"Morning, my lady!" Sapa Vino hangat saat Sarah membuka mata pagi ini.
Sarah menggeliat kecil dalam dekapan Vino. Ia sedikit tertegun, karena pasalnya semalam masih di bioskop. Lah kenapa tiba-tiba sudah dirumah aja.
"Udah santai aja, tadi Ana telpon, klien lo re-schedule. So today, you're free, dude!" Jelas Vino bersemangat jika Sarah tidak bekerja.
Dalam hubungan ini, Vino lah yang mengikuti jadwal Sarah. Bukan sebaliknya.
"Hmm, yaudin. Kok gue bisa disini" Sarah mencoba kembali mengingat. Ia masih bersemangat sebelum ending film, kenapa malah sudah tak sadarkan diri.
"Lo gak ngapa-ngapain gue, kan? Lo gak bius gue atau semacamnya, kan?" Tuduh Sarah begitu saja. Vino tidak bereaksi lebih, ia hanya menghela nafas panjang.
"Udah gak tau terima kasih, gak tau malu lagi. Heran, kenapa gue cinta sama lo" sungut Vino sok kesal. "Lo gue gendong. Mana berat lagi, gak apa-apa sih tapi, hehe" ucapnya sambil nyengir kuda.
Sarah geli melihatnya.
"Jadi gue digendong dari mall sampai kerumah?"
"Ya terus? Mau gue tinggalin aja, gitu?"
"Hehe, ya ampun. Kamu baik banget deh, Mas" Sarah berterima kasih dengan memberikan sebuah kecupan kecil di pipi kanan Vino.
"Ya ampun, Ra!" Suara Vino sedikit meninggi.
"Kenapa?"
"Maunya yang ini" Vino memegang bibir ranum miliknya.
"Is! Maunya lo doang itu" Sarah melepaskan diri dekapan Vino. Vino tidak lengah begitu saja. Ia tidak membiarkan istrinya kabur, ini nyaman sekali mengapa harus kabur.
"Kalau sama-sama suka, yaudah nikmatin aja" Vino sukses menghentikan gerakan Sarah.
Suasana menjadi senyap kembali. Sarah tidak pernah menyangka sama sekali jika hubungannya dengan Vino akan berakhir baik dan harmonis untuk sekarang.
Ya untuk sekarang, belum tahu hari esok bukan?
"Ra, pillow talk?" Tawar Vino dengan senyum ramah. Pemandangan yang akhir-akhir ini menghiasi hubungan mereka.
Padahal dulu, kalau tidak adu argumen, adu jotos, adu kehidupan. Sekarang malah Vino yang mati-mati tidak ingin pisah.
"Pillow talk itu malem, ege! Pagi ke siang gini apaan" jawab Sarah jengkel.
"Yang pentingkan mencukupi dua syarat" balas Vino tak kalah. "Yang pertama, pillow nya ada nih" Vino memukul pelan bantal yang berada dibawah kepalanya.
"Nah, talk nya udah ada lo. Gimana? Udah bisa, kan?" Ucapnya sekali lagi.
"Maksa banget" jawab Sarah sewot.
"Lo kenapa mau banget nonton midnight movie, udah tau kebo"
"Lo semenjak nikah cerewet banget, heran" ucap Sarah membalas dekapan erat Vino. "Kenapa ya, Vin? Emang kalau mau butuh alasan banget, ya?" Sarah menggantung jawabannya.
"Ya kan gue mau tahu apasih yang ada di kepala lo. Pengalaman apa yang lo lewatin sampai ngebet banget sama hal-hal aneh di dunia ini" jelas Vino panjang.
Tidak, ia hanya ingin menebus rasa bersalah karena dahulu tidak pernah satu kali pun memperhatikan istrinya. Padahal sudah kenal sebelum Akil baligh.
"Gak butuh alasan, sama kaya lo. Cinta sama gue butuh alasan? Gue balik sekarang"
"Iya, alasan gue mau hidup sama lo karena lo tulus dan baik" jawab Vino sekenanya. Tapi itu benar adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold And Bedu [END]
RomanceBerat jika ditanya pasti apakah Sarah memiliki perasaan lebih dari teman untuk Vino, begitu juga sebaliknya. Hingga tiba di usia dewasa, diusia yang sudah seharusnya mereka memikirkan bagaimana langkah selanjutnya dalam hidup mereka. Benarkah Sarah...