengembangkan senyum indah miliknya.

"Mas say anniversary for the first time on the second anniversary
" ejek Sarah.

Vino berdehem singkat. Yaa---sama tau kan kondisi kondisi perasaan dan situasi mereka setahun lalu.

"Iya Mas. Doanya selalu sama-sama, okei?" Sarah memotong sebelum lelakinya mengoceh tentang ini dan itu.

Vino tersenyum dan mencium lama pipi dan terakhir bibir Sarah.

"Ra, gue hari ini mau ketemu mungkin empat orang. Pulangnya sorean jam tiga. Mau jalan-jalan sore bareng Mas, gak?"

"Tumben ketemu empat orang?" Selidik Sarah.

"Pitching tender baru. Gak boleh? Maunya sama lo aja, gitu?"

Sarah tersenyum mendengar tawaran Vino. "Gak lah. Gue sampai jam setengah tiga masih klien, gimana dong?"

"Ya gak apa, gue tunggu di lobby aja. Khusus hari ini gue bawa mobil. Lo gue anter, pulangnya kita jalan, hows my lady?"

"Sounds good" Sarah mengangguk.

"So, how?"

"Mas gak siapin dinner ala-ala gitu ya, Ra. Gak usah berharap tinggi-tinggi"

Sarah menoleh. "ASTAGA" Sarah menangkap kedua pipi Vino gemas. "Aku bahkan gak pernah punya ekspektasi kita bakal gitu" terang Sarah. "Kan konsep hidup kita sederhana" tambahnya.

"Kita makan tongseng, terus keliling kota sampai malam. Nanti, kita nonton midnight movie? Deal?" Vino menjelaskan detil perjalanan yang akan mereka habiskan setelah bekerja dalam rangka merayakan hari jadi pernikahan.

"Nah itu baru selera aku" Sarah setuju.

Ia tidak perlu dibelikan barang mewah setiap perayaan, apalagi diperlakukan bak ratu sehari semalam karena hal itu.

Cukup setiap sore mencium wangi lavender yang melekat ditubuh Vino, atau sekedar memukul pelan lengannya sebab candaan yang Vino lontarkan. Itu lebih cukup dari dunia dan seisinya. Sarah tidak minta banyak.

Sebab, dahulu, saat ia minta banyak ia kehilangan sama banyak pula. Itulah alasan mengapa Sarah begitu mencintai hidupnya yang sederhana.

"Mau sarapan apa?" Tawar Sarah, padahal sudah jelas jelas ia membuat sando fruit.

"Kamu? Boleh gak?" Kedip Vino.

"YAH SORI NI, GUE MENS HARI PERTAMA PAGI INI" Ejek Sarah dan kabur menuju kamar mereka.

"Mas, ayo siap-siap. Ana udah nelpon" seru Sarah dari lantai dua. Vino segera bergerak menuju garasi untuk mengeluarkan mobil.

"Pelan suaranya aja, rumah kita bukan hutan" peringat Sarah.

"BODO AMAT!" Sarah tak mau kalah.

"SERAH" Vino kesal. Lalu benar-benar pergi menuju garasi.

Lagu cruel summer milik Taylor Swift mengiringi perjalanan kedua insan yang katanya sedang merayakan hari jadi pernikahan kedua tahun, namun entah mengapa wajah mereka datar-datar saja.

Cold And Bedu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang