47~ Baby im perfect for u

94 2 0
                                    

Ocehan Zidane sudah menggema begitu nyaring saat Sarah membuka pintu rumah Vino. Ia sedikit tersenyum pahit melihat suaminya tengah asyik mengobrol dengan sahabatnya.

Padahal inginnya selesai kerja, dipeluk dia. Aduh, pengacaunya malah datang.

"SARAH!" seru Zidane riang melihat langkahnya gontai.

Vino hanya melambai, mengisyaratkan duduk disebelah mereka. Melihat langkah gontai istrinya Vino tahu Sarah lelah.

"Udah makan?" Vino memastikan, selepas Sarah menaruh tasnya sembarang.

Sarah langsung mengambil tempat disebelah Vino dengan menaruh kepalanya dibantalan sofa. Berharap dapat menanggalkan sejenak kepenatannya hari ini.

"Udah, tapi mau ngemil" jawabnya malas sambil mengadah keatas atap.

Zidane menoleh mendengar suara Sarah sedikit berbeda "Lu kenape"

"Capek Zidane, astaga. Buta mata lo" semprotnya kesal. Sudah lihat dari tadi Sarah tidak bersemangat malah ditanya, di semprotkan.

Vino hanya menggeleng heran mendengar Sarah dan Zidane masih sempat bertengkar.

"Udah, mau gue masakin, atau delivery aja?"

"Delivery aja deh, lo capek"

"Oke, sate Padang, aja ya" Vino sendiri yang memilihkan makanannya. "No sweet food, too late" perintahnya

"Busettt, karbo semua" komentar Zidane.

Vino diam, hanya menanggapi dengan isyarat jangan sampai Zidane dibanting Sarah saat itu juga.

"Okeh" Zidane langsung menutup mulutnya dengan gerakan seperti resleting baju.

Sarah diam saja. Tapi untuk makanan, ia setuju semua kecuali tidak makan manis. Aduh, padahal es krim adalah pilihan tepat untuk saat ini.

Sayang, Vino sudah protektif soal makanan, takut Sarah terkena macam-macam penyakit kronik.

Menghabiskan makanan adalah aktivitas yang tak perlu menunggu waktu lama untuk mereka bertiga. Begitu tiba, makanan langsung dilahap tanpa banyak ocehan.

"Kalian kok bareng mulu perasaan gue" pancing Zidane santai.

Sarah langsung menatap Zidane dengan tatapan heran dan terkejut. Vino masih tenang seperti biasa.

"Lo terlalu suka pake perasaan, Dane" jawab Sarah asal.

"Bukannya lo gak suka laki-laki yang kayak gitu? lag attraction kayak manusia disebelah lo tuh" tunjuk Zidane.

"Gue diam aja, ya" peringat Vino ogah beradu mulut dengan sahabatnya.

"Basi Dane. Tipe gue zaman kapan itu"

Penjelasan Zidane mengisyaratkan bahwa memang sisi manja dan lucu milik Vino membuat Zidane tidak tahu bila Vino memilikinya.

"Ra, lo masih inget kan diskusi kita beberapa tahun yang lalu?" Zidane mencoba serius dengan percakapan. Ia membenarkan posisi duduk, dan postur tubuhnya.

Vino juga ikut.

Sarah benar-benar terkejut dengan Zidane malam ini. Ia berubah dalam sekejap.

"Yang mana?" Mata Sarah mengerjap tak mengerti sok berpikir.

Berani taruhan, Sarah sudah tentu tahu maksud yang Zidane utarakan kepadanya.

"Gue ngerasa karir gue udah seatle. Gue lihat-lihat juga karir dan pendidikan lo udah sesuai sama apa yang lo cita-citakan dulu" terangnya. "Lo, gak mau coba lagi?" Ucapnya terakhir yang membuat Vino berdiri.

Sarah diam seribu bahasa. "Gila lo" ucap Sarah tak suka.

"Zidane, tanpa mengurangi rasa hormat gue yang udah lama jadi sahabat lo. Baiknya pulang deh" usir Vino tak suka.

"Lah kenapa?" Zidane ikut berdiri. Ia tak suka percakapannya di potong begitu saja.

"Lo gak tahu status Sarah sekarang?" Tegas Vino.

Zidane diam. Kali ini Sarah ikut berdiri. Vino menoleh kearah Sarah sejenak.

"Lo lihat" ia menunjuk jari manis tangan kanannya. Lalu menunjuk kearah kalung yang dipakai Sarah.

"Kami udah nikah, puas?" Jawab Vino.

Entah emosi dari mana. Emosi Vino benar-benar membuncah, padahal jelas-jelas beberapa menit yang lalu ia masih tenang.

"Gila lo ngajak istri orang berhubungan, didepan gue, suaminya" tambah Vino.

Zidane tersenyum picik "Lo buka juga akhirnya. Nikah juga kalian akhirnya"

"Zidane, lo kenapa sih?!" Akhirnya Sarah membuka suara.

"Emang kalian saling cinta? Sarah Naimba. Gue yang paling cocok jadi suami lo, Ra. Bukannya dia" Zidane menunjuk Vino

"Lagian lo yakin Vino bener-bener udah selesai sama masa lalunya. Lo yakin Adif gak ada disekitar dia?"

"RA! IM PERFECT FOR YOU" seru Zidane begitu lantang.

Selang beberapa detik, Vino langsung menyeretnya keluar rumah. Menutup pintu kencang dengan mata marah dan tangan yang mengejang karena kesal.

Sarah, untuk pertama kalinya melihat sosok Vino menjadi begitu menakutkan.

Ia berdiri mematung. Vino berjalan kearahnya. "Ra" panggilnya.

"Mau peluk boleh?" Tanyanya.

Sarah yang diam langsung ditarik kedelam dekapan Vino.

"Vin, Its okay. You're the only one perfect for me. Just you, only you" ucapnya menenangkan.

"Gak ada yang bakal ngambil gue dari lo, percaya gue kan?"

"Ra, gue seratus persen percaya sama lo. Tapi si bangke itu punya seribu macam cara buat ngalihin lo dari gue" terangnya dengan suara parau.

Astaga, Vino menangis "Mas? Nangis?" Sarah melepaskan pelukannya memastikan.

"Astaga" ucap Sarah menghapus air mata Vino.

"Mas! C'mon!"

"Iya, saya cuman gak mau kehilangan kamu, Ra" terangnya "Saya rela nukar apapun yang saya punya cuman buat kamu"

"Mas! Im not going anywhere" ucap Sarah sekali lagi. Mempertegas.

"I know, Ra"

Sarah menarik Vino, menaruh kepalanya di dadanya dan mengelus pelan puncak kepala Vino.

Sarah tak percaya suaminya yang terkenal tenang ini kalau emosi malah nangis tersedu-sedu. Ya ampun.

"Salah aku ya mas dari awal nyembunyiin status aku dari Zidane. Terus ngerespon dia kayak dulu. Mungkin itu yang ngebuat dia ngerasa aku kasih kesempatan dan mikir aku gak ada rasa apapun sama Mas"

"Demi apapun Mas, gak pernah terlintas dalam pikiran atau benak aku untuk balik lagi sama Zidane. Terlepas apapun itu, Mas"

Vino mendengarkan.

"Mas, kamu yang paling tau aku. Jangan gubris Zidane ya Mas. Karena sekuat apapun dia mencoba, hati aku cuman buat kamu aja deh. Gak mungkin dibagi" terangnya.

Pernyataan Sarah barusan menjadi angin segar untuk Vino. Ada perasaan ingin terbang namun ada juga perasaan ingin menghajar Zidane, namun malang. Vino tidak memiliki keahlian dalam bela diri, daripada dia babak belur.

"Ra, Im perfect for you" ucapnya.

"IYA MAS!" balas Sarah dengan sedikit tawa mencoba mencairkan suasana. Sarah sengaja memanggil Vino dengan sebutan Mas. Sarah paling tahu, Vino paling suka bila dipanggil dengan sebutan Mas.

Vino lebih takut karena memang Zidane cukup mampu mengimbangi Sarah dibanding dirinya. Zidane dan Sarah sama-sama suka naik gunung, sama-sama suka datang konser musik, dan beberapa hal yang mereka sukai bersama.

Padahal salah besar, untuk apa semuanya sama namun perasaan Sarah hanya terkoneksi pada Vino Andreano seorang. Iya deh.

Cold And Bedu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang