28~ Baru

107 4 0
                                    

Sarah bangun dalam dekapan hangat Vino. Sinar mentari pagi tidak lagi menganggu tidurnya karena terhalang tubuh Vino.

Aneh, Sarah merasa ini hal baru yang sangat nyaman untuknya. Jika pada pagi biasa ia akan bangun, mengucek mata sebentar lalu segera beraktivitas.

Lain di pagi ini. Sarah menatap lamat-lamat wajah Vino. Rahangnya masih tegas seperti biasa. Kelopak matanya tertutup tapi tetap cantik. Surai rambut yang berantakan dan alis tebal yang menghiasinya. Tampan, itu cukup untuk mewakilkannya.

"Morning" tanpa sadar Vino telah bangun beberapa saat. Ia tahu Sarah tengah menatapnya dalam.

Sarah segera mengedarkan pandangannya kesembarang arah, malu.

"Gue bilang morning, Ra" ucap Vino sekali lagi.

"Ya terus kenapa, Vin?" Tanya Sarah tak mengerti.

"Balas kek, respon gimana gitu"

"Ya apa, Vin?" Sarah tahu Vino sedang mengkodenya untuk berbuat sesuatu. Tapi ayolah, mereka sudah dewasa masa iya masih main kode-kodean seperti ABG.

"Balasnya gini, Ra" ucap Vino mencium pipi kiri Sarah tanpa izin.

"Lo, ya!" Balas Sarah tak terima.

"Pasrah ajalah, Ra. Gue suami lo, lo tahu sendiri dosa durhaka sama suami" ceramahnya. "HAHA" lalu tertawa melihat Sarah yang mengerucutkan bibirnya kesal.

"Bangun, yuk. Udah siang" ajak Sarah. Baru saja Sarah ingin bangkit, Vino menariknya jatuh lagi ke kasur, sambil mendekapnya.

Vino menggeleng "Gak deh, kapan lagi bisa kayak gini sama lo. Langka ini peristiwa, harus dilestarikan sebaik mungkin"

Vino sedikit benar, wanita yang tengah dipeluknya ini memiliki gengsi lebih tinggi daripada harta kekayaan Elon Musk.

Jika Vino tidak mengambil kesempatan, mana mau ia bermanja-manja lucu seperti sekarang. Vino hanya belum tahu, jika Sarah sudah nyaman, jauh saja dia tidak bisa.

Hp Sarah bergetar. Tanda telepon masuk. Sarah menaikkan sedikit kepalanya mencari keberadaan benda tersebut. Tepat di nakas sebelah Vino.

Sarah mendongak dengan tumpuan tubuh Vino "Tolong ambilin dong, Vin" pinta Sarah.

Vino segera menurutinya cepat.

"Halo" sapanya. Setidaknya sapaannya kali ini lebih baik dan riang dibanding dua hari yang lalu.

"Ra, berkas cuti lo udah gue urus. Lo dapat cuti dua minggu" jelasnya, itu Ana asisten psikolog.

"Thanks a lot, An. Lo bebas dua minggu ini"

"Untung lo gak pernah cuti"

"IYALAH, SARAH" Ucapnya memenuhi seisi ruangan. Sarah langsung memutuskan panggilan sepihak.

"Udah disetujuin?" Vino menuntaskan rasa penasarannya.

"Yoi" balas Sarah dengan senyuman.

"Dua hari" ujar begitu saja Vino tanpa penjelasan.

"Apaan yang dua hari?" Mana Sarah mengerti dengan pernyataan begitu saja dari Vino. Ia tetap manusia.

"Dua hari gue gak lihat senyum lo kayak gini" Vino mengelus pelan pipi Sarah. Awalnya Sarah terkejut diam, tanpa lama-lama hal baru seperti ini menyenangkan.

Vino tersenyum karena Sarah tidak menimpalinya apalagi marah-marah.

"Lo suka banget ya Vin rebahan" Sarah membuka obrolan ringan, menutupi rasa gugup karena ulah Vino dipagi hari.

Cold And Bedu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang