48~ Kulkas 13 Pintu

90 4 0
                                    

Pagi ini Sarah libur sebab tanggal merah. Beruntungnya, sebab kejadian semalam ia sungguh tak enak hati bila meninggalkan Vino sendiri. Ia ingin bersama Vino saja seharian.

"Vin mau gak?" Ajak Sarah sudah berdiri dengan satu toples rengginang ditangannya.

Sudah hampir setengah hari Vino hanya berkutat pada komputer, tablet, dan sketsanya.

Sarah sudah mondar-mandir, bahkan beberapa kali memainkan musik sedikit kerasa dengan sedikit berjoget abstrak hanya untuk menarik perhatian Vino.

"Kemana? Ngapain?" Akhirnya, perhatian Vino teralihkan.

Siang ini Vino tengah merevisi outline dari pegawai magangnya agar dapat dikembangkan dalam waktu dekat.

"Mau nonton series, tapi kayaknya thiller. Takut" tutur Sarah ditambahkan aksen lucu, guna merayu Vino.

"Gue masih revisi, Ra. Lo gak apa-apa kali, nonton sendiri" tolak Vino halus. Ia harus tetap menyelesaikannya.

"Mau dong, mau dong, ya" rayu Sarah mengalungkan diri di lengan Vino. Mencoba menggunakan trik wajah lucu seperti di drama Korea.

"Gak mempan" sergah Vino cepat. Sarah tidak berbakat akan hal-hal lucu yang ia tonton di drakor.

Cup, Sarah mencium singkat bibir Vino.

Telak, Vino kalah telak. Matanya langsung berbinar. "Mau nonton apasih istri, mas?" Ucapnya pelan menyambut gandengan tangan Sarah.

"Itu series terbaru. Romance, tapi ada thiller nya tipis-tipis" jelas Sarah.

"Ayo-ayo. Kita nonton, sampai lusa kuat gue Ra demi lu"

Komputer tiba-tiba ia matikan. Berdiri sambil merangkul bahu Sarah menuju ruang keluarga, tempat favorit mereka menonton drama.

Sarah tersenyum puas dengan langkah ringan mengiringinya.

"Ini kalau Annes sama Vony tau kebucinan gue. Abis gue di bully" batinnya.

Drama sudah siap saat Sarah dan Vino merebahkan diri di sofa. Tak lupa, Sarah juga menutup tirai rumah, ia membuat kondisi ruang keluarga seolah-olah bioskop dadakan.

"Tapi gue mau cuddle ya, gak mau lepas sampai selesai, bayarannya" Vino mengajukan syarat. "Gimana?" Tanyanya dengan alis yang naik sebelah.

"BOLEH DENGAN SENANG HATI. SINI" Sarah membuka lebar-lebar tangannya membiarkan Vino meringsek masuk kedalam dekapannya.

"Berat tau" keluh Sarah.

Sarah merengkuh dalam tubuh Vino. Jiwa anak-anak yang terperangkap di tubuh orang dewasa, Vino.

"Ya biarin. Ngapain nonton kalau takut" jawab Vino tak mau kalah.

"Suka, cowoknya keren" jawab Sarah Jujur.

"Dibandingin gue?"

Vino mengadah menunggu jawaban yang selalu ia nanti-nantikan dari Sarah. Pujian.

"Ya mas dong!" Jawab Sarah ceria. "But, in different way" tambahnya diselingi tawa.

"Is!" Vino malah mengencangkan pelukan dipinggang istrinya yang nyaman.

Dua episode terlewati Vino masih tak menunjukkan ketertarikannya pada series yang Sarah tonton.

"Ra, ini kita mau nonton sampe episode berapa sih?"

"Lima aja, besok sisanya"

Vino mengangguk paham. "Ini dia kenapa sih, Ra"

"Kok mereka jahat banget sih, Ra"

"Gila ya kehidupan diluar"

Cuap-cuap Vino tak berhenti keluar meski tubuhnya tetap memeluk Sarah erat. Ia mulai tertarik dengan alur drama tersebut.

Cold And Bedu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang