7~ Telat

127 4 0
                                    

Pukul tujuh lewat tiga puluh menit. Keluarga Vino selesai makan malam, Vino dengan segera mengantar Sarah pulang karena Sarah sudah ngomel-ngomel akibat belum mandi.

"Lengket Vin rasanya!"

"Siapa suruh lo mau-mauin aja kemauan Ibu gue? lo sendiri kan yang tanggung"

"Lo!"

Vino hanya diam.

"Besok lo bisa izin?"

"Bahkan sebelum lo ngomong gue udah izin. Dari pihak perusahaan ngasih gue kelonggaran buat ngurus ini itu, aslinya gue mau main game"

"Vino" bentak Sarah

"Iya-iya udah masuk sana mandi"

"Ya"

"Besok kita ke KUA ya"

"Jangan lupa"

"Ya"

"Ra!" panggil Vino padahal Sarah tinggal satu langkah lagi masuk rumah.

Langkahnya terhenti mendengar panggilan Vino "Kenapa lagi?!" Tanya Sarah gemas. Sarah berputar kembali melihat Vino yang tadinya berada di belakang. 

"Untuk pertama kalinya keluarga gue makan malam kayak tadi. Itu semua berkat lo, makasih ya" ucap Vino lalu menarik pedal gas motornya dan meninggalkan Sarah yang masih berdiri. 

Sarah berjalan pelan menuju kursi di depan rumahnya. Sarah duduk dengan sekelibat pikiran dan memori masa kecil bersama Vino yang tiba-tib mendantanginya tanpa diundang. Terlintas dipikiran Sarah bagaimana hidupnya yang menghabiskan hari bersama Vino. Tertawa, bercanda, dan masih tetap bisa bermain seperti biasa.

Lalu mengapa perasaa janggal itu hadir? Sarah yakin, Vino orang yang tepat untuk hidup bersamanya. Tapi perasaan romansa antara keduanya menjadi dinding besar pemecah ketenangan hidup Sarah.

Rumah Sarah kosong karena kedua orang tuanya pergi ke acara pertandingan voli Adik Sarah, seperti itulah rasanya menjadi minoritas saat satu keluarga menyukai satu hal dan Sarah sendirian yang tidak terjun dalam bidang itu, ia sendirian.

Tidak ingin membiarkan perasaan aneh terus menguasai dirinya, Sarah memilih membersihkan diri lalu mengambil novel yang masih tergeletak rapi di meja belajarnya, tidak kunjung di tamatkan. Sarah duduk di sofa depan televisi, sambil menunggu kedua orang tuanya pulang.

Pagi ini, Sarah sudah janjian bukan dengan Vino untuk pergi ke KUA. Mengurus berkas pernikahan mereka yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Malang, Sarah telat bangun.

Vino bersedekap tangan melihat kelakuan calon istrinya yang terkenal kebo di kalangan tongkrongan mereka. 

"Sarah bangun" Vino menarik kaki Sarah di ujung sofa.

Sarah menggeliat kecil, namun matanya tetap tertutup "Masih pagi! Jangan ganggu" jawab Sarah tak kalah.

"Ini udah jam 8!" Kali ini, Tika yang mengambil alih. Dilihatnya dari tadi, Vino bahkan tidak meninggikan suaranya untuk membangungkan Sarah. 

"Astaga" pekik Sarah yang membuat Vino langsung mundur beberapa langkah karena jeritan spontan yang dikeluarkan oleh Sarah. Dalam keadaa yang kacau dan tergesa-gesa. Sarah segera berlari tanpa memerdulikan Vino yang masih syok melihat tingkah Sarah pagi ini. Tak butuh waktu lama cukup 15 menit Sarah sudah siap.

Aneh bukan? begitulah Sarah, ia tidak terlalu ribet dengan apa yang dipakai lalu make up apa yang digunakan. Hal itulah yang disukai dari Vino dan Zidane, Sarah tidak ribet.

Sarah sudah berdiri di depan Vino yang tengah asyik menonton televisi di ruang keluarga "Biasanya lo 10 menit udah selesai" 

"Tadi pake alis dulu. Lo kan tahu alis gue botak" Sarah menaik turunkan kedua alisnya sebagai bukti dari pernyatannya.

Cold And Bedu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang