15~ Jangan kasih tahu

74 3 0
                                    

"Pergi dulu, Yah" Vino mendahului

"Kakak pergi dulu Yah" Sarah mencium pipi Gandi dan berlari mengejar Vino yang sudah memakai helm.

Motor pun melaju lambat

"Lo masih sedeket itu sama ayah lo" Vino heran dengan sikap manja Sarah yang tidak ada canggung-canggungnya.

"Kenapa?"

"Gue kira renggang gara-gara waktu itu lo nggak dizinin naik gunung semeru"

"Kata lo kemarin hidup harus berimprovisasi, karena kata Ayah kalau udah nikah boleh naik gunung. Maka dari itu gue setuju dengan pernikahan ini"

"Hanya demi semeru?!"

Tentu saja Vino terkejut, entah apa yang ada dipikiran Sarah hingga hanya demi pergi naik gunung dengan bebas ia menyetujui pernikahan 'statusan' ini.

"Ralat, mahameru."

"Apapun, gimana kalo gue nggak izinin?"

"Gue tetep pergi, atau kabur aja gue"

"Keras kepala!"

Sampailah mereka kerumah pak RT dan mengurus segala administrasi dalam pernikahan yang akan dilangsungkan dua minggu lagi.

Mereka berdua keluar dari rumah pak RT pada jam 2 siang.

"Mau kemana lagi Vin?"

"Kerumah Zidane"

"Vin, gue mau Zidane nggak tahu soal pernikahan kita berdua"

Motor berhenti tiba-tiba

"Kenapa?"

"Gue bakal ngomong sendiri, tapi nggak sedeket ini"

"Terus gimana?"

"Kita bilang aja dua minggu lagi lo mau mau nikah, tapi lo nggak bilang sama siapa"

"Yaudah"

"Oke, gue udah lama nggak ngacak-ngacak kamar Zidane"

Motor Vino segera melesat kerumah Zidane.

"Zidane!" seru Sarah diambang pintu.

"Masuk ajalah" Vino mendahului Sarah, Sarah pun mengikuti sampai masuk ke dalam kamar Zidane

"Kalian?" Zidane melongo

"Yaiyalah, menurut lo? duo serigala?"

Sarah tertawa sendiri.

"Lo mau kemana?" Vino duduk di bibir kasur, melihat Zidane merapikan koper besar berwarna hitam

"Mau shooting film, di Eropa"

Selain seniman besar, Zidane adalah seorang sutradara film. Sudah banyak hasil karyanya yang masuk jajaran film box office.

"Berapa lama?" Vino penasaran

"Tiga minggu"

"Gila! Lama banget" Sarah terduduk mendengarnya

"Iyalah. Kenapa?"

"Anu-" Sarah bingung sendiri mengatakan apa tentang pernikahannya dengan Vino

"Gue mau nikah dua minggu lagi" potong Vino

Itu adalah salah satu hobi Vino, memotong pembicaraan orang.

"What! Sama siapa?"

Ah, tentu saja Zidane terkejut. Karena sedari kecil diketahui Vino jarang berpacaran.

"Cewek, nanti bakalan tahu sendiri siapa"

"Iya juga sih, tapi sorry bro. Gue nggak bisa dateng"

"Yaudah, gue tetep nikah juga"

Sarah hanya bisa menggeleng heran dengan Vino, laki-laki itu tidak ada basa-basi sama sekali di dalam hidupnya.

"Gue naik ini ya Vin" izin Sarah pada Vino karena ia ingin naik skateboard milik Zidane.

Sarah mengindahkan peringatan Vino dan tetap menjalankan skateboard.

"Nanti jatuh" peringat Vino

"Asik tau Vin" Sarah masih bandel dengan menjalankan skateboard itu walau hanya maju mundur.

"Nanti lo nabrak tuh lemari, itu lemari besi. Kalau kayu nggak sakit banget"

"Ya gue juga tahu itu lemari besi. Udah ah asik-"

Gedubrak... piala penghargaan dan beberapa masker wajah Zidane menimpa Sarah karena tidak seimbang saat menjalankan skateboard.

"Gue udah bilang" hanya itu kata yang terlontar dari mulut Vino sesaat melihat Sarah terjatuh.

Vino tersenyum miring melihat Sarah terjatuh dan sama sekali tidak berniat membantu

"Tolongin dulu kampret! Malah di maki"

"Berdiri sendirilah. Emang kaki lo diamputasi?"

Sarah berdiri sendiri dan berjalan keluar kamar menuju dapur dengan kaki pincang, kesakitan.

"Masak gih" suruh Vino tidak ada hati.

"Masak apa?" jawab Sarah dengan nada yang bisa dibilang tidak enak didengar

"Ada mie. Masakin kita berdua ya" Zidane ikut-ikutan dan duduk di meja mengobrol bersama Vino sementara Sarah memasak.

5 menit Sarah sibuk dengan kegiatan masaknya "Nih" Sarah menyuguhkan mie yang buat. Dan kebetulan sedang hujan.

"Rumah lo kenapa banyak banget buah duku, Dan?" Ucap Sarah sambil membuka buah duku yang tersedia diatas meja makan

"Dibawain nyokap"

"Wih enak, manis"

"Yaudah, bawa aja. Dirumah gue ada sekarung"

"Siap!" Sarah tersenyum senang dan membungkus buah duku itu ke kantung plastik sesuka hatinya.

"Pulang yuk" ajak Sarah karena jam sudah menujukkan pukul 6 sore

Mereka pun pulang tepat saat matahari sedang jingga-jingganya.

Cold And Bedu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang