Rembulan datang rasanya begitu cepat. Padahal baru tadi siang Vino dan Sarah berbincang sambil makan rengginang yang dikirimkan Lana.
Saat ini Sarah sibuk dengan carier miliknya. "Mau kemana?" Tanya Vino yang masuk rumah Sarah tanpa izin. Sarah yang terkejut refleks mundur karenanya.
"Astaga, salam dulu, atau apa gitu" sungut Sarah.
"Gue tanya, lo mau kemana, Ra?" Ulang Vino.
Sarah diam saja, tak menanggapi juga tak berekspresi.
"Jangan bilang lo mau pergi karena pengakuan tadi pagi" ucap Vino to the point.
Sarah menoleh sambil menautkan alisnya heran. "Sini deh" Sarah menarik tangan Vino agar ikut duduk bersamanya. Vino duduk mengikutinya dalam diam.
"Tau gak sih kenapa gue suka naik gunung" Sarah membuka obrolan sambil menggulung sleeping bag dan memasukkannya kedalam carier.
"Rasa-rasanya naik gunung candu. Mungkin sama kayak lo yang suka tidur ada temennya" tambahnya.
"Hebatnya, selain minta jawaban sama Tuhan. Naik gunung terkadang ngasih gue sebuah jawaban saat dalam perjalanannya. Magic, ya?"
Vino diam, ia masih tak mengerti kemana Sarah akan membawa obrolan ini.
"Gue gak pergi karena menghindar dari lo, Vin."
"Tapi kenap--"
"Gue penat juga kerja, setelah bertahun-tahun gue baru dapat cuti. Seperti kata lo, kalau udah kerja seringnya lupa sama diri sendiri" jelas Sarah. "Sebelum gue bantu orang, gue harus bisa ngebantu nyelesain yang ada dalam diri gue" tambahnya.
Vino masih diam. Berat bagi Vino melarangnya, sedari gadis Sarah sudah lebih dahulu jatuh cinta pada pelukan hangat alam.
Sayangnya, Vino sangat tidak suka kegiatan outdoor seperti yang Sarah suka.
Ah, mereka terlalu banyak perbedaan sana-sini. Tapi, bukankah itu yang membuat hidup mereka berwarna? Perbedaan.
"Gue boleh ikut?" Tanya Vino ragu. Mungkin saja setelah menikah Sarah ingin ada teman gandengan. Walau ia sendiri terpaksa
Sarah terbahak "Apaansih, jangan kalau lo terpaksa. Biarin kita pada porsi kita, Vin"
"Gue bukan tipe perempuan yang bakal amaze saat lo ikut kegiatan gue, walau terpaksa. Jangan, ya" ucap Sarah lembut sambil tersenyum.
"Tapi, Ra"
Sarah merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda pipih yang biasa ia gunakan. "Ini temen-temen gue" Sarah menampilkan foto teman-temannya diatas gunung.
"Ini Andi, Reza, Baskara, Galang, Tya, Shanda, dan ini gue" Sarah memberitahu Vino dengan maksud tersirat bahwa orang-orang inilah yang akan pergi naik gunung bersamanya.
"Gue tau ya itu lo" ucap Vino.
"See?"
"Gak ada mantan lo?"
Sarah kembali tertawa, astaga. "Gak ada Vino. Gue gak gila juga, udah nikah tapi pergi sama mantan"
Sarah kembali membereskan barang-barang yang harus ia bawa. Vino membantu sedikit bagian melipat pakaian dan merapikan nesting.
"Kapan lo pergi?"
"Nanti, jam dua" Sarah berdiri dan membenarkan tegak tasnya.
"Malam ini?"
Sarah mengangguk.
"Gila, lo gak tidur" Vino sedikit meninggikan suara karena terkejut. Diketahui dengan baik, Sarah adalah manusia pelor, nemplok molor. Masa iya begadang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold And Bedu [END]
RomanceBerat jika ditanya pasti apakah Sarah memiliki perasaan lebih dari teman untuk Vino, begitu juga sebaliknya. Hingga tiba di usia dewasa, diusia yang sudah seharusnya mereka memikirkan bagaimana langkah selanjutnya dalam hidup mereka. Benarkah Sarah...